Sementara itu di waktu yang bersamaan dengan Herlin yang sedang melawan Inugami, Iraya dan para warga masih menghadapi kawanan Inuijin itu.
"Nak, dimana temanmu?!"
"Dia bilang dia ingin memeriksa sesuatu, jadi kita akan menahan ini selama dia pergi."
"Baiklah, ayo kita tahan sebisa kita!"
"Ya!" teriak yang lain secara kompak.
Aku tersenyum masam. Herlin yang tiba-tiba pergi dan meninggalkan tanggung jawabnya. Entah kenapa aku harus meminta maaf kepada mereka.
Saat ini, satu Inuijin telah berhasil ditumbangkan. Perbandingan kami dengan para Inuijin itu adalah 7 banding 10. Meskipun aku sudah pernah mengalahkan yang seperti ini sebelumnya, tapi aku tidak yakin jika aku bisa mengalahkan mereka semua saat ini.
"Iraya! Jika kau tidak yakin dengan kemampuanmu, kau bisa menjadikan mereka umpan," ucap Cecilia.
"Tidak akan," balasku cepat.
Menjadikan mereka sebagai umpan? Lalu tugas kita saat ini menjadi sia-sia, dong? Aku tidak mengerti dengan yang Cecilia katakan jadi aku menghiraukannya dan lebih berfokus ke para Inuijin ini.
"Baiklah, eh—?"
Saat aku sedang menyiapkan kuda-kuda menyerang, tiba-tiba salah satu Inuijin mengejutkanku.
Grrr…
Inuijin yang seharusnya sudah mati terkena panah oleh salah satu warga tiba-tiba saja berdiri. Membuatku dan para warga lainnya terkejut.
"Ba-Bagaimana bisa?"
Ia bangkit dengan panah yang masih tertancap di kepalanya, layaknya zombie. Tapi ini aneh, Inuijin yang kulawan sebelumnya tidak memiliki kekuatan seperti ini.
Sekarang perbandingan kami dengan para Inuijin itu adalah 7 banding 11, ditambah lagi dengan kemampuan 'zombie' mereka yang baru kuketahui.
"Nak, sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Mizumo-san.
Aku menghela nafas panjang dan kemudian membuangnya. Mencoba untuk menenangkan diriku dan menjadi lebih fokus lagi. Tatapanku sekarang fokus tertuju kepada para Inuijin ada di depanku.
"Aku akan menyerang mereka, kalian bisa membantuku menggunakan panah atau semacamnya."
"Ba-Baiklah!"
Aku mengeluarkan sedikit aura ku untuk mengintimidasi mereka. Tapi para Inuijin itu tidak gentar dan malah berlari menghadapi ku.
Swuuushh…
Aku melesat kearah kawanan Inuijin yang mencoba menyerangku. Aku menebaskan pedangku ke salah satu dari mereka dan ia mencoba untuk menahannya dengan gigitannya.
Craasshh…
Tapi pedang yang terbuat dari aura Cecilia ini terlalu kuat baginya dan merobek mulutnya sampai menembus perutnya.
Apakah dia mati?—Tidak, bukan saatnya memikirkan itu karena Inuijin lain mulai berfokus kepadaku dan mengabaikan Mizuno-san dan yang lainnya.
"Oi! Tunjukkan kepada mereka kalau kekuatanku itu bukan main-main!" teriak Cecilia
"Berisik! Biarkan aku fokus dulu!"
Benar. Akan aku tunjukkan kekuatan yang aku miliki untuk melindungi ibuku, dengan kekuatan ini.
Sepuluh Inuijin menyerangku secara bersamaan dengan gerakan yang cepat tapi tidak teratur.
Swuushh…
Tapi aku berhasil menghindari semua gigitan dan cakarannya. Tubuhku semakin terbiasa untuk bergerak bebas dengan mengandalkan aura milik Cecilia yang membuat tubuhku menjadi lebih ringan dan lebih kokoh daripada manusia biasa.
Setelah beberapa lama aku menghindari dan menjaga jarak dari serbuan serigala-serigala itu. Aku kemudian mulai merasa bahwa serangan Inuijin itu mulai melambat dan semakin mudah dibaca.
"Ada apa ini? Apa mereka kelelahan? Gerakan mereka semakin lambat saja."
"Tidak …," ucap Cecilia.
"Hn?"
"Bukan gerakan mereka yang melambat, tapi tubuhmu yang sudah terbiasa untuk menghindar dan refleksmu semakin meningkat."
"Heh~ begitu ya?"
Aku menyunggingkan senyuman sombong dan kemudian berteriak kepada para Inuijin itu.
"Baiklah! Maju kalian semua!"
Sryiiingg… Craasshh…
Aku melesat ke arah para Inuijin yang dari tadi aku hindari. Oh iya, daritadi aku belum menyerang mereka, aku hanya menghindari serangan mereka saja. Tapi sekarang saatnya membalas.
Aku menebas para Inuijin itu satu per satu dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata mereka. Mereka bahkan baru sadar ketika aku sudah mendaratkan serangan ke tubuh mereka.
Tinggal sisa beberapa lagi dan misi ini akan selesai. Apa-apaan ini? Ternyata tidak sesulit yang kukira, kalau begini mah aku tidak perlu panik dari tadi.
Sreett…
"Eh?"
Bruuk…
Tanpa aku sadari, aku mendarat di sebuah batu yang cukup besar yang membuatku tergelincir dan jatuh cukup parah.
"Satou-kun!" teriak Mizumo-san panik.
Sial, aku lengah. Kakiku terkilir dan para Inuijin itu dengan cepat melesat kearahku dan mencoba menyerangku.
Syuuushh…
Saat salah satu Inuijin itu melompat dan menyerangku, tiba-tiba ia terkena sebuah panah yang membuatnya terpental. Salah satu warga menyelamatkanku dari serangan mereka. Mizumo-san kemudian menghampiriku dan mengulurkan tangannya.
"Kau tidak apa-apa, nak?" ucap Mizumo-san.
"Hanya terkilir sedikit."
Aku kemudian meraih tangannya dan berdiri. Para warga yang lainnya memasang formasi bertahan saat Mizumo-san membantuku.
"Mungkin kami tidak membantu banyak, tapi semakin banyak semakin baik, kan?" ucapnya.
"Terima kasih, Mizumo-san."
"Dasar bodoh! Baru dipuji sedikit saja sudah lengah," omel Cecilia.
"Ya, ya, ya, aku minta maaf."
Bzzztt…
Dengan kekuatan yang ada saat ini, aku, Mizumo-san, dan warga yang lainnya menyerang para Inuijin itu secara bersamaan. Meskipun kekuatannya hanya setara orang biasa, tapi semangat yang mereka miliki tidak bisa kuremehkan.
Setelah beberapa saat, akhirnya kami berhasil mengalahkan mereka semua.
**
Setelah mengalahkan semua Inuijin, Mizumo-san dan para warga yang terluka dan kelelahan segera kembali ke balai desa untuk beristirahat.
Sementara aku masih mengamati bangkai serigala yang sudah mati ini. Bagaimana mereka memiliki kekuatan regenerasi ini? Sampai sejauh mana kemampuan regenerasi mereka? Banyak pertanyaan yang muncul di benakku.
"Nak, ayo kita kembali ke desa!" teriak Mizumo-san yang membuatku tersadar dari lamunanku.
"Ya, aku akan segera kesana!" ucapku.
Aku pun sesaat menyingkirkan rasa penasaranku dan kemudian berjalan menuju Mizumo-san yang sudah berjalan duluan. Tapi ada sesuatu yang mengejutkanku dengan Inuijin itu.
"Gr-Grr …!"
Tiba-tiba terdengar suara geraman dibelakangku. Aku langsung membalikkan badan dan melihat apa yang terjadi, dan yang kulihat adalah salah satu Inuijin yang kembali berdiri. Tapi dengan tubuh yang mengenaskan. Mulutnya robek, matanya hilang sebelah, dan beberapa luka besar lainnya yang membuatnya terlihat mengerikan. Aku mundur beberapa langkah ke belakang untuk menjaga jarak sekaligus ngeri dengan penampilan Inuijin itu.
"Ba-Bagaimana bisa ini terjadi?"
Inuijin itu kemudian berjalan kepayahan ke arahku tapi lama-kelamaan semakin mendekat.
"Dia tidak akan mati jika kau hanya menebasnya saja …," ucap Cecilia.
"Apa?"
"… Kan sudah kubilang untuk menggunakan kepalamu."
Kepalaku? Baiklah kalau kau memaksa! Regenerasi makhluk hidup memerlukan waktu bahkan jika mereka memiliki regenerasi yang sangat cepat. Dan yang aku butuhkan adalah menghentikan kemampuan regenerasinya. Apa yang bisa menghentikan regenerasi secara cepat?
Aku berpikir keras untuk menemukan jawabannya dan mendapat sebuah ide. Daya kejut. Aku harus menghentaknya dengan kejutan yang sangat tinggi agar kemampuan regenerasinya berhenti. Yosh! Mungkin ini bisa berhasil.
Aku menengok ke sekitar. Mizumo-san dan warga lainnya telah pergi dari sini, dengan begitu aku bisa bebas untuk mengeluarkan manaku disini. Aku mundur beberapa langkah kebelakang untuk mengatur jarak.
Lalu aku menempelkan tanganku di tanah dan mencoba mengalirkan mana ke arah tanganku. Fokus… Fokus… Fokus… Aku memejamkan mata untuk menambah konsentrasiku. Tiba-tiba aku merasakan aliran mana yang besar mengarah ke arah tanganku.
Bzztt… Bzztt…
Sebuah percikan listrik telah terbentuk disekitaran tanah dan tanganku. Aku terkejut sekaligus kagum dengan apa yang berhasil kulakukan. Dan tiba-tiba aku memiliki ide yang sangat menarik. Aku sampai tersenyum karena memikirkan hal seperti ini.
"Aku pinjam sebentar ya, Cecilia."
"Apa yang kau lakukan?"
Aku mengalirkan aura milik Cecilia untuk memperkuat listrik yang aku keluarkan dan sebuah energi listrik bercampur aura Cecilia keluar dari tanganku.
Bzztt… Bzzt… Blaaaarrr…
Energi listrik yang sangat besar itu meledak dan menyebabkan tanah di depanku retak dan menyambar kearah Inuijin itu. Mengenai seluruh dari mayat mereka yang membuat semuanya gosong dan mengeluarkan asap terbakar. Sementara aku terpental kebelakang cukup jauh dan tangan kananku memerah dan mengeluarkan asap.
"Adu-duh …."
Aku meringis sambil mengelus punggung tanganku yang memerah karena ledakan yang terjadi barusan.
"Kau itu bodoh, ya? Menggabungkan dua aura yang berbeda dapat membuat dirimu meledak jika tidak cocok, kau tahu?"
"Ahaha … buktinya aku tidak meledak, kan? Itu artinya kita cocok!"
"Kau …. Ya ampun, seseorang yang paling bodoh biasanya yang paling kuat."
Sruukk… Sruukk…
Ada sebuah pergerakan dari semak-semak yang membuatku reflek menengok kearahnya. Dan ternyata yang muncul dari semak-semak itu adalah Herlin dengan darah di bawah mulutnya dan pakaian yang kotor serta sobek-sobek.
"Ledakan besar apa itu?"
Saat ia menemuiku, ia langsung bertanya tentang ledakan tadi. Bukannya mengkhawatirkan kondisinya sendiri.
"Daripada memikirkan hal itu, kau sendiri, apa kau baik-baik saja?"
**
*Keesokan Harinya*
Setelah beristirahat dan makan pada malam sebelumya, kami memutuskan untuk tidak berlama-lama tinggal di desa ini dan pulang pada pagi harinya.
"Apa kalian yakin untuk tidak tinggal lebih lama?" tanya Mizumo-san.
"Maaf, kami punya hal yang harus dikerjakan di kota."
"Begitu ya? Kalau begitu, kami akan melakukan pembayarannya setelah kami memperbaiki desa," ucap Mizumo-san.
Walaupun keadaan desa mereka seperti ini, tapi mereka masih memiliki kewajiban untuk membayar jasa kami, ya. Meskipun kalau tidak ada kami, desa ini tidak akan aman sih. Hehe ….
"Sekali lagi aku ucapkan terima kasih banyak," ucap Mizumo-san.
"Terima kasih banyak!"
Mizumo-san dan warga lainnya termasuk anak kecil dan para wanita menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kami.
"Ya! Itu sudah jadi pekerjaan kami!"
Pekerjaan, ya? Lumayan keren juga. Ahahaha …. Saat kami ingin kembali, tiba-tiba dari balik semak-semak ada seseorang yang muncul dan langsung bersembunyi di balik Herlin. Ia adalah anak kecil yang pertama kali kami temui disini.
"Ka-Kau…?!" teriak Mizumo-san.
Anak kecil itu bersembunyi di balik Herlin ketika Mizumo-san memanggilnya. Seperti ia sangat ketakutan dengan para warga di desa ini.
"Ba-bagaimana mungkin kau masih hidup?!" tanya Mizumo-san.
"Eh?!"
Hidup? Apa yang dia maksud? Apa dia mengira kalau anak kecil ini sudah mati diserang para Inuijin itu? Mizumo-san berlari mendekati Herlin dan anak itu, tapi saat didekati anak itu malah semakin takut dan bersembunyi di balik badan Herlin.
"Ririsaka-san, bisakah kau memberikan anak itu kepada kami? Orangtuanya pasti khawatir menunggunya di rumah," ucap Mizumo-san.
"Orangtuaku sudah mati!"
Anak kecil itu berteriak sambil melihat Mizumo-san dengan tatapan benci sekaligus takut bercampur dengan air mata di dalamnya.
"Kalau begitu, ayo kita pulang ke desa. Para warga yang lainnya akan mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilan membunuh monster itu. Ya, Haruka-chan?" ajak Mizumo-san.
"Aku tidak mau! Dia … orang itu ingin membunuhku!" ucap anak kecil itu.
"Me-Membunuh …?!"
Sebenarnya apa yang terjadi disini? Sepertinya ini adalah masalah yang tidak ada hubungannya dengan urusan kami dan sudah ada sebelum kami kesini. Apa sebaiknya aku biarkan saja atau bagaimana.
"Haruka-chan, ayo kita pulang."
Mizumo-san semakin mendekati Herlin dan anak yang bernama Haruka itu. Tetapi Herlin menghadangnya.
"Mundurlah atau kau mati."
Herlin mengancam Mizumo-san dengan tatapan membunuh. Ia sepertinya tidak ingin menyerahkan anak bernama Haruka-chan itu kepada Mizumo-san.
"Hei! Bukankah tugasmu adalah melindungi kami?" tanya Mizumo-san.
"Tugasku adalah membunuh Inuijin, bukan melindungimu. Dari awal, nyawamu dan yang lainnya tidak pernah menjadi urusanku."
"Hei Herlin! Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?"
"Anak ini … adalah tumbal dari ritual yang kalian bicarakan, kan?" ucapnya.
"Apa?"
"Di desa ini, setiap tahunnya dilakukan ritual kepada makhluk yang ada di dalam hutan di bukit sana, apa aku salah?" ucap Herlin.
"Ba-Bagaimana kau …?!"
"Dan yang menjadi bahan persembahannya adalah gadis yang berusia 7 tahun," lanjutnya.
Mizumo-san yang sudah kalah dalam debat dengan Herlin sesaat terdiam dan tertunduk lemas. Tapi tiba-tiba ia berteriak dengan keras.
"Ahaha …! Ahahaha …! Benar sekali! Anak itu adalah tumbal untuk desa ini dan dialah yang bertanggung jawab atas kematian orang-orang disini! Jika saja kau mati … kesialan tidak akan menghampiri desa ini! Oi! Apa kau dengar, Haruka-chan?!"
"Benar tuh, benar tuh!"
"Dia yang harus disalahkan!"
"Kenapa kau masih hidup?!"
"…."
Para warga yang lain juga mengikuti Mizumo-san untuk menyalahkan anak ini. Ini gawat, anak ini sudah tidak bisa tinggal disini lagi. Jika dia masih disini, kemungkinan besar dia akan dibunuh.
Aku melihat kearah Herlin dan tatapannya saat ini benar-benar dalam dan menandakan kalau ia sangat ingin membunuh orang di depannya. Aku tahu itu walaupun hanya dari tatapannya saja.
Ziiing…
"Eh?"
Mizumo-san dan para warga seketika terdiam. Herlin menerbangkan ratusan batu berukuran sedang dan sudah siap untuk diarahkan kepada mereka.
"Baiklah kalau begitu. Jika kalian ingin mengambil anak ini, silahkan rebut saja dariku. Aku tidak akan menahan diri!"
Herlin yang menantang para warga benar-benar membuat warga takut dan akhirnya pasrah membiarkan anak bernama Haruka-chan ini diambil oleh Herlin. Mizumo-san hanya bisa menahan amarah sambil melihat kami pergi.
**
Aku dan Herlin tidak langsung kembali ke Cafe, melainkan ke sebuah panti asuhan. Sepertinya ini adalah tempat yang dimaksud oleh Herlin.
"Himawari … Orphanage?" gumamku.
Saat di depan pintu seseorang membukakan pintu dari dalam dan orang itu adalah Aiza-san.
"A-Aiza-san?"
"Halo Iraya-kun."
Herlin kemudian menjelaskan kedatangannya dan berbicara dengan Aiza-san bahwa dia telah membawa seorang anak perempuan kesini.
"Yuuki-san, aku membawa seseorang untuk tinggal disini."
Herlin menunjukkan anak itu ke Yuuki-san. Awalnya anak itu tidak mau keluar dari balik punggung Herlin. Tapi setelah melihat senyuman hangat dari Aiza-san, anak itu kemudian mulai memberanikan diri untuk berbicara walaupun dengan nada pelan dan sedikit tersipu.
"Sa-Salam kenal, na-namaku Sai Haruka. Apakah aku boleh tinggal disini?" ucapnya dengan terbata-bata.
Aiza-san tersenyum lalu kemudian menunduk agar wajahnya setara dengan Haruka. "Kau bisa tinggal disini selama yang kau mau kok, Haruka-chan."
"Syukurlah."
"…."
"Jadi … apa kau memiliki hubungan dengan panti asuhan ini?" tanyaku.
"Ini adalah tempat penampungan bagi anak yang tidak mengenal orang tuanya, anak jalanan, dan anak yatim piatu. Dan salah satu dari anak yatim piatu itu … adalah aku."
Jadi orang tuanya sudah meninggal, ya? Dan sekarang dia tinggal di panti asuhan ini bersama Aiza-san. Ini bisa menjelaskan kenapa hubungannya sangat dekat dengan Aiza-san.
"Begitu ya."
Dengan diterimanya Haruka-chan ke panti asuhan bernama Himawari Orphanage dan meskipun tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar. Tapi pada akhirnya aku bisa menyelesaikan pekerjaan pertamaku. Di sisi dunia ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments