Chap. 5 : Menolak Tawarannya

Saat kami masuk ke ruangan itu dan orang di dalamnya membalikkan kursi putar yang ia duduki, dapat terlihat seseorang yang dicari oleh gadis ini. Pria itu menyambut kami dengan senyum ramah, tapi tatapan matanya menggangguku.

Awalnya aku berpikir kalau tatapan yang ia berikan hanya biasa saja, tapi lama kelamaan tatapan itu berubah menjadi tidak nyaman, meski tidak ada yang berubah sama sekali dari dirinya.

Lalu setelah itu, Aku mulai berhalusinasi aneh. Dari belakang pria itu muncul sesuatu seperti monster dengan perasaan tak enak yang membuat siapa saja tidak kuat dan ingin muntah.

Dari balik kursi itu juga, aku bisa melihat beberapa tangan hitam yang berjumlah sekitar enam sekaligus, merayap dari bagian belakang kursi dan secara perlahan merayap mencoba menyentuh pria itu—Oita-san.

"Oita-san."

"??!!"

Mataku melebar saat gadis itu tiba-tiba berbicara, rasa terkejut yang aku rasakan terlalu berlebihan walaupun hanya suara normal seorang gadis saja. Dan tanpa sadar dari tadi aku juga menahan napas karena saking tegangnya, dan baru sekarang aku bisa bernapas secara normal.

"Ahh ... maaf-maaf, aku tidak terbiasa jika ada orang tak dikenal yang masuk ke ruangan ini."

Gadis itu juga ikut menghela napas, aku melirik padanya dan ia mengeluarkan sebutir keringat di dahinya. Sepertinya ia juga merasakan apa yang aku rasakan. Yang berarti, tadi bukan imajinasi di dalam kepalaku.

Gadis itu kemudian berdehem dan melanjutkan pembicaraannya.

"Ehem ... kalau begitu, bisakah anda membantu ku melakukan sesuatu?"

"Tentu, selama aku bisa melakukannya. Dan jika aku boleh tahu, kau mau melakukan apa, Herlin-chan?"

"Bisa tolong periksa apakah ada yang aneh dari anak ini?"

"Memeriksanya? Dia terlihat seperti remaja biasa bagiku."

Oita-san kemudian bangkit dari kursi putar dan mendekat ke arah ku. Ia memperhatikan ku dari atas sampai bawah seakan mencari sesuatu yang aneh dari diriku, meski aku yakin ia tidak akan menemukannya jika hanya mencarinya dengan seperti itu.

"Mungkin memang seperti murid biasa, tapi tadi dia bisa bertahan dari serbuk tidur kuat milik monster humanoid yang biasanya manusia normal akan tertidur karenanya."

"Hmm ... apa itu benar?"

Ia kemudian mendekat secara lebih intens. Kali ini mungkin terlalu dekat, sampai batang hidung kami berdua hampir bersentuhan, mata kami berdua juga saling menatap dengan jelas. Aku bisa melihat tatapan tajam dan kuat miliknya menatap langsung kepadaku.

"A-Ano ...."

Aku mulai sedikit berbicara, tapi fokus yang ia tunjukkan kepadaku tidak membuatnya bergeming sama sekali. Ia masih terus fokus padaku.

Dan tiba-tiba halusinasi yang aku alami tadi kembali terjadi lagi. Sebuah tangan hitam beserta partikel-partikel hitam perlahan-lahan keluar dari belakang tubuh Oita-san, sekitar lima pasang tangan itu pun mulai menyentuh tubuh dan wajah ku secara perlahan.

Suasana yang aku rasakan di ruangan ini juga berubah menjadi mengerikan. Rasanya seperti ... berada di tengah-tengah ratusan monster tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan berada di ruangan ini.

Situasinya benar-benar menegangkan.

Pupil mataku melirik ke arah gadis itu yang berada di samping ku, tapi ia tidak melakukan apa-apa. Aku yakin dia juga merasakan perasaan yang sama denganku, meski saat ini tidak ada tangan hitam yang mengelilinginya.

Ngomong-ngomong soal tangan hitam, ia sudah hampir menutupi tubuhku seutuhnya. Kini tinggal bagian wajah ku saja yang belum tertutupi. Mungkin tinggal menunggu waktu saja karena semuanya sudah mulai merayap ke arah wajah.

Sementara tubuhku saat ini terlalu kaku—tidak, lebih tepatnya kaku karena terlalu takut untuk bergerak atau melawan. Tubuh dan otak ku selaras mengatakan untuk tidak melawan apa pun yang terjadi.

Karena jika melawan ....

Otakku memberitahu kalau aku akan selesai di sini. Sekarang. Tanpa ragu.

Tangan yang merayap menuju wajah kini sudah hampir menutup dengan sempurna. Itu hanya tinggal menutupi bagian mata saja dan sempurna sudah tangan hitam itu menutupi seluruh tubuhku.

"Eh?"

Tapi tiba-tiba semuanya menghilang. Entah itu tangan hitam yang merayap di tubuhku maupun suasana mengerikan yang ada di ruangan ini. Semuanya berubah menjadi baik-baik saja dan kembali normal.

Aku melihat ke telapak tanganku. Ia masih normal dan masih bisa digerakkan, tapi gemetar yang terjadi di sana sangat hebat sampai membuat tubuhku lemas dan hampir pingsan. Aku juga tanpa sadar mengeluarkan keringat yang cukup banyak akibat hal yang sama.

"Tidak ada yang aneh dari dia."

Sementara pria tadi dengan santai kembali ke mejanya, seakan tidak berbuat apa-apa lalu duduk di kursinya lagi. Ia meninggalkan kami berdua yang masih dalam keadaan shock dan tegang.

"Oita-san ... apa anda perlu mengeluarkan aura sebesar itu? Apalagi di ruangan sempit seperti ini."

Herlin mengatakan hal itu. Itu berarti dia juga merasakan hal yang hampir sama denganku, meski tidak sampai gemetar dan bercucuran banyak keringat seperti yang aku rasakan saat ini. Ia hanya berkeringat beberapa butir saja.

"Hehe ... maaf, aku berlebihan. Apa kau merasakan hal itu juga?"

Pria itu tertawa! Dia hampir membuatku pingsan dan dia tertawa! Orang-orang di sini semuanya adalah orang-orang barbar. Lalu dia juga bertanya apakah aku merasakan aura menyeramkan yang dapat membunuh seseorang itu? Tentu saja aku merasakannya, dasar psikopat!

"I-Iya."

Yap. Tapi aku tidak mengatakan semua yang ada di pikiran ku. Aku terlalu takut untuk mengatakan hal itu, apalagi kepada orang macam dia.

"Begitu. Oh iya, Herlin-chan ...."

"Ada apa?"

"Saat ini kau belum menemukan partner yang tepat untukmu, kan?"

"Ah, itu. Iya, aku belum menemukannya. Aku sudah mencari banyak Exception di kota ini, tapi tidak ada yang cocok bagi diriku dan tidak ada yang bisa melewati tes yang aku berikan kepada mereka."

"Kebetulan sekali. Mungkin anak satu ini cocok. Sebagai partner mu."

"Eh?"

Kami berdua memberi respon di waktu yang bersamaan. Sementara Oita-san hanya tersenyum melihat kesamaan itu, ia seperti menentukan tanpa memikirkan dengan matang terlebih dahulu.

"Kenapa harus dia?" tanya Herlin.

"Dia punya bakat unik yang mungkin saja membuat mu tertarik."

"T-Tunggu sebentar! Kenapa aku?!"

"Kenapa tidak?" balas Oita-san cepat.

"Itu dia masalahnya! Aku benar-benar hanya orang biasa di sini! Meski aku masih sadar setelah menahan serbuk itu, mungkin saja itu hanya kebetulan. Lagipula pekerjaan kalian itu membunuh sesuatu, kan? Aku tidak bisa melakukan hal yang seperti itu!"

Tanpa sadar aku malah berteriak di hadapan mereka karena memutuskan semuanya sendirian tanpa bertanya dahulu kepadaku. Walaupun begitu, untuk beberapa saat mereka terdiam mendengar ku berteriak.

"Aku mengerti."

"Sudah ku bilang, percuma merekrut anak sekolahan seperti dirinya. Mereka tidak akan mau. "

Mereka sepertinya mengerti kenapa aku menolak mereka. Aku pun menghela napas karena aku tidak jadi ikut dengan orang-orang aneh seperti mereka.

"Hah ... mau bagaimana lagi. Herlin-chan, bisa kau antar pulang dia?"

"Kenapa aku harus mengantarnya? Oi, apa kau tidak bisa pulang sendiri?"

"Itu, aku tidak a—"

"Herlin-chan, kau harus bertanggung jawab. Kau yang membawanya kesini secara paksa, itu berarti kau juga harus mengantarnya pulang."

"Tch ... baiklah."

Padahal aku tidak apa-apa jika tidak diantar pulang, tapi Oita-san memaksa gadis itu untuk mengantarku pulang jadi ya aku tidak menolak.

Dan singkat cerita akhirnya aku telah sampai di depan rumah. Sebelum masuk, aku menyempatkan diri untuk menelepon Kudou dan Hira, tapi tidak ada jawaban dari mereka. Mungkin saja mereka sudah tidur karena ini juga sudah lumayan larut.

Dan sekarang adalah saat-saat yang mendebarkan. Saat-saat di mana aku pulang ke rumah memang selalu mendebarkan. Aku pun membuka pintu secara perlahan.

"Aku pulang."

Dan saat aku sudah masuk ke dalam, seseorang sudah berdiri di sana seakan menunggu kedatanganku. Itu benar, orang itu adalah Ibu. Ia tidak menjawab dan menunggu apa yang akan aku katakan saat ini, jadi ketika merasa diperbolehkan, aku mulai bicara duluan.

"Ibu, aku—"

Plaak...

Tepat seperti dugaan ku, aku sudah siap menerima ini. Ibuku menampar dan marah karena lagi-lagi pulang terlambat. Aku ingin menjelaskan semuanya tapi saat aku menatap wajahnya, air mata keluar dari mata Ibu yang membuatku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kau ... habis dari mana?"

"A-Aku, habis dari Game Club bersama dengan Kudou dan Hira."

"Kenapa sangat lama? Kau sudah berjanji untuk pulang sebelum matahari terbenam, kan?"

"S-Soal itu, ada sebuah insiden di sana, jadi aku tidak bisa keluar dari sana sebelum semuanya benar-benar aman."

Ibu kemudian menyalakan TV dan menyetel berita penyerangan monster yang terjadi di sana sore tadi. Meski berita menyebutkan kalau tidak ada korban jiwa, tapi ada beberapa orang yang hilang dan belum ditemukan.

"Temanmu menelepon Ibu dan menanyakan keadaanmu, tapi Ibu tidak bisa berbuat apa-apa karena kamu belum pulang juga."

"Maafkan aku, Bu. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Yang penting adalah sekarang aku ada di sini baik-baik saja, aku tidak terluka sama sekali."

"Baiklah ... sekarang mandi lalu tidur, sudah malam."

"B-Baik."

Ibu mengusap air matanya yang jatuh saat aku menuruti perkataannya untuk mandi lalu tidur. Ia melihat ke arah TV lalu mematikannya.

Sementara aku sendiri, hanya bisa merebahkan diriku di kamar karena hari yang panjang dan melelahkan ini.

"Tch! Dasar anak tidak berguna!"

Aku masih membayangkan wajah ibuku yang menangis karena diriku. Perasaan hancur yang terasa saat melihat air matanya keluar seperti tadi. Tapi sayangnya, itu tidak bisa aku hindarkan. Tanganku terlalu kecil untuk melakukan semuanya, jadi akan ada beberapa orang yang harus aku kecewakan.

"Hah ...."

Memikirkan hal itu membuat ku lelah dan mengantuk. Setelah mematikan lampu kamar, tanpa berlama-lama aku pun menutup mataku dan tertidur.

**

Dan setelah tidur yang cukup lama itu, aku akhirnya bangun. Tapi tempatnya tidak sama seperti kamar, sepertinya aku kembali ke tempat C lagi. Aku kemudian bangkit dan melihat sekitar, benar-benar kosong tidak ada benda apa pun sama sekali di sini.

"Ini ... kau lagi, ya?"

"Kau sudah mulai terbiasa dengan tempat ini, ya?"

“jika dibilang terbiasa ... tentu saja ini masih terasa sangat aneh bagiku.”

C keluar dari dalam sudut ruangan yang sangat gelap lalu berjalan menghampiri ku. Ia tersenyum senang karena merasa kalau aku sudah menerimanya, padahal aku masih belum menerimanya, aku hanya menerima keadaan saja.

Aku melihat ke arah bawah kakiku, lantainya sangat bersih melebihi kamar ku. Jadi aku pun langsung duduk tanpa pikir panjang lagi. Hari ini sudah terlalu melelahkan bagiku, jadi selagi berada di sini aku ingin beristirahat selama mungkin.

"Kau terlalu santai di tempat yang tidak kau ketahui, kau tahu?" ucap C.

"Aku sudah tidak peduli lagi. Aku baru saja membuat Ibu ku menangis, jika keberadaan mu adalah hukuman yang aku dapatkan karena membuat Ibu kecewa, maka aku pantas mendapatkannya."

"Hah ... kau ini."

Dia kemudian menjentikkan jarinya, lalu secara ajaib muncul cahaya kehijauan kecil yang berkumpul menjadi satu. Lama kelamaan cahaya tersebut berubah menjadi besar dan membentuk sebuah benda, yaitu kursi.

"Aku tidak bisa membiarkan tamuku duduk di lantai."

Melihat itu, aku tidak menolak tawaran dari C dan akhirnya duduk di kursi buatannya. Aku merasakan kalau kursi ini cukup nyaman dan terasa seperti kursi pada umumnya di dunia nyata.

Hening canggung menyerang kami berdua dan harus ada salah satu dari kami yang memecahkannya, jadi aku pun menjadi pahlawan di sini. Lagipula ada hal yang ingin ku tanyakan juga, sih.

"Ano ... aku mau tanya."

"Ada apa?"

"Sebenarnya kita ini sedang berada di mana? Apa ini juga termasuk di dalam tubuhku? Atau di tempat lain?" tanyaku.

"Benar, kita sedang berada di dalam tubuhmu. Lebih tepatnya di pikiranmu."

“Di dalam pikiran ku?"

"Iya, apa ada sesuatu yang aneh yang kau rasakan saat berada di sini?"

"Mmm ... tidak juga sih, terlebih karena kau bilang kalau ini ada di dalam tubuhku, perasaan takut ku secara aneh memudar. Malah rasanya cukup damai."

"Tapi pikiranmu sedang kacau loh saat ini."

"Benarkah? Maksudku, kau tahu dari mana tentang hal itu?"

Aku yang tadinya sedang bersandar langsung menegakkan posisi duduk ku dan menyimak penjelasan yang akan diberikan oleh C.

"Dari kursi yang kau duduki itu."

"Kursi ini? Apa ini menunjukkan sesuatu?"

"Kemampuan ku di dalam ruangan ini adalah menciptakan sesuatu yang aku mau berdasarkan emosi pemiliknya—dengan kata lain, dirimu. Semakin buruk emosi dan perasaan seseorang, semakin kuat kemampuan ku dalam membuat hal-hal yang berada di luar pemikiranmu."

Mendengar penjelasannya jadi membuat ku waspada dan berpikir, sebisa mungkin harus tenang dan mengatur emosi agar makhluk ini tidak menguasai tubuhku sepenuhnya.

"Lalu dalam skenario terburuk, apa yang bisa terjadi?" lanjut tanyaku.

C tersenyum saat aku bertanya seperti itu. "Aku mungkin bisa mengambil alih tubuhmu jika aku mau."

"Kau pasti bercanda ...."

"Tapi tenang saja, aku masih belum berniat untuk mengambil tubuhmu. Lagipula aku masih menganggapmu sebagai penyelamat ku, aku tidak sebegitu tega untuk melakukannya. Tapi jika kau bisa tenang dan berkonsentrasi penuh, kau juga akan mendapatkan manfaatnya."

"Manfaat?"

"Kau bisa dengan bebas mengendalikan aura milikku. Dan mungkin saja, jika kau berbakat ... kau bisa menerapkannya di dunia nyata."

"Menerapkan sesuatu seperti ini di dunia nyata, terdengar keren sekali!"

Aku dan C tersenyum mendengar hal itu. Sepertinya kami sudah mulai bisa menerima satu sama lain. Walaupun awalnya memang susah dan aku masih sedikit takut dengan keberadaanya di dalam tubuhku, tapi seiring berjalannya waktu, aku seperti dipaksa untuk terbiasa dengan hal ini.

"Oh iya! Aku hampir lupa kalau ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan."

"Ada apa lagi?"

"Apa ada sarana lain untuk masuk ke tempat ini? Kau tahu, selain tidur."

"Hmm ... syarat untuk masuk ke dalam pikiranmu sendiri adalah konsentrasi dan fokus, selain itu juga menenangkan diri se-rileks mungkin. Jadi aku pikir ... kau mungkin bisa masuk ke sini lewat meditasi."

"Meditasi?"

"Iya, jika kau meditasi dan melakukan konsentrasi penuh, kau bisa berkunjung ke sini kapan pun kau mau."

"Berkunjung? Bukankah ini memang seharusnya tempatku?"

"Sekarang aku yang menguasainya, kan? Berarti ini milikku. Oh iya, ngomong-ngomong aku sudah memperingatkan mu tentang satu hal, kan?"

"Hmm? Soal apa?"

"Salah satu cara masuk ke sini adalah dengan menenangkan diri sampai ke titik puncaknya, itu berarti sekarang kau sudah berada dalam puncak tidurmu."

"Lalu?"

"Mungkin kau harus segera bangun. Karena kalau tidak, sesuatu yang merepotkan akan melanda mu. Sudah dulu, ya?"

Ia menghilang ke dalam bagian ruangan yang gelap lagi. Dalam pembicaraan tadi aku sudah mendapat beberapa informasi yang sekiranya penting, jadi ini sudah bagus sekali. Tapi aku masih sedikit bingung dengan pernyataannya yang terakhir.

Saat ruangan ini perlahan mulai memudar, aku dapat mendengar dengan samar-samar suara ketukan berulang kali yang terngiang di kepalaku. Semakin lama ketukan itu semakin kencang suaranya.

Tok... Tok... Tok...

"Iraya, bangun! Giliran sekolah malah malas keluar ini anak!"

Aku langsung membuka mataku karena suara ketukan yang ternyata berasal dari ibuku. Aku diam sebentar untuk mengumpulkan kesadaran sehabis dibangunkan secara paksa.

Tapi saat aku melihat jam, aku tidak memerlukan waktu untuk mengumpulkan kesadaran lagi.

"Eh? Eh?! Ehhh?!!! Aku terlambat!"

Yap. Itu karena aku sudah terlambat berangkat sekolah.

Bersambung

Terpopuler

Comments

LastZee

LastZee

Pemerannya semua nama-nama orang jepang hehe
keren keren thor👍👍👍❤

2020-07-17

0

Illa D Art

Illa D Art

Baru baca sampai sini. Keren thor.

2020-06-25

0

Kuroko-sensei

Kuroko-sensei

“Pengeruh suatu mimpi bisa memakan waktu dengan cepat rupanya.” Fufu ... makin menarik thor

2020-02-14

1

lihat semua
Episodes
1 Chap. 1 : Pertemuan Pertama
2 Chap. 2 : Bertemu Langsung
3 Chap. 3 : Perempuan Misterius
4 Chap. 4 : Ditarik Lebih Dalam
5 Chap. 5 : Menolak Tawarannya
6 Chap. 6 : Ada yang Aneh dengan Hasuki-san
7 Chap. 7 : Bertarung Melawan Hasuki-san
8 Chap. 8 : Jalan-Jalan Sebentar
9 Chap. 9 : Mengungkap Insiden Hasuki-san
10 Chap. 10 : Mengungkap Insiden Hasuki-san (2)
11 Chap. 11 : Pertarungan Ulang
12 Chap. 12 : Kebenaran
13 Chap. 13 : Bergabung dengan Black Rain
14 Chap. 14 : Awal Cerita Baru
15 Chap. 15 : Misi Pertama
16 Chap. 16 : Misi Berlanjut
17 Chap. 17 : Herlin vs Inugami
18 Chap. 18 : Misi Selesai!
19 Chap. 19 : Berlatih Dengan Herlin
20 Chap. 20 : Masalah Baru di Sekolah
21 Chap. 21 : Rencana Herlin
22 Chap. 22 : Menyusun Rencana Balas Dendam
23 Chap. 23 : Masalah Kecil Sebelum Bencana Besar
24 Chap. 24 : Rencana Balas Dendam Sempurna Sudah Siap!
25 Chap. 25 : Kerusuhan Dimulai
26 Chap. 26 : Sukses Besar
27 Chap. 27 : Muncul Masalah Baru
28 Chap. 28 : Penyerangan Mall
29 Chap. 29 : Operasi Penangkapan Subject C
30 Chap. 30 : Bertemu Orang Aneh
31 Chap. 31 : Herlin vs Dua Assassin
32 Chap. 32 : Insiden Mall Berakhir
33 Chap. 33 : Hukuman Dari Oita-san
34 Chap. 34 : Oita-san & Ishikawa-san
35 Chap. 35 : Tugas Untuk Ishikawa-san
36 Chap. 36 : Senjata Baru Iraya
37 Chap. 37 : Meminta Izin Untuk Persiapan Turnamen
38 Chap. 38 : Turnamen The One
39 Chap. 39 : Pertandingan Pertama, Iraya vs Hayate
40 Chap. 40 : Pertandingan Pertama, Iraya vs Hayate (2)
41 Chap. 41 : Ucapan 'Selamat'
42 Chap. 42 : Rapat Pemimpin Kuni no Hashira
43 Chap. 43 : Unique Skill
44 Chap. 44 : Wanita Aneh Masuk ke Kamarku
45 Chap. 45 : Pertandingan Kedua, Iraya vs Oukami
46 Chap. 46 : Pertandingan Kedua, Iraya vs Oukami (2)
47 Chap. 47 : Pertemuan Dua Assassin
48 Chap. 48 : Aku Akan Bangkit Kembali!
49 Chap. 49 : Bertemu Calon Anggota Baru Black Rain
50 Chap. 50 : Kuromichi Anna & Kurobane Mei-senpai
51 Chap. 51 : Pertaruhan
52 Chap. 52 : Sesuatu Di Dalam Pedang
53 Chap. 53 : Anggota Baru Black Rain, Kurobane Mei
54 Chap. 54 : Misi Bagi Ishikawa-san
55 Chap. 55 : Primadona Sekolah
56 Chap. 56 : Bertemu Dengan Lawan Masing-Masing
57 Chap. 57 : Iraya vs Delta
58 Chap. 58 : Kurobane Mei vs Klon Delta
59 Chap. 59 : Herlin vs Astaroth
60 Chap. 60 : Keluar Dari Laboratorium
61 Chap. 61 : Bala Bantuan yang Mengubah Segalanya
62 Chap. 62 : Setelah Misi Selesai
63 Chap. 63 : Rekan Rahasia
64 Chap. 64 : Kompetisi Internal Kelas
65 Chap. 65 : Membeli Bahan-Bahan
66 Chap. 66 : Kompetisi Internal Kelas yang Terganggu
67 Chap. 67 : Serangan Balasan
68 Chap. 68 : Rencana Terhebat
69 Chap. 69 : Menuju ke Rumah Iraya
70 Chap. 70 : Kebenaran yang Terungkap
71 Chap. 71 : Kebenaran yang Terungkap (2)
72 Chap. 72 : Permintaan Kecil Oita-san Kepada Ryuzaki
73 Chap. 73 : Latihan Pedang Bersama Tetsu
74 Chap. 74 : Uji Tanding Dengan Mei-senpai
75 Chap. 75 : Serangan Balasan Dimulai!
76 Chap. 76 : Black Rain vs Para Assassin
77 Chap. 77 : Angin Melawan Api
78 Chap. 78 : Pertahanan Terkuat Melawan Serangan Paling Brutal
79 Chap. 79 : Reuni Teman Lama
80 Chap. 80 : Asal Usul Delta
81 Chap. 81 : Pertarungan Bagi Cecilia
82 Chap. 82 : Murasaki Oita vs Astaroth
83 Chap. 83 : Pertarungan Menjadi Lebih Besar
84 Chap. 84 : Serangan di Tokyo
85 Chap. 85 : Serangan di Tokyo (2)
86 Chap. 86 : Serangan di Tokyo (3)
87 Chap. 87 : Serangan di Osaka
88 Chap. 88 : Serangan di Nagoya
89 Chap. 89 : Berkumpul Kembali
90 Chap. 90 : Kerjasama Dadakan
91 Chap. 91 : Pengorbanan Oita-san
92 Chap. 92 : Pemulihan Mental Iraya
93 Chap. 93 : Puncak Pertarungan
94 Chap. 94 : Kemenangan Tanpa Perayaan
95 Chap. 95 : Anggota Black Rain Kembali Bertambah!
96 Chap. 96 : Menghapus Luka Masa Lalu
97 Chap. 97 : Menjadi Organisasi Kecil
98 Special Chapter : Liburan!
99 Special Chapter : Liburan! (2)
100 Special Chapter : Liburan! (3)
101 Chap. 98 : Perjalanan Menuju Jepang
102 Chap. 99 : Ressurection
103 Chap. 100 : Membangkitkan Satu Orang Lagi
104 Chap. 101 : Assassin
105 Chap. 102 : Ardenter dan Nimis
106 Chap. 103 : Hari Baru, Senjata Baru
107 Chap. 104 : Pedang Baru Berhasil Didapatkan!
108 Chap. 105 : Gadis Aneh
109 Chap. 106 : Sparing
110 Chap. 107 : Penyelidikan!
111 Chap. 108 : Saatnya Bertindak
112 Chap. 109 : Selesai Dengan Damai
113 Chap. 110 : Berkunjung
114 Chap. 111 : Misi di Nagoya
115 Chap. 112 : Satu Orang Tambahan
116 Chap. 113 : Sebelum Misi
117 Chap. 114 : Duel Harga Diri
118 Chap. 115 : Iraya vs Oukami (Lagi)
119 Chap. 116 : Rencana Taman Hiburan
120 Chap. 117 : Rencana Taman Hiburan (2)
121 Chap. 118 : Menjemput Para Idol
122 Chap. 119 : Konser Yang Tidak Selesai
123 Chap. 120 : Kerusuhan Menyebar
124 Chap. 121 : Solusi
125 Chap. 122 : Tenda Sirkus
126 Chap. 123 : Pertarungan Di Dalam Tenda Sirkus
127 Chap. 124 : Sumber Masalah
128 Chap. 125 : Pertarungan Yang Menyulitkan
129 Chap. 126 : Tidak Adil
130 Chapter 127 : Jalan Yang Aku Pilih
131 Chapter 128 : Saatnya Arisu Beraksi
132 Chapter 129 : Fase Kedua
133 Chap. 130 : Perjalanan Menuju Stasiun Radio
134 Chap. 131 : Masuk Ke Stasiun Radio
135 Chap. 132 : Pil Elemen
136 Chap. 133 : Cube of Death
137 Chap. 134 : Pertarungan Ahli Beladiri
138 Chap. 135 : Puncak Trik Kotor
139 Chap. 136 : Pertarungan Di Lantai Atas
140 Chap. 137 : Solilokui Murasaki Oita
141 Chap. 138 : Sang Bintang Utama
142 Chap. 139 : Perasaan Arisu
143 Chap. 140 : Tidak Berubah
144 Chap. 141 : Kejutan Ulang Tahun
145 Chap. 142 : Selamat Tinggal
146 Chap. 143 : Mengejar Ketertinggalan
147 Chap. 144 : Sang Assassin, Dantalion
148 Chap. 145 : Membuat Keributan Di Bar
149 Chap. 146 : Interogasi
150 Chap. 147 : Target Yang Familiar
151 Chap. 148 : Room and Door
152 Chap. 149 : Akhir yang Tak Diinginkan
153 Chap. 150 : Gadis Asing Di Keluarga ku
154 Chap. 151 : Kastil Blaircass
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Chap. 1 : Pertemuan Pertama
2
Chap. 2 : Bertemu Langsung
3
Chap. 3 : Perempuan Misterius
4
Chap. 4 : Ditarik Lebih Dalam
5
Chap. 5 : Menolak Tawarannya
6
Chap. 6 : Ada yang Aneh dengan Hasuki-san
7
Chap. 7 : Bertarung Melawan Hasuki-san
8
Chap. 8 : Jalan-Jalan Sebentar
9
Chap. 9 : Mengungkap Insiden Hasuki-san
10
Chap. 10 : Mengungkap Insiden Hasuki-san (2)
11
Chap. 11 : Pertarungan Ulang
12
Chap. 12 : Kebenaran
13
Chap. 13 : Bergabung dengan Black Rain
14
Chap. 14 : Awal Cerita Baru
15
Chap. 15 : Misi Pertama
16
Chap. 16 : Misi Berlanjut
17
Chap. 17 : Herlin vs Inugami
18
Chap. 18 : Misi Selesai!
19
Chap. 19 : Berlatih Dengan Herlin
20
Chap. 20 : Masalah Baru di Sekolah
21
Chap. 21 : Rencana Herlin
22
Chap. 22 : Menyusun Rencana Balas Dendam
23
Chap. 23 : Masalah Kecil Sebelum Bencana Besar
24
Chap. 24 : Rencana Balas Dendam Sempurna Sudah Siap!
25
Chap. 25 : Kerusuhan Dimulai
26
Chap. 26 : Sukses Besar
27
Chap. 27 : Muncul Masalah Baru
28
Chap. 28 : Penyerangan Mall
29
Chap. 29 : Operasi Penangkapan Subject C
30
Chap. 30 : Bertemu Orang Aneh
31
Chap. 31 : Herlin vs Dua Assassin
32
Chap. 32 : Insiden Mall Berakhir
33
Chap. 33 : Hukuman Dari Oita-san
34
Chap. 34 : Oita-san & Ishikawa-san
35
Chap. 35 : Tugas Untuk Ishikawa-san
36
Chap. 36 : Senjata Baru Iraya
37
Chap. 37 : Meminta Izin Untuk Persiapan Turnamen
38
Chap. 38 : Turnamen The One
39
Chap. 39 : Pertandingan Pertama, Iraya vs Hayate
40
Chap. 40 : Pertandingan Pertama, Iraya vs Hayate (2)
41
Chap. 41 : Ucapan 'Selamat'
42
Chap. 42 : Rapat Pemimpin Kuni no Hashira
43
Chap. 43 : Unique Skill
44
Chap. 44 : Wanita Aneh Masuk ke Kamarku
45
Chap. 45 : Pertandingan Kedua, Iraya vs Oukami
46
Chap. 46 : Pertandingan Kedua, Iraya vs Oukami (2)
47
Chap. 47 : Pertemuan Dua Assassin
48
Chap. 48 : Aku Akan Bangkit Kembali!
49
Chap. 49 : Bertemu Calon Anggota Baru Black Rain
50
Chap. 50 : Kuromichi Anna & Kurobane Mei-senpai
51
Chap. 51 : Pertaruhan
52
Chap. 52 : Sesuatu Di Dalam Pedang
53
Chap. 53 : Anggota Baru Black Rain, Kurobane Mei
54
Chap. 54 : Misi Bagi Ishikawa-san
55
Chap. 55 : Primadona Sekolah
56
Chap. 56 : Bertemu Dengan Lawan Masing-Masing
57
Chap. 57 : Iraya vs Delta
58
Chap. 58 : Kurobane Mei vs Klon Delta
59
Chap. 59 : Herlin vs Astaroth
60
Chap. 60 : Keluar Dari Laboratorium
61
Chap. 61 : Bala Bantuan yang Mengubah Segalanya
62
Chap. 62 : Setelah Misi Selesai
63
Chap. 63 : Rekan Rahasia
64
Chap. 64 : Kompetisi Internal Kelas
65
Chap. 65 : Membeli Bahan-Bahan
66
Chap. 66 : Kompetisi Internal Kelas yang Terganggu
67
Chap. 67 : Serangan Balasan
68
Chap. 68 : Rencana Terhebat
69
Chap. 69 : Menuju ke Rumah Iraya
70
Chap. 70 : Kebenaran yang Terungkap
71
Chap. 71 : Kebenaran yang Terungkap (2)
72
Chap. 72 : Permintaan Kecil Oita-san Kepada Ryuzaki
73
Chap. 73 : Latihan Pedang Bersama Tetsu
74
Chap. 74 : Uji Tanding Dengan Mei-senpai
75
Chap. 75 : Serangan Balasan Dimulai!
76
Chap. 76 : Black Rain vs Para Assassin
77
Chap. 77 : Angin Melawan Api
78
Chap. 78 : Pertahanan Terkuat Melawan Serangan Paling Brutal
79
Chap. 79 : Reuni Teman Lama
80
Chap. 80 : Asal Usul Delta
81
Chap. 81 : Pertarungan Bagi Cecilia
82
Chap. 82 : Murasaki Oita vs Astaroth
83
Chap. 83 : Pertarungan Menjadi Lebih Besar
84
Chap. 84 : Serangan di Tokyo
85
Chap. 85 : Serangan di Tokyo (2)
86
Chap. 86 : Serangan di Tokyo (3)
87
Chap. 87 : Serangan di Osaka
88
Chap. 88 : Serangan di Nagoya
89
Chap. 89 : Berkumpul Kembali
90
Chap. 90 : Kerjasama Dadakan
91
Chap. 91 : Pengorbanan Oita-san
92
Chap. 92 : Pemulihan Mental Iraya
93
Chap. 93 : Puncak Pertarungan
94
Chap. 94 : Kemenangan Tanpa Perayaan
95
Chap. 95 : Anggota Black Rain Kembali Bertambah!
96
Chap. 96 : Menghapus Luka Masa Lalu
97
Chap. 97 : Menjadi Organisasi Kecil
98
Special Chapter : Liburan!
99
Special Chapter : Liburan! (2)
100
Special Chapter : Liburan! (3)
101
Chap. 98 : Perjalanan Menuju Jepang
102
Chap. 99 : Ressurection
103
Chap. 100 : Membangkitkan Satu Orang Lagi
104
Chap. 101 : Assassin
105
Chap. 102 : Ardenter dan Nimis
106
Chap. 103 : Hari Baru, Senjata Baru
107
Chap. 104 : Pedang Baru Berhasil Didapatkan!
108
Chap. 105 : Gadis Aneh
109
Chap. 106 : Sparing
110
Chap. 107 : Penyelidikan!
111
Chap. 108 : Saatnya Bertindak
112
Chap. 109 : Selesai Dengan Damai
113
Chap. 110 : Berkunjung
114
Chap. 111 : Misi di Nagoya
115
Chap. 112 : Satu Orang Tambahan
116
Chap. 113 : Sebelum Misi
117
Chap. 114 : Duel Harga Diri
118
Chap. 115 : Iraya vs Oukami (Lagi)
119
Chap. 116 : Rencana Taman Hiburan
120
Chap. 117 : Rencana Taman Hiburan (2)
121
Chap. 118 : Menjemput Para Idol
122
Chap. 119 : Konser Yang Tidak Selesai
123
Chap. 120 : Kerusuhan Menyebar
124
Chap. 121 : Solusi
125
Chap. 122 : Tenda Sirkus
126
Chap. 123 : Pertarungan Di Dalam Tenda Sirkus
127
Chap. 124 : Sumber Masalah
128
Chap. 125 : Pertarungan Yang Menyulitkan
129
Chap. 126 : Tidak Adil
130
Chapter 127 : Jalan Yang Aku Pilih
131
Chapter 128 : Saatnya Arisu Beraksi
132
Chapter 129 : Fase Kedua
133
Chap. 130 : Perjalanan Menuju Stasiun Radio
134
Chap. 131 : Masuk Ke Stasiun Radio
135
Chap. 132 : Pil Elemen
136
Chap. 133 : Cube of Death
137
Chap. 134 : Pertarungan Ahli Beladiri
138
Chap. 135 : Puncak Trik Kotor
139
Chap. 136 : Pertarungan Di Lantai Atas
140
Chap. 137 : Solilokui Murasaki Oita
141
Chap. 138 : Sang Bintang Utama
142
Chap. 139 : Perasaan Arisu
143
Chap. 140 : Tidak Berubah
144
Chap. 141 : Kejutan Ulang Tahun
145
Chap. 142 : Selamat Tinggal
146
Chap. 143 : Mengejar Ketertinggalan
147
Chap. 144 : Sang Assassin, Dantalion
148
Chap. 145 : Membuat Keributan Di Bar
149
Chap. 146 : Interogasi
150
Chap. 147 : Target Yang Familiar
151
Chap. 148 : Room and Door
152
Chap. 149 : Akhir yang Tak Diinginkan
153
Chap. 150 : Gadis Asing Di Keluarga ku
154
Chap. 151 : Kastil Blaircass

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!