"Hoaamm …."
Aku menguap karena keadaan rumah yang sedang sangat membosankan saat ini. Meskipun aku sedang di depan TV sambil menonton acara kartun pagi, tapi itu tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa bosanku hari ini.
Kemarin adalah hari yang sangat melelahkan bagiku. Begitu banyak kejadian yang terjadi selama sehari yang biasanya tidak akan pernah terjadi dalam hidup seseorang. Yang pertama adalah terlambat dan kemudian ada ulangan dadakan, lalu setelah itu temanku kerasukan sebuah makhluk aneh yang tidak diketahui jenisnya.
Piip…
Aku mengganti channel TV kartun pagi tadi ke siaran berita, dan aku bisa melihat sekolahku berada di TV. Bukan karena menang lomba atau prestasi lainnya, melainkan karena ledakan aneh kemarin.
"Pemirsa, bisa di lihat di sini bagian rooftop dari Keisatsu School benar-benar hancur dan menghitam seperti ada seseorang yang meledakkan bom di atas sana."
Yap. Apa yang wartawan itu bilang hampir benar, ledakannya memang mirip seperti bom tapi yang menciptakannya sama sekali bukan bom. Aku hanya bisa tersenyum melihat ketidaktahuan orang luar tentang hal-hal seperti ini.
Dan sekarang di sinilah aku, berbaring di depan sofa sambil menonton TV. Akibat insiden Hasuki-san kemarin, sekolah diliburkan untuk beberapa hari ke depan sampai setidaknya semua tempat dipastikan aman untuk para murid belajar.
Para polisi dan wartawan juga berkumpul di sana untuk menyelidiki adanya bekas bom yang tersisa—meskipun sudah pasti mereka tidak akan menemukannya di sana.
Sementara untuk Hasuki-san sendiri, saat aku tanya apa yang membuat dia bisa kerasukan makhluk seperti kabut hitam itu, ia tidak bisa menjawabnya. Ia tidak ingat saat dia dikendalikan makhluk itu dan semuanya seperti gelap baginya.
Aku tahu kehidupanku yang dulu membosankan, tapi saat ini aku benar-benar merindukannya. Hanya melakukan kegiatan berulang-ulang, itu semua sangat menyenangkan bagiku. Tapi sayang alam berkata lain.
"Hah … dengarkan aku, kau itu sudah tidak bisa kembali ke kehidupan lamamu. Tidak ada gunanya mengeluh lagi."
Tapi makhluk di dalam diriku ini merubah segalanya, ia merebut segala kedamaian yang aku miliki dulu dan sekarang memaksaku untuk menerima keadaan tidak masuk akal ini. Aku ingin segera membalas perkataannya, tapi aku menengok ke sampingku dan melihat ibu yang sedang melipat baju.
Aku tidak bisa sembarangan membalas perkataan C ini. Yang bisa mendengar suaranya hanya aku saja, jadi jika aku menjawabnya aku akan terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri. Oleh karena itu aku mematikan TV dan berjalan ke kamarku.
Setelah di dalam kamar, baru aku membalas perkataannya.
"Kau ini berisik sekali, ya? Keluar dari tubuhku sekarang!"
"Kau tidak bisa melakukan apapun untuk mengeluarkanku, kan? Lebih baik kau tunggu sebentar lagi, semua akan ada waktunya."
"Hah …."
Aku tidak mengerti harus menunggu sampai kapan, tapi aku tidak bisa apa-apa selain menunggu. Aku pun berjalan menuju ke rak kumpulan komikku dan membacanya sebentar. Tapi tidak ada hal yang menarik di sana dan membuatku langsung menutupnya lagi.
"Bahkan manga ini sudah tidak menarik lagi bagiku."
"Kenapa kau tidak coba cari udara segar? Di luar masih lumayan sejuk, kan?" ucap C.
"Keluar?"
Itu bukan ide yang buruk, sih. Lagipula tidak ada apa-apa yang dapat menghiburku di dalam rumah. Akhirnya aku pun memutuskan untuk jalan-jalan sebentar, meskipun saat aku berada di depan pintu, ibuku langsung menanyaiku.
"Mau pergi kemana?" tanya ibu.
"Aku ingin jalan-jalan sebentar, di rumah bosan sekali, Bu."
"Apa kau tahu kalau di sekitar sini sedang berbahaya?"
"Aku tahu, Bu. Aku tidak akan lewat jalan-jalan yang berbahaya seperti sekolah atau yang lainnya. Kalau begitu, aku pergi dulu."
Setelah memakai sendal, aku pun langsung berangkat ke luar rumah.
Aku berjalan menyusuri komplek perumahan di dekat rumahku. Meskipun masih pagi, tapi matahari bersinar cukup terik. Sebenarnya aku tidak tahu mau jalan-jalan kemana, aku hanya mengikuti langkah dan intuisi membawaku dan ternyata aku sampai di depan sekolahku yang sedang diperbaiki.
Keadaan sekolahku sedang ramai dengan para pekerja yang sedang memperbaiki atap gedung sekolah. Melihat mereka bekerja keras karena perbuatanku membuat hatiku tidak enak.
"Maafkan aku," gumamku.
Entah kenapa aku ingin sekali meminta maaf kepada mereka jadi aku menundukkan kepala lalu meminta maaf. Aku kemudian melanjutkan jalan-jalan tak jelas ini karena aku sudah janji dengan ibuku kalau aku tidak boleh berlama-lama di daerah sekolah.
Aku terus berjalan sampai akhirnya aku sampai di daerah pertokoan yang tidak asing bagiku.
"Ini kan …."
Aku langsung mengingat kalau aku pernah dibawa kesini oleh perempuan muda sadis itu. Membayangkan dia membantai monster pada malam saat itu saja sudah membuat bulu kudukku merinding, semoga saja aku tidak bertemu dengannya lagi.
"Hiikh!"
"Hnm? Suara siapa itu?" gumamku.
Saat sedang mengingat trauma malam itu, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan pria ketakutan. Aku pun menengok ke belakang dan melihat tiga orang berbadan besar dan berpenampilan garang sedang mengelilingi seorang pria berbaju kantoran.
"Oi kau! Mana uangnya? Kau sudah janji ingin membayarnya, kan?" ucap salah satu orang berbadan besar kepada pria itu.
Jadi ini soal masalah pribadi. Kalau begitu sih aku tidak bisa ikut campur lebih jauh, mengingat aku tidak ada urusannya sama sekali dengan dia.
"A-Aku belum punya uangnya, beri aku sedikit waktu lagi, kumohon."
"Cih! selalu saja seperti ini. Ayo bawa dia ke tempat yang lebih sepi."
Dia mengisyaratkan kepada dua orang lainnya untuk membawa pria kantoran itu ke tempat yang lebih sepi supaya apapun yang akan mereka lakukan kepadanya akan lebih lancar dan mereka pergi ke sebuah gang kecil di dekat mereka.
"Tidak! Kumohon! Siapa saja tolong aku!" teriak pria itu.
Aku tidak dengar. Aku tidak dengar. Maafkan aku karena aku tidak dengar jadi aku tidak bisa menolongmu. Hehe …. Hn? Apa? Kalian menganggapku sebagai orang apatis karena tidak menolongnya? Jika kalian berpikir seperti itu berarti kalian salah besar.
Berada dalam jeratan hutang itu sangat menyiksa. Itu adalah hal yang dikatakan oleh ibuku, hidupmu akan terasa tidak nyaman dan sedikit orang yang akan menolongmu—itu pun kalau mereka rela memberikan uangnya kepadamu.
Ngomong-ngomong, pria itu benar-benar dibawa ke gang oleh para preman itu. Karena aku sedang senggang, mungkin mengintip sedikit tidak akan jadi masalah.
Aku berjalan menuju ke gang tersebut sambil menjaga jarak dan langkahku agar tidak ketahuan oleh mereka. Tapi kalau ketahuan oleh mereka sih tidak apa-apa, aku juga bisa melawannya. Apa lagi dengan kekuatan baruku ini.
Aku mengintip ke dalam gang dan melihat orang itu sedang dipojokkan oleh ketiga orang penagih hutang itu. Ini pasti akan menyenangkan.
Jarak mereka denganku cukup jauh, jadi aku tidak bisa mendengar obrolan mereka dengan jelas. Tapi di sini entah kenapa aku memiliki firasat yang aneh, seperti pertanda kalau seharusnya aku tidak berada di sini. Hawanya … terasa sangat mengerikan.
"Hey C."
"Apa? kau mengajakku bicara?"
"Iya, wanita aneh. Ngomong-ngomong, apa kau merasakan sesuatu yang mengerikan berada di dekat sini?"
"Apa katamu?! Kau berani bicara seperti itu kepadaku?!"
"Sudahlah, jawab saja. Kau juga sering menghinaku dulu."
"Anak kecil sialan …. Iya, aku merasakannya! Tapi, aku rasa itu karena aku ingin membunuhmu."
"Bukan. Aku tahu hawamu seperti apa. Tapi yang aku rasakan saat ini berbeda, hawanya seperti … binatang buas."
"Grrr …."
"Eh?!"
Ternyata firasatku tidak salah. Mataku melebar saat aku melihat dari ujung gang yang lain, sesuatu yang sangat mengerikan.
Air liur yang jatuh ke tanah melewati sela-sela gigi tajamnya dan tatapan tajam yang ia tujukan kepada empat orang itu. Di sekitar mulutnya juga terdapat banyak sisa darah kering yang menandakan kalau ia sudah menyerang sesuatu sebelumnya. Anjing yang berukuran kira-kira dua kali ukuran manusia normal, berjalan perlahan mendekati mereka.
"??!!"
"A-Apa itu?!" Ucap salah satu penagih hutang itu.
Mereka bertiga kemudian langsung refleks mengeluarkan pistol saat melihat makhluk—anjing besar itu. Dan menembaknya secara asal dan membabi buta.
"Menjauh dari sini!"
Dor… Dor… Dor…
Tapi tembakan pistol seperti tidak berpengaruh bagi mereka. Memang ada beberapa yang mengenainya, tapi itu malah membuat anjing besar itu semakin marah.
"Grrr …!"
"A-apa?! Tidak mempan?"
"Sial! Ayo cepat kabur dari sini!"
Mereka pun berusaha lari dari gang itu meninggalkan pria kantoran itu sendirian. Tapi mereka tidak bisa semudah itu kabur, karena mereka sudah memancing kemarahan makhluk itu.
Zwuuusshh…
"Ti-tidak mungkin!"
Anjing besar itu melompat menghalangi ketiga penagih tadi kabur. Sementara mereka bertiga yang sudah tidak bisa apa-apa, hanya mencoba untuk melawan dengan pistol mereka yang tidak berdampak apa-apa.
Craasshh…
"Arrgh … tolong aku! Tanganku! Tolong—!"
Teriakan penagih hutang itu langsung terhenti karena anjing besar tadi menggigit kepalanya sampai putus. Melihat temannya mati, dengan putus asa dua orang lainnya langsung melontarkan serangan membabi buta kepada anjing tersebut, namun nyawa mereka memang sudah tidak terselamatkan dari awal.
Kreeekk… Craassh…
Sekarang yang tersisa adalah pria kantoran itu. Anjing besar itu mendekati pria itu dengan darah segar yang masih menetes dari mulutnya, ia kelihatan sudah pasrah dan menyerah untuk melarikan diri. Meskipun sekelebat aku dapat melihatnya tersenyum lega.
Braaakhh…
Disaat si anjing ingin menyerang lagi, aku langsung berlari dan mendorong tubuh anjing itu sehingga menabrak tembok gang. Ini bukan masalah hutang lagi, jadi aku bisa ikut campur sekarang.
"Hampir saja …. Apa kau tidak apa-apa?"
"Apa … yang kau lakukan?" tanya pria itu bingung.
Benar-benar pria yang malang. Di tagih hutang, ingin di hajar, dan sekarang mau diterkam oleh anjing besar yang misterius. Aku pun mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri.
Degh…
"Eh..?!"
Tiba-tiba bulu kudukku berdiri seakan menandakan bahaya terjadi di belakangku yang membuatku dengan cepat berbalik badan dan langsung bersiap. Dan benar saja, anjing itu kembali ingin menerkamku.
"Diam, dasar monster!"
Braaakhh…
Seiring aku berbalik badan, aku juga melancarkan tendangan secara horizontal dari kanan ke kiri yang langsung terkena bagian rahang anjing besar itu. Ia terkena seranganku dengan telak dan kembali menabrak dinding yang sama dua kali.
Setelah terkena serangan sebanyak dua kali, anjing besar itu berhenti sebentar dan seperti menatap dendam padaku. Ia akhirnya kabur dari sana dan kami berdua pun selamat. Aku menghela nafas lega dan kembali menghampiri pria kantoran tadi.
"Hah … sepertinya sudah berakhir."
"Ano …." Pria itu memanggilku.
"Iya, maaf sudah mengabaikanmu sebentar tadi. Jadi, apa kau baik-baik saja?"
"Ke—" Dia berusaha mengucapkan sesuatu.
"Ke?"
"Kenapa kau menolongku?!"
"Eh?"
"Jika tadi anjing itu memakanku, maka kehidupanku yang berantakan ini bisa berakhir! Aku bisa pergi dengan tenang dari dunia yang kotor ini! Tapi kau … kau! Malah datang mencoba berlagak seperti pahlawan kesiangan dan merusak segala rencanaku! Ini semua salahmu!"
Aku tercengang dengan apa yang dikatakan olehnya. Padahal aku sudah siap untuk menerima ucapan terima kasihku, tapi justru orang ini malah menghinaku dan menyalahkanku. Aku benar-benar tidak mengerti pikiran orang ini.
"Kau tahu …." C berbicara di dalam kepalaku.
"Hmm?"
"Kadang mati itu lebih baik daripada harus hidup susah."
Jadi begitu. Aku mengerti sekarang. Orang ini sudah menyerah dengan hidupnya dan ingin keluar lewat anjing besar tadi, tapi aku datang dan mengacaukan semuanya yang membuatnya harus menunggu lebih lama lagi.
"Sekarang apa yang akan kau lakukan?! Apa kau ingin membayar semua utangku?!"
"Hei, dengarkan aku."
"Eh?"
Buughh…
Aku kemudian memukul hidungnya sampai berdarah. Membuatnya jatuh tersungkur kesakitan sambil memegangi hidungnya. Aku sudah terlanjur kesal saat mendengar hal itu darinya.
"A-Apa yang kau lakukan?!" tanya orang itu.
"Cari kerja sana, dasar pemalas! Kalau kau tidak mau, aku akan membunuhmu sekarang juga dengan cara yang lebih menyakitkan daripada di makan hidup-hidup!"
"Hiikh!" Pria itu kemudian lari ketakutan saat aku mengancamnya seperti itu.
Meskipun aku tidak tahu latar belakang orang itu dan kehidupan yang ia jalani seperti apa, tapi tadi hanya kata-kata egoisku yang sudah terlanjur emosi padanya.
"Padahal kau ingin membunuhnya, tapi dia malah kabur, tuh," ucap C.
"Hah ... mood jalan-jalanku hancur gara-gara orang tadi."
Aku tidak menjawab ucapan C. Sepertinya aku akan kembali ke rumah sekarang, sudah cukup jalan-jalan untuk hari ini. Lagipula jika aku terlalu lama berada di sini, bisa-bisa aku dituduh sebagai tersangka yang membunuh mereka.
Aku melirik ke arah mayat-mayat para penagih hutang tadi. Tubuh mereka kebanyakan sudah tidak lengkap semua dan tergeletak di atas kubangan darah mereka sendiri.
Agar tidak membawa lebih banyak masalah padaku, aku pun segera keluar dari gang tadi. Aku akan membiarkannya sampai orang lain menemukannya sendiri dan tidak tahu kalau aku sempat berada di sini. Dan acara jalan-jalan ku hari ini pun selesai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments