Kau ini sebenarnya apa? Lalu makhluk yang mengejarmu sebelumnya juga, kenapa mereka mengejarmu?"
Cecilia terdiam sejenak dan tidak langsung menjawab pertanyaanku. Ia melihat wajahku dan bisa melihatnya sendiri kalau wajahku pun juga serius ingin mengetahui hal itu. Ia pun menghela nafas karena tidak punya pilihan lain.
"Hah …. Akhirnya kau bertanya soal hal itu, ya?"
"Ya, aku mohon. Beritahu aku semuanya, demi kebaikan semua orang."
"Kurasa kau benar, mungkin sudah saatnya untuk memberitahu yang sebenarnya kepadamu."
Pembicaraan seriusku dengan Cecilia pun akhirnya akan dimulai. Aku sebentar lagi akan tahu sebenarnya dari mana makhluk ini berasal … dan seberapa berbahaya dia bagiku.
Ctiik…
Sebelum Cecilia berbicara, ia mengangkat tangannya dan kemudian menjentikkan jarinya. Tiba-tiba seluruh ruangan ini bercahaya, tidak ada kegelapan sama sekali seperti sebelumnya. Ternyata di dalam pikiranku sangat kosong dan bersih.
"Ini … di dalam pikiranku?"
"Ya, aku yakin bukan hanya kau saja yang seperti ini. Hampir setiap orang normal memiliki ruangan seperti ini di dalam pikirannya, hanya saja mereka tidak bisa melihatnya."
"Jadi begitu."
Syiing… Syiing…
Selain membuat terang ruangan ini, Cecilia juga menciptakan dua buah kursi dari auranya yang dapat aku duduki seperti sebelumnya. Aku jadi teringat kalau aku pernah menciptakan hal yang seperti ini saat melawan anjing besar itu.
"Kau juga bisa membuat hal seperti ini, kan?"
"Hn?"
"Saat itu, pedang yang kau buat saat melawan anjing besar itu … apa kau meniru teknikku?"
"Meniru? Tidak juga, sih."
"Eh? Kau tidak meniruku?"
Aku menggeleng. "Aku saat itu benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, hanya kebencian yang aku rasakan saat itu. Jadi aku membayangkan sesuatu yang dapat membunuh makhluk itu dengan cepat."
"Apa kau sadar kalau kau mengambil auraku secara paksa?"
"Benarkah?" Aku memiringkan kepalaku bingung.
"Eh …?"
Cecilia malah jadi bingung karena aku tidak tahu apa-apa. Sementara aku sendiri juga sebenarnya tidak sadar kalau aku mengambil aura Cecilia secara paksa, yang aku tahu saat itu adalah aku merasakan aura melimpah dari dalam tubuhku.
Daripada kami semua makin bingung, akhirnya kami pun melewatkan hal itu untuk sementara waktu. Karena yang kami ingin bicarakan saat ini adalah hal yang lain. Kami berdua pun duduk di kursi itu.
"Ya sudahlah, kita lewati dulu hal itu. Kau ingin mengetahui siapa aku sebenarnya dan dari mana aku berasal, kan?"
"Ya."
"Aku tidak bisa ingat dengan jelas tentang hal itu, jadi aku tidak bisa memberitahumu secara akurat."
"Tidak apa, informasi tetaplah informasi."
"Kalau begitu aku mulai dari jenisku. Aku adalah ras The Spirit …."
"The Spirit?" gumamku.
"Ya. Di dunia ini, makhluk-makhluk yang kau sebut monster itu terbagi menjadi tiga jenis; The Spirit, The Unseen, dan satu lagi adalah The Beast."
Kemudian Cecilia terus menjelaskan jenis-jenis monster itu dan aku mendengarkannya dengan serius. Setelah beberapa menit aku mendengarkan penjelasannya, aku bisa menarik kesimpulan kalau ras The Beast lah yang paling sering menyerang manusia.
The Beast merupakan monster yang dapat menyerupai hewan-hewan pada umumnya. Tapi The Beast memiliki penampilan yang lebih kompleks dan mengerikan dari hewan-hewan tersebut, contohnya anjing yang menyerangku saat itu. Dia memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan otak yang lebih pintar.
Lalu selanjutnya ada The Unseen, The Unseen adalah monster yang tidak terlihat. Orang awam biasa menyebutnya sebagai hantu, setan, iblis, dan lain-lain. The Unseen biasanya tidak berbahaya bagi manusia dan hanya berjalan-jalan dan terbang-terbang saja di dunia ini. The Unseen sudah ada secara alamiah akibat energi alam yang sejak dulu ada di planet ini.
The Unseen bisa saja menjadi berbahaya karena dia menjadi milik seseorang dan dikendalikan oleh pemiliknya. The Unseen tersebut akan melakukan apa saja bagi seseorang yang sudah menjadi tuannya. Sebagai tambahan, The Unseen pada umumnya hanya bisa menyerang jika dia berada dalam keadaan terlihat oleh mata telanjang.
Dan yang terakhir adalah The Spirit, ini adalah ras dari Cecilia. The Spirit tidak bisa hidup terlalu lama di luar tubuh inangnya, bisa dibilang kalau mereka adalah sebuah parasit.
Merugikan atau tidaknya mereka tergantung dari kemauan Spirit itu sendiri, tetapi hanya beberapa kasus saja bahwa ada yang bisa mengendalikan inangnya dalam jangka waktu yang lama, contohnya pada kasus Hasuki-san. Tapi kebanyakan dia hanya menyerap nutrisi inangnya kemudian berpindah ketika sudah dianggap tidak cocok lagi olehnya.
"Aku sudah lumayan mengerti sekarang. Dengan begini kita bisa urutkan yang paling berbahaya adalah The Beast, kemudian The Spirit, lalu yang terakhir adalah The Unseen," ucapku.
"Hmm …? Menurutmu begitu?" tanya Cecilia.
"Eh? Memangnya salah?"
"Ya ampun kau ini, apa otakmu ini benar-benar sederhana, ya?" ejek Cecilia.
"Oi! Kau mau bilang aku bodoh begitu?!"
"Apa kau lupa kalau kau baru saja mengalahkan salah satu dari mereka dengan aura milikku?"
Meskipun dia mengejekku barusan, tapi aku rasa Cecilia ada benarnya. Aku mengalahkan salah satu ras The Beast dengan kemampuan Cecilia dan juga senjata baruku. Cecilia bilang kalau aku menirunya tapi aku tidak merasa begitu.
Ziiing… Klaank…
Aku kembali membentuk pedang di genggamanku. Prosesnya jauh lebih mudah di sini daripada di dunia nyata waktu itu. Pedang dengan bilah kehijauan yang berkilauan ini memiliki celah di bagian tengahnya sehingga terlihat seperti dua bilah pedang dalam satu gagang.
"Kau sudah bisa menciptakan hal itu sesuka hatimu sekarang? Dasar … kau ini benar-benar aneh."
"Sebenarnya karena aku berada di sini prosesnya jadi lebih mudah, tapi pada garis besarnya aku memang sudah bisa."
Syiing…
Pedang itu kemudian perlahan berubah menjadi partikel-partikel yang membuatnya semakin lama semakin pudar dan pada akhirnya menghilang seutuhnya. Setelah menghilangkan pedang itu, aku pun kembali berbicara pada Cecilia.
"Cecilia, ada lagi yang ingin aku ketahui."
"Apa itu?"
"Mendengar ceritamu sebelumnya, kau itu diciptakan di suatu tempat, kan? Bagaimana caramu bisa kabur dari tempat itu?"
"Ara … aku belum cerita tentang itu, ya? Baiklah dengarkan aku baik-baik. Tapi sebelum itu kau harus tahu satu hal."
"Apa itu?"
"Aku adalah ras The Spirit terkuat yang pernah diciptakan manusia. Ribu—tidak, ratusan ribu Spirit dikumpulkan dan disatukan menjadi satu makhluk sempurna yaitu …."
"… Kau?"
Aku melanjutkan kata-kata menggantungnya. Ia tidak merasa terganggu dengan hal itu dan ucapanku malah membuatnya mengangguk dan tersenyum. Aku yang menemukan fakta itu sedikit merasa ngeri sampai bulu kudukku merinding.
Makhluk yang begitu kuatnya, gabungan dari makhluk-makhluk kuat lainnya saat ini berada di dalam tubuhku. Aku pikir awalnya dia adalah hantu atau setan biasa, tapi ternyata dia lebih dari itu.
Jantungku berdebar lebih cepat karenanya. Aku pun memegang dadaku dan merasakan detak jantungku. Tapi meski begitu, aku berusaha tenang meskipun dapat terlihat sebutir keringat kekhawatiran turun di dahiku.
"Jadi … begitu, ya?"
"Ya. Kalau begitu boleh aku mulai ceritanya?"
"Si-silahkan."
Cecilia kemudian bercerita tentang bagaimana dia bisa kabur dari tempatnya sebelumnya. Ingatan pertama yang ia miliki adalah saat berada di dalam tabung air besar yang dapat menampung seluruh tubuhnya di dalamnya. Lalu dengan samar-samar ia juga dapat mendengar suara banyak orang yang terlihat ketakutan, tapi ada juga yang tertawa di antara mereka.
Penglihatan Cecilia juga masih buram dan tidak bisa mengenali wajah semua orang di sana, ia hanya ingat kalau masing-masing dari mereka memakai jas lab putih.
Lalu beberapa bulan ia berada di sana, sampai ia sudah dapat menstabilkan kekuatannya, dengan kelengahan yang ada pada penjaga di tempat itu, ia berhasil keluar dengan memecahkan kaca anti peluru yang dibuat khusus untuknya. Seseorang sempat mencoba untuk menangkap kakinya saat sedang melompat, tapi ia menyerangnya sampai tangan yang menangkapnya terputus dan akhirnya ia bisa bebas.
Setelah bebas, ia mengubah dirinya menjadi bola cahaya sebesar bola pingpong. Dalam ingatannya, ia kabur dari tempat itu dan terbang jauh menuju ke barat, lalu saat ia sudah sampai batasnya dan kembali ke wujud manusianya, makhluk-makhluk dari tempat sebelumnya yang mengejar Cecilia berhasil menemukannya dan ingin membawanya kembali. Dan disaat seperti itu lah pertemuan pertamaku dengan Cecilia terjadi.
Aku yang mendengar ada sesuatu yang ganjal dari cerita Cecilia.
"Tunggu sebentar, saat aku menemukanmu kau sedang tidak berada di dalam inang. Bukankah Spirit sepertimu tidak bisa hidup di luar inang?"
"Kau tidak salah, hanya aku saja yang mampu bertahan diluar inang selama seminggu, sementara yang lain hanya bisa sehari bahkan kurang."
"…."
"Bagaimana? Apa sudah terjawab semua?"
"Satu hal lagi, aku mau bertanya satu hal lagi."
"Apa lagi?"
Braakhh…
"Apa kau tahu siapa yang menciptakanmu? Dimana dia berada saat ini? Sejauh apa tempatmu kabur dari sini?"
Aku dengan cepat bangun dan mendekati Cecilia sampai kursi yang aku pakai terjatuh, aku terlalu penasaran sampai tidak bisa mengendalikannya. Bahkan jarakku dengan Cecilia jadi terlalu dekat sampai ia menarik kepalanya ke belakang.
"Hah …."
Ia tidak langsung menjawab pertanyaanku dan malah menghela nafas. Kemudian dia mengangkat satu jarinya ke depanku dan menunjuknya ke arah kirinya.
"Hmm …? Ada ap—Gwaaakh!"
Swuuush… Buuaghh… Kraakk…
Tiba-tiba sebuah angin besar membuatku terpental dan menjauh dari Cecilia. Sepertinya ia yang membuat semua ini sehingga dia hanya bisa melihatku dan berdiri dari tempat dudukku. Sementara aku yang terkena angin besar itu, berusaha bangkit sambil memeriksa leherku karena aku bisa mendengarnya mengeluarkan suara tadi.
"Bisa kau tenang sedikit?" ucapnya.
"Tidak usah pakai begituan, oi!"
"Hah … jawabanku atas semua pertanyaanmu tadi adalah aku tidak tahu, aku tidak bisa melihat wajahnya karena penglihatanku saat itu belum stabil. Tapi aku dapat merasakan auranya, orang itu kuat dan mengerikan."
"Begitu, ya."
"Tapi jika bicara soal aura yang mengerikan, kau bisa menemuinya disekitar sini," lanjut Cecilia.
Sepertinya pembicaraanku dan Cecilia hanya sampai di sini saja. Hampir semua pertanyaanku sudah dijawab olehnya, meskipun masih ada yang jadi misteri, sih. Aku pun berniat untuk segera pergi dari sini karena sudah cukup lama juga aku berada di sini.
"Oh iya, Iraya. Apa kau ingin bertambah kuat?"
"Hn? Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?"
"Untuk melindungi ibumu, apa kau ingin bertambah kuat?"
Dia mengeluarkan kartu 'ibuku'. Makhluk satu ini memang licik, membuatku jadi mau tidak mau harus mendengarkannya. Tentu saja aku ingin bertambah kuat.
"Apa kau memiliki caranya?" tanyaku serius.
"Kau harus menerima tawarannya. Itu adalah langkah pertamamu."
"Tawaran?"
Aku mencoba mencerna kata-kata Cecilia. Aku masih bingung dengannya yang tiba-tiba membawa kata 'tawaran'. Aku melihat wajahnya yang tersenyum dan kemudian mengerti apa yang dimaksud oleh Cecilia.
"Jangan-jangan …!"
Aku kemudian keluar dari ruangan ini, aku juga akan menemui orang yang sebelumnya menawarkanku untuk bergabung dengannya.
"Hati-hati, Iraya."
Saat aku berada di dunia nyata, ternyata aku masih berada di ruang perawatan ibuku. Aku kemudian berdiri dari sana dan bersiap pergi, selagi matahari juga belum terbenam.
"Aku pergi dulu, Bu."
Dan sekarang adalah saatnya, untuk lebih serius dalam menjadi lebih kuat.
**
Saat ini aku sudah berada di depan sebuah cafe, cafe yang sudah tidak terlalu asing bagiku karena aku pernah mengunjunginya sekali, 'Haiiro Cafe'. Aku kemudian masuk ke dalamnya, di dalamnya tidak terlalu ramai dan selalu ada wanita yang menyambut setiap pelanggan dengan senyuman ramah dan senyuman lembut.
"Selamat datang—kamu, kan …."
Ia sepertinya masih mengingat wajahku. Kalau begitu ini akan jadi jauh lebih cepat.
"Apa orang berpakaian rapi dan rambutnya klimis itu ada?"
Wanita itu sempat bingung dengan penjelasan yang aku berikan. Tapi pada akhirnya ia mengerti dan mempersilahkanku untuk masuk ke dalam Office Room yang biasanya orang itu berada.
Saat aku masuk ke dalam, suasana di sini begitu hening dan sepi seperti tidak ada orang. Hanya ada kursi putar yang menghadap ke belakang. Aku kemudian menutup pintu ruangan ini dari dalam agar tidak ada orang yang bisa mendengar pembicaraan kami dari luar.
"Kau kesini lagi?" ucapnya.
Ternyata orang yang aku cari benar ada di sini. Ia berada di balik kursi putar besarnya sehingga aku tidak bisa melihatnya tadi, tapi saat ini aku tahu kalau ada orang di sini. Ia juga langsung memutar kursinya dan menghadap langsung ke arahku.
"Aku punya pertanyaan untukmu," ucapku.
"Hoo … aku tahu kau punya urusan, tapi bukankah kau harusnya mementingkan sopan santun terlebih dahulu kepada orang yang lebih tua?"
"Ah … so-soal itu, aku minta maaf."
Aku rasa dia benar, aku terlalu gegabah saat ini. Setelah orang itu mempersilahkanku duduk, wanita yang menyambutku di depan tadi membawakan kami dua gelas teh. Suasana canggung menyerang kami berdua karena pada awal tadi aku sempat tidak sopan padanya, beruntungnya dia memaklumi itu dan memulai pembicaraan duluan.
"Namamu?"
"Aku Satou Iraya."
"Satou-kun, aku Murasaki Oita, pemilik Cafe ini. Jadi, apa yang kau ingin tanyakan? Kumohon dengan perlahan dan tidak terburu-buru."
"Maafkan aku jika pertanyaanku aneh, tapi apa anda tahu sesuatu tentang perusahaan pencipta makhluk-makhluk aneh? Atau tentang makhluk-makhluk aneh yang sering muncul di berita saat ini?"
Glek…
Ketika aku bertanya seperti itu dia—Murasaki-san tidak langsung menjawab dan memilih untuk meminum tehnya terlebih dahulu. Setelah satu tenggakan, dia kemudian menjauhkan gelas dari mulutnya dan menjawab pertanyaanku.
"Aku tahu, tentang makhluk-makhluk itu dan perusahaan juga," jawabnya.
"Anda tahu? Kalau begitu bisakah—"
"Kalau kau tahu lalu kau mau apa? Menyerangnya sendirian?" ucapnya memotong pertanyaanku.
"Tidak … aku hanya …."
"Sekuat apapun dirimu, menyerang sendirian adalah perbuatan nekat dan bodoh. Meskipun aku tahu, kekuatanmu itu bukanlah milikmu sendiri."
"Ma-maksud anda?"
"Ada suatu kekuatan yang menyatu denganmu, auramu dengan sesuatu yang ada di dalam dirimu itu sangat sulit dibedakan. Tapi sayangnya aku bisa merasakan sesuatu itu," jelasnya.
"…."
Mataku melebar saat ia bicara seperti itu. Ia mengetahui Cecilia yang tersembunyi di dalam tubuhku dengan mudah. Sebenarnya apa yang kau pikirkan dengan aku harus menerima tawarannya, Cecilia?! Orang ini bisa dengan mudah membunuhku dan mengeluarkanmu dari dalam tubuhku.
Wajahku yang terkejut sepertinya dapat terlihat jelas olehnya. Ia hanya tersenyum dan kemudian kembali melanjutkan percakapannya.
"Maaf, maaf … pembicaraan kita sudah melenceng, jadi kau ingin tahu soal perusahaan itu, kan? Tentu saja aku akan memberitahumu, tapi sayangnya aku tidak sebaik itu memberitahumu secara gratis."
Tentu saja ada hal yang harus dibayar. Tidak mungkin orang sepertinya memberikan informasi secara gratis kepada orang sepertiku. Yang jadi permasalahannya saat ini adalah apakah aku dapat memenuhi persyaratannya saat ini atau tidak.
"Apa itu?"
"Bergabunglah dengan organisasiku, setelah itu aku akan memberitahumu semua yang ingin kau ketahui," ucapnya.
Bergabung dengannya, ya. Aku tidak punya pilihan lain, jika hanya itu satu-satunya cara untuk menjadi kuat dan membalaskan dendam ibuku. Apapun akan kulakukan. Aku pun mengambil nafas dan mengatakan jawabannya dengan satu kali nafas.
"Baiklah, aku bergabung!" ucapku.
"Selamat datang di Black Rain."
Dia tersenyum mendengar jawabanku. Sesuatu yang merepotkan pasti akan terjadi setelah ini. Pasti. Aku berani taruhan dengan itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments