Hari ini cerah seperti biasanya. Burung-burung berkicauan, bunga bermekaran, dan di hari yang indah ini anak sepertiku seharusnya menikmati perjalanan nyaman ke sekolah.
Tapi sayangnya aku tidak bisa. Jika kalian tanya alasannya mungkin kalian sudah bisa menebaknya. Yap. Aku terlambat.
Swuushh...
"Gawat! Gawat! Gawat!"
Aku tidur kelamaan malam itu. Ibu juga tidak membangunkanku tepat waktu padahal biasanya dia yang paling bawel. Tapi itu sudah tidak penting lagi, aku harus segera sampai ke sekolah secepatnya sebelum gerbangnya ditutup.
"Harus lebih cepat lagi!"
Swuushh...
"Kyaaa!"
Ibu-ibu yang sedang lewat dengan arah yang berbeda denganku berteriak keras karena angin yang aku hasilkan menyebabkan dasternya terbang tertiup angin, beruntung ia masih bisa menutupnya dengan cepat.
"Dasar bocah! Kembali kesini kau!"
"Maaf! Aku buru-buru!"
Aku tidak punya banyak waktu untuk dimarahi olehnya. Sekarang fokusku cuma ada pada bagaimana caranya bagaimana aku sampai ke sekolah dengan tepat waktu. Tapi aku melihat rintangan lainnya tak jauh di depanku.
"Hn? Apa itu?"
Aku menyipitkan mataku untuk memperjelas penglihatanku dan ternyata sedang ada perbaikan jalan di sana, baik kendaraan atau pun pejalan kaki tidak boleh melewati jalanan itu dulu seperti yang tertulis di plang itu.
"Tch! Itu tidak akan bisa menghalangiku!"
Bzztt... Swuushh...
Aku mempercepat langkahku lagi. Kali ini sepertinya terlalu cepat sampai aku merasa kalau telapak kaki terasa tersetrum oleh sesuatu yang tidak aku ketahui. Aku juga tidak menyadari kalau percikan-percikan listrik tertinggal di jalanan bekas aku menapak.
Ada pekerja yang sedang memutar semen di dalam mortar, ia sepertinya menyadari keberadaanku yang sedang berlari dari kejauhan. Dia melambai-lambaikan tangannya karena jalanan ini sedang tidak bisa dipakai, tapi aku tidak peduli! Aku akan terus melaju sampai aku mencapai batasku!
"Kau tidak boleh lewat sini!"
"Minggir, pak!"
"Eh? Eh?! Wuooahh!"
Zwuuushh...
Pekerja itu menunduk saat aku melompati kepalanya. Tapi sepertinya ia tidak perlu melakukan hal itu karena lompatanku di luar dugaan lebih tinggi dari biasanya aku melompat bahkan melebihi manusia normal.
Aku melewati jalanan berlubang yang belum selesai di perbaiki itu dan mendarat tepat di bagian jalan yang rapi. Aku pun lalu kembali berlari meninggalkan pekerja yang masih kebingungan tadi.
Ia juga sempat marah-marah kepadaku tapi aku tidak mendengarnya secara jelas. Saat ini pintu gerbang sudah terlihat yang membuatku tersenyum lebar. Tapi senyuman itu tidak bertahan lama karena security sudah bersiap untuk menutupnya.
"Tunggu sebentar!"
Di detik-detik terakhir, aku melompat sebelum pintu gerbang itu tertutup sempurna, tidak lupa aku berpose mendarat seperti superhero dan sebagai pemanisnya aku menambahkan dab. Tapi pose keren itu tidak bisa menghilangkan rasa lelahku saat ini.
"Hah ... akhirnya ... sampai juga."
"Jangan berlagak sok kelelahan dan cepat masuk kelas. Dasar pemeran utama," ucap penjaga pintu itu.
"Tunggu ... sebentar lagi ... hah ...."
Penjaga gerbang sialan. Apanya yang sok kelelahan, apa dia tidak bisa membedakan yang mana sungguhan dan yang mana akting. Untuk sementara aku berdiam diri di sana sampai nafasku kembali normal.
Dan saat pikiran jahatku untuk pergi ke kantin saat jam pelajaran dimulai muncul, tiba-tiba ada seseorang yang menarik perhatianku.
"Hmm? Ada yang terlambat lagi selain aku?"
Seseorang yang memakai seragam juga berada diluar kelas jam segini. Padahal harusnya semua murid harus berada di dalam kelas. Aku kemudian memperhatikannya lagi dan sadar kalau aku mengenali orang itu.
"Dia kalau tidak salah ...."
Aku memang tidak terlalu dekat dengan anak perempuan yang ada di kelasku. Tapi aku familiar dengan rambut merah kepang yang dia miliki. Hasuki Chifu namanya, dia adalah anak murid kelas 10 A sekaligus juga sekelas denganku.
Aku dengar-dengar dia itu terkenal di sekolah ini karena kecantikannya. Ada banyak laki-laki baik yang seumuran maupun kakak kelas mencoba menyatakan cinta padanya, tapi semuanya berakhir dengan akhir yang sama, yaitu penolakan. Alasan dia menolak mereka semua karena menganggap mereka semua terlalu baik untuknya.
Sungguh cerita yang tragis.
Aku tidak tahu apakah dia terlambat atau membolos, tapi sepertinya pilihan kedua tidak cocok untuk dirinya. Meskipun pada akhirnya ia masuk ke dalam gedung sekolah. Sementara aku juga mengurungkan niat jahatku dan pada akhirnya berjalan ke kelas.
**
Aku akhirnya sampai di depan kelas, berharap belum ada guru yang masuk ke kelas. Dan sepertinya alam berpihak padaku kali ini, saat aku masuk tidak ada guru dan juga para murid sedang berbicara satu sama lain.
Aku pun langsung berjalan ke tempat dudukku dan menaruh tas di meja untuk menjadi bantalan. Bahkan walaupun masih pagi, hari ini sudah cukup melelahkan bagiku. Aku tidak tahu apakah hari ini masih bisa jadi lebih buruk atau tidak.
Teng... Teng... Teng...
Bunyi bel masuk pun berbunyi. Padahal aku masih ingin bersantai-santai tapi sepertinya tidak bisa karena guru juga sudah masuk ke dalam kelas. Saat aku memperhatikan guru itu, ia cukup aneh karena membawa banyak lembaran kertas di tangannya.
Tunggu...
Itu berarti...
"Ya anak-anak, bapak akan membagikan kertas ulangannya. Tolong bagikan ke belakang kalian."
Aku melupakan ulangan matematika hari ini! Hari ini ternyata bisa jadi lebih buruk lagi, tadi malam aku tidak sempat belajar sama sekali bahkan menyentuh buku pun tidak. Tapi alam tidak memihakku saat ini, guru tetap membagikan kertas ulangan itu dan ulangan pun dimulai.
"Aku ingin jadi pohon," pintaku dengan hati yang paling tulus.
Teng... Teng... Teng...
Ulangan pun sudah selesai dan kertasku juga sudah diambil. Tapi bukan hanya kertasku saja yang terambil, nyawaku juga seakan mau diambil oleh malaikat.
Nyawaku seakan keluar dari mulut yang membuatku saat ini tidak memiliki kekuatan untuk melakukan apapun. Tapi seseorang kemudian memanggil namaku yang membuatku menengok dengan lemas.
"Yo!"
Orang itu adalah Kudou. Aku sedikit memperhatikannya dari atas sampai bawah, sepertinya tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Aku lega soal hal itu, tapi saat ini aku terlalu lelah untuk mengungkapkannya.
"Oh, hanya Kudou."
"Apa-apaan respon jahat itu?! Hah ... ngomong-ngomong hari ini kau terlihat sangat suram, kau tahu?"
Suram, ya? Aku membayangkan pagi itu aku harus berlari karena terlambat dan kena marah oleh dua orang, tiga deh ditambah dengan security. Lalu ulangan hari ini juga aku tidak belajar sama sekali dan soalnya seperti ingin membunuhku.
"Ya begitulah," jawabku lemas.
Keheningan canggung menyerang kami. Tapi saat ini aku tidak ingin memecahkannya dan hanya ingin tidur di meja beralaskan tas saja. Meskipun sudah begitu, sekarang malah Kudou yang memecahkannya dengan mengajakku bicara lagi.
"Nee, Iraya."
"Mmm ... ada apa lagi?"
"Itu ... mmm ... maafkan aku soal kemarin."
"Soal kemarin?"
"Iya, aku dan Hira saat itu pingsan dan tidak tahu apa-apa. Dan saat terbangun, kami berdua sudah berada di mobil polisi yang sedang mengantar kami pulang."
Ah ... dia ada benarnya juga. Kalau aku pikirkan lagi mereka berdua pasti mengkhawatirkanku. Apa lagi saat itu aku tidak bersama mereka saat diantar pulang oleh polisi.
"Lalu, kenapa kau minta maaf?"
"Kami mendengar dari polisi, kalau ada orang yang mengalahkan monster-monster itu sendirian, itu kau, kan?" tanya Hira yang tiba-tiba datang.
"Hira? Hmm ... kalau dibilang aku yang mengalahkan mereka semua sih ...."
Aku jadi mengingat kejadian semalam berkat Hira. Tidak bisa dibilang kalau aku yang mengalahkan mereka semua, sih. Lagipula aku juga tidak sempat berbuat apa-apa karena kedatangannya.
Dan tidak lengkap rasanya jika mengingat malam tadi tanpa mengingat gadis itu. Gadis dingin yang mengalahkan semua monster itu dengan kemampuan misteriusnya. Bahkan masih jelas di ingatanku penampilannya yang penuh darah itu.
Tanpa sadar aku malah melamun membayangkan kejadian malam tadi.
"Ada apa, Iraya? Benar kan kalau kau yang mengalahkan mereka semua?" tanya Hira yang masih penasaran.
"Aku rasa itu sudah tidak penting lagi. Yang penting kita harus lebih berhati-hati ke depannya."
"Kau tidak menjawab pertanyaanku. Tapi, ya mungkin kau benar."
**
*Lorong Sekolah*
Sementara di bagian lain gedung sekolah, lebih tepatnya di lorong sekolah yang menuju ke rooftop sekolah. Perempuan dengan rambut merah yang dikepang—Hasuki Chifu berjalan menyusuri lorong itu dengan tatapan yang kosong di matanya.
Dan di depan Hasuki Chifu, ada seorang guru yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Ia kemudian menyadari keberadaan Hasuki dan ingin segera mengomelinya karena seharusnya di jam segini para murid harus berada di dalam kelas.
"Kamu! Kamu tidak seharusnya ada di—"
Buughh...
Tapi sebelum guru itu menyelesaikan kata-katanya, ia sudah terlebih dahulu jatuh pingsan karena bagian tengkuknya di pukul dengan cukup keras.
Guru itu tidak memiliki kesempatan untuk menghindar karena gerakan Hasuki yang melebihi kecepatannya. Ia juga tidak berniat untuk menolong guru yang sudah ia buat pingsan itu dan hanya meliriknya saja seakan dia adalah sebuah pengganggu.
Setelah satu pengganggunya telah berhasil ia lumpuhkan, fokus Hasuki kembali tertuju pada tangga menuju ke rooftop itu dan ia pun kembali berjalan kesana.
Sementara di ruangan C berada, ia masih bersantai di ruangan gelap yang hanya terdapat satu sumber cahaya saja. Karena mereka berbagi penglihatan, jadi C mau tidak mau juga mendengarkan percakapan Iraya dengan teman-temannya.
"Aku bersyukur kalau anak ini bukanlah orang yang suka pamer. Sepertinya aku memilih inang yang cukup bagus."
Tapi meskipun sedang bersantai, perhatian C juga terganggu akan sesuatu di area sekolah ini. Seolah ada sebuah monster yang auranya tipis sehingga sulit untuk dibedakan olehnya.
Ia kemudian mencoba memfokuskan kemampuannya untuk mendeteksi makhluk yang sepertinya sedang menyamar ini. Dan saat sudah selesai, C lumayan terkejut dengan fakta yang ia temukan.
"Monster?—tidak, manusia? Apa-apaan sebenarnya aura makhluk ini?"
Ia menemukan aura yang mirip dengan manusia dan monster seolah mereka adalah satu kesatuan tapi memiliki aura yang berbeda. Tidak ingin pusing-pusing untuk memikirkan hal itu lebih lanjut, C pun memutuskan untuk melihatnya sendiri. Tentu saja dengan bantuan Iraya.
"Maaf mengganggu pembicaraan kalian, ya?"
C kemudian menjentikkan jarinya, memberitahu Iraya soal monster yang ada di sekolah ini dengan membuatnya merasakan aura monster itu sehingga membuatnya tidak nyaman.
"Aku mengandalkanmu, Iraya."
**
Eh? Ada apa ini?
Tiba-tiba aku merasakan perasaan tidak nyaman, seolah seseorang memberitahuku kalau ada aura jahat di sekolah ini. Padahal sebelumnya hal seperti itu tidak ada. Tapi, aku dengan cepat sadar siapa yang bisa berbuat seperti ini.
Ini pasti perbuatan makhluk itu. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi kalau ia suka menggangguku di waktu aku sedang santai atau bersenang-senang seperti ini.
Tapi karena ini monster dan juga berada di area sekolah, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Aku memfokuskan auraku untuk mengetahui posisi pasti makhluk ini. Fokus adalah salah satu hal yang sulit bagiku karena aku suka melamun tidak jelas dan memikirkan apa saja yang aku lihat. Tapi setelah beberapa saat, akhirnya aku menemukannya.
Aku tersenyum tipis karena berhasil. Saat ini ia berada di rooftop, sepertinya aku akan menyapanya sedikit dan memberikan sepatah kata untuknya. Aku pun berdiri dan berniat untuk pergi ke sana.
"Mau pergi kemana?" tanya Hira.
"Kamar kecil."
"Pelajaran berikutnya sebentar lagi akan dimulai, lho."
"Iya, iya."
Setelah berada di luar kelas, aku langsung berlari menuju ke rooftop sekolah dan saat sedang berjalan kesana, aku menemukan seorang guru yang sedang tidak sadarkan diri tergeletak begitu saja di lantai. Aku pun langsung menghampirinya.
Aku kemudian memeriksa nafas dan urat nadinya ternyata masih ada dan berdenyut. Aku sedikit lega tapi tidak bisa terus berlama-lama di sini, aku harus menghentikannya sebelum ia menyakiti lebih banyak orang lagi.
"Ini ulahnya, kau tahu," ucap C.
"Ya, aku tahu."
Aku menaruh guru tersebut dalam posisi duduk bersandar di tembok dan meninggalkannya di sana untuk sementara waktu dan aku pun langsung menuju ke rooftop.
Saat aku menaiki tangga menuju ke rooftop, aku sudah bisa merasakan aura gelap dan kelam dari atas sana yang membuat bulu kudukku berdiri. Tapi aku tidak memiliki waktu untuk ragu dan pada akhirnya aku melihat makhluk yang menyebabkan aura ini.
Mataku melebar saat aku melihat makhluk yang menyebabkan aura itu. Aku tidak menyangka kalau dia adalah seseorang yang aku kenal.
"Ha-Hasuki-san?"
"Aku sudah lama mencarimu, Subject C."
"Subject C?"
Aku tambah terkejut saat ia bisa mengetahui keberadaan makhluk yang ada di dalam tubuhku ini. Hasuki-san yang biasanya ramah dan ceria sekarang malah berubah mengerikan seperti ini.
"Oi! Apa maksudnya ini?! Bagaimana dia bisa tahu kalau kau ada di dalam tubuhku?!"
"Gadis itu mungkin bukan orang yang sama lagi yang biasa kau kenal. Dia telah dirasuki oleh makhluk jahat, yang kemungkinan dikirim untuk membawaku kembali," jelas C.
Jadi dia sama dengan dua makhluk yang aku kalahkan saat pertama kali bertemu dengan C. Itu menjelaskan semuanya tapi juga membangkitkan pertanyaan di dalam diriku. Tapi untuk saat ini aku akan memendam hal itu.
"Kalau begitu aku hanya perlu untuk mengeluarkannya saja, kan?"
"Tidak semudah itu. Mungkin pikirannya sudah dikendalikan, tapi tubuhnya masihlah tubuh gadis itu. Jadi jika kau menyerang gadis itu ... dia yang akan terkena efeknya."
"Hah?!"
Kondisi konyol apa itu?! Dengan kata lain aku tidak bisa menyerangnya secara langsung tapi disaat bersamaan aku juga harus mengeluarkannya. Sial, ini lebih sulit dari yang aku duga.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
LastZee
mantap ceritanya Author❤
Semangat💪💪💪
2020-07-17
0
RYU F
lanjut Thor , semangat
2020-07-07
1