Cerita Hasuki-san kemudian berakhir di sana. Aku masih terkejut dengan kabut hitam itu yang dari cerita Hasuki-san dapat membunuh orang dengan sangat mengerikannya.
Bayangkan saja sesuatu yang masuk ke tubuhmu dengan tiba-tiba dan meledakkannya dari dalam begitu saja. Kematian seperti itu tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, bahkan mungkin untuk orang-orang yang menculik Hasuki-san saat itu.
Aku kemudian menarik nafas untuk menenangkan diri dan mencoba untuk melanjutkan percakapan ini. Meskipun sudah mendengar ceritanya, aku masih memiliki beberapa pertanyaan di benakku.
"Setelah rasa sakit yang aku rasakan di bagian punggung saat itu, aku sudah tidak bisa mengingat apa-apa lagi," jelas Hasuki.
"Jadi makhluk itu benar-benar mengambil kesadaranmu saat itu, ya?"
"Ya, aku rasa begitu."
"Lalu bagaimana caranya kau pulang saat itu? Apa mereka menemukanmu di tempat lain?"
"Saat aku diculik, para bodyguard dan orang-orang di rumah ini semuanya melakukan pencarian untukku. Tapi anehnya, mereka menemukanku terbaring di depan gerbang depan tak sadarkan diri."
"Tunggu ... kau ditemukan di depan gerbang rumahmu? Kau bilang kau tidak sadarkan diri, itu berarti makhluk itu yang menuntun tubuhmu ke rumahmu?"
Hasuki-san terkejut dengan fakta itu, begitu juga dengan diriku. Bagaimana caranya makhluk itu tahu rumah Hasuki-san padahal ia hanyalah sebuah makhluk tak berakal biasa.
Aku dan Hasuki-san termenung dan berpikir sebentar untuk memikirkan kemungkinan yang masuk akal atas kejadian itu. Tapi tiba-tiba C berbicara untuk membantuku kali ini.
"Aku pernah bilang kalau makhluk itu mirip denganku, kan? Itu berarti dia juga mengetahui memori inangnya."
C membuatku semakin bingung saat ia menyebutkan soal 'memori inang', bukankah itu tidak mungkin terjadi. Bahkan jika itu bisa terjadi, berarti makhluk bodoh di dalam tubuhku saat ini bisa mendengarku sekarang.
"Aku mendengarnya."
"?!!"
Aku sedikit terkejut karena tiba-tiba C berbicara menanggapi pemikiranku. Sikap kagetku juga sampai terlihat oleh Hasuki-san.
"Ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Hasuki-san.
"Ti-tidak ... hehehe ...."
Sial. Dia ternyata benar-benar bisa melakukannya, kenapa makhluk itu tidak pernah memberitahuku. Tapi jika aku melihat sisi positifnya, setidaknya aku sudah menemukan jawabannya.
Aku melihat ke arah Hasuki-san, ia terlihat masih memikirkan hal tadi. Sepertinya aku tidak bisa memberitahunya begitu saja, nanti jika dia bertanya darimana jawaban ini aku dapat, bisa-bisa keberadaan C terancam. Jadi aku akan menyimpannya untuk diri sendiri saat ini.
Aku berdehem dan melanjutkan topik kami yang lainnya, melangkah ke depan meninggalkan topik sebelumnya.
"Ehem ... kita kesampingkan dulu hal itu untuk saat ini. Hasuki-san, bagaimana caranya kau bisa kehilangan kesadaranmu di sekolah?"
"Ah itu ... sepertinya ingatan terakhirku adalah waktu aku naik ke mobil saat ingin berangkat sekolah. Supirku juga mengatakan kalau tatapanku kosong saat aku turun dari mobil."
"Tapi sebelumnya saat di rumah, kau dapat beraktivitas seperti biasa tanpa ada kendala?"
"Ya, begitulah."
Jadi makhluk itu bisa sesuka hati untuk mengendalikan inangnya yang hanya seorang manusia biasa. Lagipula dari awal manusia biasa memang tidak memiliki kemampuan untuk melawan hal-hal seperti itu.
Sepertinya untuk saat ini hanya segitu informasi yang bisa aku dapatkan, memang hanya sedikit tapi itu tetap saja berharga. Aku pun kemudian berdiri dan berniat untuk pulang, sebenernya lebih bagus lagi kalau mereka mau mengantarkanku pulang sih.
Salah satu maid juga baru saja mengantarkan air padaku padahal aku sudah ingin pulang. ia sudah sedikit terlambat jadi aku tidak terlalu memperhatikannya.
"Terima kasih atas informasinya, Hasuki-san."
Aku melirik ke kanan dan kiri. Yap. Sepertinya mereka tidak mau mengantarkanku pulang, aku harus pulang sendiri. Aku pun berjalan menuju ke pintu keluar, tapi tiba-tiba Hasuki-san memanggilku lagi.
"Tunggu, Satou-san."
"Hn?"
"Aku masih belum selesai bicara."
Aku yang sedang berjalan kemudian berhenti dan menengok ke arah Hasuki. Ternyata ada yang masih dia ingin bicarakan, aku kira hanya itu saja yang ia ingat, tapi kalau misalkan ada lagi yang dia ingat tentu saja aku sangat berterima kasih.
"Ada apa?
Ia tidak menjawab pertanyaanku dan malah berdiri lalu berjalan mendekatiku. Hasuki-san kemudian mengambil segelas air yang tadi ditaruh di meja oleh maid nya dan mengarahkannya kepadaku.
"Ha-Hasuki-san? Ada yang ingin kau bicarakan lagi?"
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu."
"Hah?"
"Aku ingin kau bekerja untukku."
Aku yang dari awal sudah bingung jadi tambah bingung ketika Hasuki-san bicara seperti itu. Ia malah menawarkanku sebuah pekerjaan secara tiba-tiba.
"Pekerjaan?"
"Ya, pekerjaan mudah. Kau hanya perlu melindungiku dari makhluk aneh yang belakangan ini sering berkeliaran, aku lihat kalau kau memiliki kemampuan yang lumayan untuk seorang anak SMA.
Dan tentu saja kau akan mendapat bayaran dari pekerjaanmu itu. Dan selama kau bekerja denganku, kau akan tinggal di sini. Tenang saja, semua keperluanmu akan menjadi tanggung jawabku. Jadi, bagaimana?"
"I-itu ... tolong tunggu sebentar ...."
Ibu melarangku untuk bekerja dan harus fokus pada sekolah. Lagipula aku tidak mau bekerja untuknya, apalagi dengan paksaan. Tapi jika aku menolaknya, sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku diam-diam melirik sekitar untuk memastikan keadaan.
C juga sepertinya sadar akan hal itu. Ia kembali menanggapi pemikiranku.
"Kau benar, ada sekitar sepuluh orang yang sedang memperhatikan pembicaraan kita saat ini." ucap C di dalam kepalaku.
Hasuki-san sepertinya tidak suka menunggu terlalu lama, jadi meskipun aku sedang berpikir ia memberikanku sebuah pilihan lain dengan gelas air yang dibawa olehnya saat ini.
"Begini saja ... jika kau menolak permintaanku, kau bisa meminum air ini. Tapi jika kau menerima tawaranku, banting gelas ini ke lantai."
Hasuki-san memberikanku dua pilihan ia juga menggoyang-goyangkan pelan gelas yang sedang ia pegang saat ini dan aku pun mengambilnya dan melihat air yang ada di dalamnya. Sejak awal aku sudah berpikir kalau aku akan menolaknya, aku tidak bisa bohong kepada diriku sendiri.
"Air itu diberi obat pelumpuh, masih yakin ingin meminumnya?"
C membuatku berhenti sebelum aku sempat meminum air ini. Aku terkejut karena ternyata air yang aku hadapi saat ini diberi sesuatu seperti itu.
Tapi menyadari hal itu, aku malah tersenyum tipis. Memang sejak awal dia adalah Hasuki-san yang berbeda dari yang biasa aku temui di sekolah, saat ini ia hanyalah anak manja yang kemauannya selalu dituruti.
Senyumku semakin lebar karena obat pelumpuh ini. Hanya obat pelumpuh biasa? Heh! Aku bisa bertahan dari hal yang lebih buruk dari ini.
"Kau percaya diri sekali, ya. Tapi hal itu memang benar, obat pelumpuh bodoh ini tidak akan berpengaruh apapun padamu."
Glekk... Glekk...
Aku meminum air tersebut dalam satu kali teguk dan menaruhnya di atas meja kemudian aku berjalan keluar dari rumah Hasuki-san seakan aku tidak mengetahui kalau air tersebut sudah di taruh sesuatu di dalamnya. Sampai saat ini sepertinya sandiwaraku cukup baik.
Aku sedikit melirik ke belakang dan sekilas melihat wajah Hasuki-san yang dipenuhi dengan rasa kekesalan bercampur dengan sedikit seringai karena berpikir kalau sebentar lagi obat yang ia taruh akan bekerja.
Tapi saat aku membuka pintu, aku menghentikan langkahku dan menengok ke belakang. Aku akan menghentikan kesenangannya saat ini juga.
"Kau tahu, Hasuki-san ...."
"Hnm?"
"... Obat seperti itu tidak akan berpengaruh kepadaku," ucapku.
Mata Hasuki-san melebar karena aku bisa mengetahui hal itu. Ia dengan cepat berdiri dan menyuruh para penjaganya untuk menangkapku dan tidak membiarkanku keluar dari area rumahnya.
"Penjaga! Tangkap dia! Jangan sampai dia melewati pintu gerbang!"
Swuuushh...
"Heh!"
Baaghh... Baaghh...
Dua penjaga langsung berlari dari kanan dan kiriku, tapi mereka hanyalah manusia biasa. Mereka ingin menangkapku dan membuatku tidak bisa bergerak, tapi aku dengan cepat langsung menunduk dan memukul dagu mereka berdua secara vertikal yang membuat mereka terpental kesakitan.
Aku kemudian berlari dan menutup pintu kabur dari sini, tapi sebelum itu aku sempat menyapa Hasuki-san.
"Sampai jumpa di sekolah, Hasuki-san yang tidak aku kenal."
"Jangan kabur, sialan!"
Ternyata benar dia bukan Hasuki-san yang aku kenal. Aku pun meninggalkannya yang masih dalam keadaan marah dan kabur dari sini.
Jarak pintu rumah dan pintu gerbang lumayan jauh jika di tempuh dengan berlari, sepertinya dia tidak ingin melakukan keributan di luar kawasan rumahnya.
Karena dari yang aku dengar di TV, keluarga Hasuki-san adalah keluarga terhormat yang memiliki banyak kenalan dan orang tuanya memiliki sebuah perusahaan besar yang bekerja sama dengan perusahaan bidang kesehatan terbesar di Kyoto.
Oleh karena itu, mereka harus bisa menjaga sikap di luar sana. Apalagi jika sedang berada di depan kamera.
Bruumm... Bruummm...
Lupakan dulu soal kekayaan keluarga Hasuki-san, di belakang aku bisa mendengar suara kendaraan yang mendekat ke arahku. Dan saat aku menengok ke belakang, dua buah motor ninja sedang mengejarku.
"Kau pasti bercanda, kan?!"
Karena menggunakan motor, mereka berhasil berada di sampingku dengan cepat sampai mendahuluiku lalu menghadang jalanku dengan kedua motornya. Mereka kemudian turun dan menghadapiku dengan pisau yang masing-masing mereka pegang.
"Oi, oi! Itu curang tau!"
Slaashh... Slaashh...
Mereka menyerangku secara bersamaan. Tapi sepertinya aura yang diberikan C kepadaku benar-benar membuatku unggul jauh dari mereka semua.
Buughh... Daakhh...
"Akkhh!"
Aku menangkap tangan salah satu dari mereka dan menjadikannya sebagai tameng. Temannya yang ingin menusukku pun langsung berhenti dan aku memanfaatkan dengan mendorong tameng dagingku itu ke arahnya.
Buugghh...
Sementara dua orang lainnya masing-masing aku memukul dan menendang mereka berdua di bagian perut sehingga mereka tidak bisa berdiri menahan sakitnya untuk beberapa saat.
"Maaf, aku harus sedikit kasar."
Melihat mereka berempat yang meringis kesakitan di aspal membuatku meminta maaf. Lalu aku melihat motor ninja yang dipakai untuk menghadangku dan mengambilnya.
"Aku pinjam sebentar, ya?"
Aku pun menyalakan motor itu dan mulai berakselerasi. Meskipun aku belum pernah mengendarai motor seperti ini, tapi ada satu wahana yang mirip dengan motor ini di Game Club.
Bruumm... Bruumm...
Aku memacu motorki dengan kecepatan tinggi dan semakin tinggi. Aku dapat melihat pintu gerbang dengan cepat dan aku tidak memiliki niat untuk berhenti.
Ada security yang sudah bersiap untuk menghadang jalanku. Tapi aku terus melaju dengan kecepatan tinggi dan akhirnya menabrak pintu gerbang tadi.
Braaakkhh...
Pintu gerbang itu rusak dan terbuka setelah aku menabrakkan motorku dengan kecepatan tinggi, sementara aku sendiri melompat dan membiarkan motor itu yang menabraknya sementara aku tinggal keluar saja.
"Hahaha! Makan itu, Hasuki-san!"
Sementara di rumahnya, Hasuki-san sedang menunggu kabar dari para pelayannya yang sedang mengejar Iraya. Ia terlihat panik dan berjalan mondar-mandir tidak tenang.
Lalu kemudian salah satu maid memberitahu Hasuki-san kalau Iraya berhasil lolos dari kejaran mereka semua yang membuatnya geram.
"Apa?!" teriak Hasuki-san.
"Chifu-sama, kumohon tenangkan diri anda," ucap salah satu pelayan wanita.
Plaaakk...
Tapi Hasuki-san malah menampar maid yang mencoba menenangkan dirinya. Ia terjatuh dan kemudian dibantu oleh maid lainnya.
"Satou-san, kau membuat kesalahan besar. Aku adalah putri dari orang terkaya di Kyoto. Kau membuat masalah dengan orang yang salah. Lihat saja nanti!"
Setelah mengucapkan hal itu, Hasuki-san berjalan kembali ke kamarnya meninggalkan semua maid-maid yang ada di ruang tengah.
**
"Uwaah! Mengerikan sekali di dalam sana."
Aku berhasil kabur dari rumah Hasuki-san. Tapi setelah ini apa yang akan terjadi? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di sekolah, apalagi dia terlihat sangat marah waktu itu.
"Hah ...."
Aku menghela nafas. Aku hanya akan tahu jawabannya saat berada di sekolah nanti, semuanya akan jadi lebih merepotkan pastinya.
"Nee, Iraya," panggil C.
"Hn? Ada apa?"
"Kau bilang dia adalah anak dari orang yang berpengaruh di kota ini, kan? Apa kau yakin ingin menjadikannya musuh?"
"Aku rasa kau benar, menjadikannya musuh bukanlah hal yang bagus. Tapi aku tidak ingin kebebasanku dikekang, apalagi harus bekerja untuk orang seperti dia. Kau tadi lihat sendiri sikapnya, kan?"
"Ya, aku lihat."
"Berarti kau tahu kenapa aku menolaknya."
"Semuanya tergantung padamu, aku tidak akan ikut campur soal kehidupan pribadimu," ucap C.
Perjalanan pulang kali ini terasa sangat lama, tadi kami berangkat menggunakan mobil jadi wajar kalau jauh. Untuk menghabiskan waktu, akhirnya aku pun mengajak C mengobrol.
"Hei C, aku sempat berpikir. Apa namamu itu hanya C saja? Tidak ada kepanjangan atau semacamnya?" tanyaku.
"Tidak ada, itu hanya sebuah kode untuk mengenaliku. Lagipula aku ini bukan manusia, nama tidak terlalu penting bagiku."
"Kalau begitu bagaimana kalau aku memberimu nama?"
"Nama? Untuk apa?"
"Agar aku lebih mudah memanggilmu. Dan juga, bukankah panggilan C itu terlalu pendek? Hal seperti ini juga berfungsi untuk memudahkanku berkomunikasi denganmu."
"Apa benar begitu? Ini bukan karena kau senang memberi nama seperti anak kecil yang senang memberikan nama ke bonekanya, kan?"
"T-Tentu saja, bukan? Hahaha ... apa-apaan pemikiranmu itu?"
Sial, hampir saja ketahuan. Aku tidak bisa memberitahunya kalau aku memang menyukai hal-hal seperti itu.
"Yah, terserah kau saja. Pastikan beri aku nama yang bagus."
"A-Akan kulaksanakan!"
Sebuah nama untuk wanita seperti dirinya. C, ya. Awalan namanya harus 'C' supaya tidak menghilangkan identitas aslinya. Hmm … Chika? Aku rasa tidak cocok. Christie … memangnya dia pebulutangkis? Nama, ya. Nama. Kenapa memikirkan nama sesulit ini, sih.
Aku terdiam sebentar untuk memikirkan nama yang cocok untuknya dan tiba-tiba aku terpikirkan sebuah nama yang cukup bagus. Ide ini aku dapat dari kartun pagi yang sering aku tonton di TV.
"Kalau begitu, bagaimana kalau namamu adalah Cecilia?!"
"Cecilia? ada apa dengan nama itu?"
"Aku pernah melihat seseorang yang mirip sepertimu di TV, jadi aku akan memanggilmu dengan nama itu."
"Ya terserah, kau bisa panggil aku Cecilia mulai saat ini."
Aku tersenyum karena ia menerimanya. Ternyata ini berjalan lebih baik dari yang aku bayangkan.
Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya aku sampai ke rumah. Ya ampun, rasanya jauh sekali. Aku meregangkan tubuhku saat berada di depan pintu sebelum masuk. Rasanya setelah ini aku tidak ingin melakukan apa-apa dan hanya ingin di rumah saja.
"Aku pu—"
Degh...
"Sia—!"
Sraaakk...
Tiba-tiba saja aura mengerikan muncul di belakangku. Itu membuatku dengan cepat langsung melihat ke belakang dan menghindar, tapi gerakanku kurang cepat yang membuatku terkena serangannya di bagian lenganku.
Aura ini …. Aku tidak asing dengan aura mengerikan ini. Aura buas yang sebelumnya aku rasakan di gang waktu itu. Dia anjing besar yang waktu itu menghabisi tiga penagih hutang itu.
"Grrr ...."
"Hehe … lama tidak bertemu, anjing manis."
Sebuah geraman keluar dari mulut penuh darah kering miliknya. Dan pertarungan ulangku dengannya akan segera dimulai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Olan
sambil baca sambil promosi nih DEVIL MY HUSBAND jangan lupa mampir ya manteman🤗
2020-08-22
0