Belum cukup hari yang buruk untukku pagi ini berjalan, kali ini aku kembali di hadapkan dengan hal aneh lainnya. Yap. Temanku kerasukan.
Hasuki Chifu, teman sekelasku yang biasanya ramah dan ceria kini mengeluarkan aura yang gelap dan jahat karena sesuatu di dalam dirinya mengincar makhluk yang ada di dalam tubuhku.
Zwuusshh...
Hembusan angin besar berhembus dari arah Hasuki-san seperti menandakan kalau ia sudah siap untuk bertarung. Sementara aku di sini yang masih belum mempercayai hal ini hanya bisa menghalangi angin berlebihan dengan lenganku agar tidak mengenai mataku.
"Oi! Bagaimana aku melawannya?! Apa aku tidak bisa menyelamatkannya tanpa melukainya?"
"Jangan bodoh! Tentu saja kau harus mengeluarkannya secara paksa! Kau kira kau ini siapa?! Mau mendapatkan sesuatu tanpa menanggung resiko yang besar!"
"Jangan mengatakannya seolah ini semua adalah salahku! Kau yang seenaknya masuk ke dalam tubuhku, sumber semua masalah ini adalah dirimu!"
"Kau yang menyelamatkan aku waktu itu, berarti seharusnya kau sudah siap dengan apa yang akan kau terima!"
"Kalau aku tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak akan menyelamatkanmu waktu itu!"
Perdebatan malah terjadi di antara kami berdua. Meskipun aku tahu kalau itu tidak akan menyelesaikan apapun, tapi setidaknya aku ingin meluapkan kekesalanku hari ini padanya.
Zwuusshh... Zwuusshh...
Sementara Hasuki-san yang berada di hadapanku sekarang malah menciptakan angin yang lebih kencang lagi dan mencoba untuk membuatku tidak bisa bergerak sehingga ia bisa mengambil Subject C di dalam tubuhku ini.
"Sial! Anginnya semakin kencang."
"Tidak ada waktu untuk berdebat, sekarang ulurkan tanganmu!"
"Kau yang memulainya! Lagipula apa yang akan kau lakukan?"
"Sudah cepat lakukan saja!"
Aku pun menuruti permintaan makhluk ini. Mengulurkan tanganku ke depan dan membiarkan C untuk bekerja karena dia memiliki rencana yang berguna. Setidaknya itu yang ia bilang.
Syiiing...
Setelah menunggu beberapa saat, aku merasakan suatu pergerakan yang terjadi di dalam tubuhku. Ia bergerak dari kepalaku lalu turun ke leher dan bergerak ke kanan menuju ke telapak tangan kananku.
Saat pergerakan yang aku bisa sebut aura itu sampai ke telapak tanganku, sebuah cahaya hijau transparan mulai terbentuk menyelimuti tanganku. Cahaya itu menyelimuti tanganku dan memiliki sensasi yang sama seperti memakai sarung tangan musim dingin.
Pada awalnya memang itu terasa hangat dan nyaman, tapi lama kelamaan ia berubah menjadi panas seperti memegang sebuah api, sensasi hangatnya juga sudah menghilang dan yang aku rasakan saat ini hanyalah sensasi terbakar.
"O-Oi! Ini mulai panas, tahu!"
"Itu terjadi karena tubuhmu belum terbiasa dengan aura milikku. Kau tidak boleh gagal dalam satu serangan ini, jika kau gagal maka tubuhmu akan terbakar dan cedera yang kau alami bisa parah."
"Itu kedengaran menyeramkan sekali, sialan! Tapi itu artinya do or die, kan?"
"Benar, sekarang tutup mulutmu dan fokus pada lawan yang ada di depanmu."
Tap...
Saat rencana yang aku dan C buat sudah hampir selesai, Hasuki-san sepertinya sudah tidak sabar untuk melakukan serangan kepada kami.
Zyiiing...
"I-itu ...."
"Kemampuan yang mirip dengan milikku."
Hasuki-san juga melakukan hal yang hampir sama denganku. Tangan kirinya kali ini mengeluarkan aura yang hampir mirip, hanya saja terdapat perbedaan di warna aura yang kami miliki, Hasuki-san berwarna hitam legam sementara aku berwarna hijau transparan.
"Dia datang!"
Swuushh...
Ia kemudian melesat dengan kecepatan yang melebihi manusia biasa yang membuat aku terkejut dan hampir tidak bisa menghindarinya. Ia mengincar kepalaku dan ingin menempelkan aura hitam itu di sana.
"Tch! Tidak semudah itu, monster!"
Tapi aku masih bisa bereaksi dengan kecepatan melebihi manusianya itu dengan refleksku.
Dan aku berhasil menghindari tangan kirinya dengan menundukkan kepalaku. Tanpa jeda aku langsung menangkap leher Hasuki-san yang membuatnya kesulitan bernafas, lalu membantingnya ke tanah dengan keras.
Braaakkk...
"Ahhaakh !!!"
Darah sedikit keluar dari mulut Hasuki-san akibat bantingan yang aku lakukan. Aku kemudian menahan sumber masalahnya yaitu tangan kiri Hasuki-san dengan tangan kiriku.
Agar ia semakin tidak bisa bergerak, aku mengangkangi Hasuki-san sambil menahan lengan kirinya dengan tanganku. Ia mencoba untuk berontak tapi tubuhnya saat ini hanyalah tubuh gadis biasa, jadi ia tidak bisa berbuat banyak.
"Maafkan aku, Hasuki-san!"
"Sekarang!" teriak C.
Syiiing...
Aku memegang kepalanya dengan tangan kanan yang sudah aku lapisi aura dan menekannya lebih keras agar hal itu bisa bereaksi dengan monster yang ada di dalam tubuhnya.
"AaaAkkhhHh !!"
Hasuki-san berteriak sangat keras tepat saat aku memegang kepalanya. Dan setelah beberapa saat, sebuah kabut hitam aneh keluar dari mulut Hasuki-san yang membuatnya berhenti berteriak dan malah tak sadarkan diri.
Swuush...
"Itu sumber masalahnya, kan?" tanyaku.
"Iya. Sepertinya dia berasal dari jenis yang sama denganku."
Aku memperhatikan kabut hitam itu, ia terbang menjauhiku dan berusaha kabur dari sini. Tapi sayangnya ia sudah tidak memiliki cukup kekuatan untuk melakukannya.
Ia sepertinya masih merasakan rasa sakit akibat gesekan aura antara milik C dan miliknya tadi. Ia tidak berbicara ataupun berteriak kesakitan karena dirinya hanyalah sebuah kabut, tapi aku bisa melihat kalau dirinya kesakitan lewat getaran yang ada pada dirinya.
Melihat kabut itu terdiam membuatku bertanya-tanya. Apa hidupku akan benar-benar berubah sekarang. Aku merebahkan tubuhku di lantai yang kotor ini, sepertinya ini sudah batasku pada hari ini.
"Pertama serangan di pusat kota, lalu serangan di Game Club, bertemu dengan gadis psikopat aneh, dan sekarang temanku kerasukan. Apa-apaan hidup yang tidak tenang ini?" gumamku.
Memang sebelum semua ini terjadi, aku hanya hidup di lingkaran yang membosankan. Bangun, sekolah, makan, main, lalu kembali tidur. Tapi jika aku harus menukarnya dengan hal seperti ini, tentu saja aku akan menolaknya.
"Kau sudah bertemu denganku, tentu saja hidupmu akan berubah. Sudah terlambat untuk kembali ke kehidupan lamamu."
Dia lagi-lagi mengomentari gumamanku. Sepertinya dia tidak memiliki kerjaan lain selain membuat orang kesal. Tapi aku terlalu malas untuk berdebat dengannya, saat ini aku hanya ingin menyelesaikan semua ini lalu pulang ke rumah.
"Berisik, dasar makhluk jelek."
"Ehehehe ... tidak ada gunanya marah seperti itu kepadaku sekarang. Takdir sudah mempertemukan kita seperti ini, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi. Oh iya ngomong-ngomong, kita urus dulu makhluk itu."
"Hah ... jika saja aku bisa bertemu takdir itu, aku akan melakukan apapun untuk membuatnya merubah hal ini."
Aku pun berjalan mendekati kabut hitam itu. Ia masih gemetar karena kesakitan. Sepertinya efek seranganku kepadanya lebih besar dari yang aku kira. Tapi ini adalah kesempatanku, aku akan menghabisinya di sini sebelum ia membuat keributan di tempat lain.
"Matilah, makhluk a—Eh?!"
"...."
Tiba-tiba makhluk itu terdiam dan gemetarannya pun ikut berhenti. Apa dia sudah mati duluan sebelum aku habisi, tentu saja itu hal yang bagus, sih. Tapi aku masih bisa merasakan auranya yang lama kelamaan bergerak dan berkumpul di satu titik yang sama di kabut itu.
"Menjauh dari sini! Dia akan meledak!"
Tiba-tiba suara teriakan terdengar dari kepalaku. Membenarkan firasat buruk dan perasaan ngeri yang aku rasakan dari tadi pada makhluk itu. Hanya ada suatu kemungkinan yang terjadi bila suatu aura sudah berkumpul di satu titik, yaitu sebuah ledakan.
"Sial!"
Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari menjauh dan segera menuju ke tangga turun. Tidak lupa juga aku membawa Hasuki-san yang sedang pingsan di punggungku.
"Cepat!"
"Sabar! Bicara sih mudah!"
Akibat pertarungan tadi dan untuk pertama kalinya menggunakan aura untuk bertarung, tenagaku benar-benar terkuras habis dan bahkan menggendong perempuan saja terasa sangat berat bagiku.
Seakan-akan aura tadi membakar tangan kananku serta membuat kakiku gemetar lemah. Dengan sekuat tenaga aku pun berjalan sambil membawa Hasuki-san yang pingsan, prioritasku saat ini adalah membawanya menjauh dari pusat ledakan.
Aku berhasil mencapai pintu masuk untuk turun dari rooftop, tapi itu masih belum cukup karena aku belum tahu radius ledakan makhluk itu. Jadi aku terus berjalan menuruni anak tangga meskipun dengan kaki yang mati rasa.
Dan pada saat anak tangga ketiga di saat kedua kakiku sudah tidak kuat berjalan lagi, sebuah cahaya menyilaukan tercipta di atas rooftop itu yang membuatku tidak berani untuk melihat ke belakang.
Syiiing... Duuaaarrr...
Tercipta ledakan cukup besar yang membuat kami terhempas akibat efek ledakan itu sampai menabrak tembok bagian tangga yang pertama. Beruntung aku masih bisa memposisikan diriku yang menabrak tembok sehingga Hasuki-san tidak terkena bagian kerasnya.
Tapi itu tetap terasa bagiku. Aduh sakit.
"Fyuuhh ... itu tadi hampir saja. Benar-benar makhluk yang mengerikan, bahkan saat mati pun masih mengancam keselamatan orang lain."
Aku melihat ke arah Hasuki-san yang berada di dekapanku. Meskipun ia sedang pingsan, tapi dia lebih terlihat seperti orang yang sedang tertidur pulas. Aku juga dapat merasakan harum tubuhnya dalam jarak sedekat ini yang wajahku tanpa sadar memerah.
"Baiklah ... tenang, Iraya. Ini dalam kondisi darurat, jadi kau boleh memeluknya. Ini bukan curi-curi kesempatan, tapi menolong orang yang kesusahan," ucapku menenangkan diri sendiri.
Setelah sudah cukup tenang, aku kemudian kembali menggendong Hasuki-san di punggungku dan ingin cepat-cepat berjalan menuju ke UKS. Tapi saat aku sedang menuruni tangga, sudah banyak orang yang dalam keadaan panik datang untuk memeriksa keadaan.
"Hoi, kamu! Apa yang terjadi di atas sana?!" tanya seorang guru kepadaku.
Selain guru yang bertanya padaku tadi, ada juga orang lain seperti para murid, staff, dan juga guru lainnya. Tapi aku tidak memperdulikan hal itu karena yang aku inginkan sekarang adalah suasana yang tenang.
"Anda bisa lihat sendiri apa yang terjadi di atas sana, pak. Sekarang saya mau pergi ke UKS karena ada murid yang terluka, permisi."
Aku pun berjalan ke arah UKS dan setelah sampai di sana, secara perlahan aku membaringkan tubuh Hasuki-san di kasur. Aku melihat penjaga UKS yang khawatir melihat keadaan kami yang kacau serta suara ledakan tadi, tapi aku memberitahunya kalau kami tidak apa-apa.
Aku kemudian duduk dalam diam di samping Hasuki-san yang sedang pingsan. Tujuanku begini karena aku memiliki sesuatu yang harus ditanyakan kepadanya.
"Apa kau akan menunggunya sampai dia bangun?" tanya C.
"Ya, ada sesuatu yang harus aku tanyakan pada dia."
Percakapan kembali terhenti. Dalam keheningan itu, aku berpikir di dalam otakku dan menebak-nebak bagaimana caranya kabut hitam itu bisa merasuki Hasuki-san dan darimana asalnya.
Tapi tiba-tiba C bertanya kepadaku lagi.
"Hei, Iraya."
"Ada apa?"
"Aku hanya penasaran saja, apa refleksmu dari dulu memang sebagus itu? tanya C.
"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan hal itu?"
"Tidak, tapi orang yang kau lawan tadi bergerak dengan kecepatan yang melebihi manusia biasa. Tapi kau seakan bisa mengimbangi pergerakannya."
"Ah ... yang kau maksud itu. Aku tidak terlalu mengerti konsepnya seperti apa dan tidak tahu soal sebutannya. Tapi di alam bawah sadarku seperti ada sesuatu yang memberitahuku kalau 'sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukannya' atau 'jika tidak sekarang, kau akan mati'. Sesuatu seperti itu," jelasku.
"Begitu, ya?"
Aku bisa mendengar tawa cekikikan terdengar di dalam kepalaku. Sepertinya dia menertawakan penjelasan aneh barusan yang aku berikan padanya. Tapi biarlah, karena aku tidak memiliki kata yang tepat untuk menjelaskannya.
"Apa ada yang lucu?"
Tawa cekikikannya berlangsung cukup lama yang membuatku entah kenapa seperti baru saja mengatakan hal yang memalukan.
"Tidak ada. Hah ... manusia benar-benar tidak bisa kuprediksi."
Apa-apaan sih makhluk ini. Terkadang dia bisa menjengkelkan, bisa juga mengerikan, tapi kadang juga bisa jadi aneh dan tertawa tidak jelas seperti ini.
***
*Sebuah Tempat di Kota Tokyo*
Sementara di suatu tempat yang tidak diketahui di daerah Tokyo, di sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi oleh sinar layar monitor. Seorang pria dengan warna rambut pirang acak-acakan terlihat sedang sibuk pada layar komputernya.
Di meja komputernya banyak terdapat foto-foto makhluk aneh yang tidak diketahui jenisnya berasal dari mana. Tapi ada juga foto sesosok monster besar yang menyerang kota Kyoto serta monster kerdil yang membuat orang pingsan.
Pria itu memeriksa satu-satu monitor itu dengan teliti dan pandangannya terhenti di salah satu layar monitor. Senyuman lebar tercipta seakan mendapat sesuatu yang sangat menyenangkan bagi dirinya.
"Kyoto, kah? Apa benar sejauh itu dia bisa bergerak? Benar-benar produk sempurna! Ahahaha ...!!"
Tak... Tak... Tak...
Ia langsung mengetik keyboard komputernya dengan semangat dan tertuju pada satu file yang terlihat berbahaya, karena file tersebut menunjukkan satu makhluk dengan wujud yang mengerikan.
Piip... Bsshhh...
"Bagaimana kalau kita pastikan sedikit lagi? Coba hibur aku, Subject C."
"Grrr ...."
Sebuah pintu besi terbuka dan dari dalamnya terdengar suara geraman sebuah makhluk yang menggema di ruangan itu. Air liurnya jatuh ke lantai melewati gigi tajam makhluk itu yang memperlihatkan kalau dia lapar akan sesuatu.
Sementara pria itu hanya tersenyum melihat makhluk itu pergi berlari keluar dari ruangan itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Mutie Cutie
aku mampir thor.. boom like and rate 5.
semangat ya...
2020-07-06
0