Gadis misterius itu tiba-tiba muncul di belakangku. Dan secara aneh, aku tidak bisa merasakan keberadaannya sama sekali sampai ia memanggil ku tadi.
Penampilannya memang seperti gadis kecil biasa, tapi ia tanpa ekspresi ketakutan berada di dalam lingkaran goblin kuning ini. Dan sama seperti ku, ia juga tidak terpengaruh serbuk yang disebarkan.
Tapi yang paling mengerikan adalah ketika salah satu goblin kuning coba menyerangnya, hanya dengan menengok, goblin kuning itu telah tercincang.
Terlalu banyak kejanggalan pada gadis ini.
Aku harus berhati-hati.
Menjaga jarak adalah hal yang ku lakukan. Sepertinya ia juga tidak berniat untuk melakukan sesuatu yang buruk padaku, semoga. Gadis ini masih ingin tahu jawaban dari pertanyaannya tadi, karena ia terus mengulangi pertanyaan yang sama kepadaku, memangnya dia apa? Bot komputer?
Dan karena terlalu banyak kejanggalan, aku memiliki spekulasi kalau dirinya adalah seorang monster yang memiliki kemampuan untuk menyamar sebagai manusia. Bisa saja itu terjadi, kan? Tidak ada salahnya untuk waspada, kan?
Tapi dilihat dari mana pun sepertinya itu mustahil.
Aku memperhatikannya dari atas sampai bawah. Ia jelas-jelas hanya seorang gadis seumuran ku yang tidak bisa disamakan dengan monster mana pun yang pernah aku baca di buku atau film-film.
"Aku ulangi, siapa kau?" tanya gadis itu.
Dia masih menanyakan pertanyaan yang sama. Sepertinya dia tidak akan puas jika aku tidak menjawab pertanyaannya, tapi aku bingung harus menjawabnya dengan jawaban yang seperti apa. Apa aku harus jujur atau bohong.
Jika aku jujur, dia mungkin akan mengincar ku dan menjadikan ku sebagai targetnya selanjutnya kalau ia sudah selesai dengan semua monster yang ada di sini — itu pun kalau ia ingin membersihkan mereka semua.
Tapi kalau bohong, aku ragu jika dia bisa tertipu. Apalagi dia memiliki kemampuan aneh yang satu itu, menyerang sesuatu hanya dengan tatapannya. Benar-benar mengerikan sekali jika dipikir-pikir, hanya dengan di lirik sedikit saja, tubuhmu sudah terpisah-pisah.
Membayangkan hal itu terjadi pada tubuhku tanpa sadar membuat perasaan ngeri berjalan di tulang belakang ku. Pokoknya saat ini harus tenang, aku berharap kalau dia masih memiliki perasaan kemanusiaan yang terpancar dari sosok manusianya saat ini.
Menghela napas pendek untuk menenangkan diri, aku sudah memikirkan jawaban yang akan ku berikan padanya.
"Apa kau tidak bisa lihat? aku hanya seorang siswa SMA biasa."
Yap. Itu dia jawabanku. Aku memilih untuk berbohong, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Semuanya tergantung pada respon yang dia berikan padaku.
Setelah menunggu beberapa saat dalam keheningan, ia masih menatap ku dalam diam, sementara dadaku sudah berdetak kencang dari tadi. Apakah jawaban ini akan bekerja atau tidak? Aku tidak tahu.
Tapi ternyata yang ia berikan adalah respon kekecewaan dengan hela napas di awal.
"Hah .... Kau lihat mereka? Dan orang-orang yang ada di sekitar mu?"
Dia menunjuk ke arah Kudou dan Hira lalu ke semua orang yang sedang pingsan di sekitar area sini kecuali monster-monster itu. Ya, aku memang bukan benar-benar murid SMA biasa, sih. Jika benar, aku pasti juga sudah ikut jatuh pingsan.
"Jika kau murid biasa, kau akan berakhir seperti orang-orang yang ada di sini. Aku pikir sudah tidak ada gunanya lagi berbohong."
Skakmat. Ia sudah mengunci ku yang membuat ku tidak bisa kabur kemana-mana. Aku hanya bisa tersenyum miris menertawakan kemampuan komunikasi ku yang buruk ini. Sekarang apa yang akan terjadi padaku selanjutnya, aku juga tidak bisa memprediksinya.
Aku melirik ke bawah dan menyadari kalau ada sebuah botol kosong bekas serbuk di depan kakiku. Sepertinya itu bisa digunakan untuk menyerangnya jika aku mengalihkan perhatiannya untuk beberapa saat.
"Lalu apa yang akan kau lakukan padaku? Apa kau akan membunuh ku juga?"
"Tergantung pada jawabanmu selanjutnya."
Berkat kekuatan aneh yang ku dapatkan sebelumnya, sepakan pada botol serbuk kosong meluncur deras tepat menuju ke wajah gadis itu. Meski dia dengan santai dapat menghindari botol berkecepatan tinggi itu dengan sedikit gerakan.
"???"
Hah! Jangan meremehkan ku! Tentu saja bukan hanya itu saja rencanaku. Saat perhatiannya teralihkan oleh botol kosong tadi, aku langsung melesat dan mengarahkan tinju ku ke arah wajahnya yang sedikit belum siap.
"Kena kau! Eh—Uwoogh!"
Ketika berpikir kalau aku berhasil menipunya, tapi impian ku masih terlalu cepat. Gerakan gadis itu masih terlalu gesit walau telah teralihkan perhatiannya. Ia menepis pukulan ku dan membiarkan tinju itu melewati wajahnya.
Aku kehilangan keseimbangan ku. Setelah menepis dengan tanpa usaha, ia juga langsung mendorong punggung dan menjegal kakiku di saat bersamaan yang membuatku tersungkur ke tanah. Ia kemudian menahan kedua tanganku di belakang punggung.
"Apa yang kau rencanakan? Kau terlalu lemah, kau tahu?" ucapnya.
"S-Setidaknya aku sudah berusaha."
"Hah ... tenanglah sedikit. Jika kau tidak bisa tenang, aku akan membantu mu dengan memotong salah satu kakimu. Kau mau begitu?"
"Memo—?!"
Gadis ini mengatakan hal itu dengan santai seolah hal itu bukan apa-apa, dasar psikopat! Tapi itu juga tidak merubah fakta kalau aku baru saja dikalahkan oleh gadis yang lebih kecil dariku. Entah mau aku taruh mana harga diriku setelah ini.
Tapi pada akhirnya, aku memilih untuk menuruti kata-katanya dengan sedikit mengendurkan usaha untuk melepaskan diri dan berkat itu juga, tekanannya pada kedua tanganku juga sedikit dikendurkan.
"Baiklah, aku sudah tenang. Kau bisa melepaskan ku sekarang."
"Benarkah?"
"Iya, benar."
"Serius?"
"Aku serius!"
"Kau tidak berbohong, kan?"
"Sudahlah cepat lepaskan aku! Tanganku bisa patah kalau terus ditahan seperti ini!"
Dan dia pun melepaskan tanganku. Membuatku bisa berdiri, membersihkan debu-debu jalanan pada tubuhku akibat tengkurap di aspal, lalu setelah itu mengajaknya berbicara.
"Sebelum aku menjawab pertanyaan mu, bolehkah aku meminta sesuatu darimu?"
"Minta sesuatu?"
"Ya, apa kau bisa menghabisi semua monster-monster ini? Ada dua temanku yang pingsan di sini dan kau terlihat sanggup untuk melakukan itu."
Aku tidak tahu dengan meminta tolong begini akan berhasil, tapi mungkin ini adalah satu-satunya cara yang paling ampuh untuk membereskan kekacauan ini secepat mungkin. Kekuatan misterius yang aku dapatkan sebelumnya memang membantu, tapi kurasa itu masih belum cukup untuk mengalahkan mereka semua di sini.
Ngomong-ngomong, Ia masih belum memberi jawaban. Aku tidak tahu dia akan menerimanya atau tidak, tapi secara mengejutkan, ia mau berbicara lagi.
"Kau ini bodoh, ya?"
"Eh?"
"Kau minta tolong pada orang yang baru saja kau temui, terlebih lagi di kondisi yang seperti ini. Apa otak mu baik-baik saja?"
"Ap—?!
Gadis ini ... ucapannya tajam sekali. Apa-apaan itu, wajah manisnya tertutupi omongan tajamnya. Aku ingin sekali membalas dan beradu argumen dengannya, tapi untuk sekarang akan ku tahan demi mendapat bantuannya. Tidak perlu memberitahu ku, aku tahu aku ini hina.
"Terserah kau saja, asal teman-temanku bisa selamat, aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan."
"Ya, boleh saja sih."
"Eh? Serius?!"
Meskipun aku yang memintanya, tapi tetap saja terkejut ketika ia mengiyakan permintaan itu. Bukan berarti aku tidak senang, tapi hanya tidak menyangka.
"Menghabisi mereka semua adalah hal yang mudah. Tapi jika kau tidak menepati janji mu, aku akan membuat mu mengalami hal yang sama dengan monster-monster ini."
Oi, oi, oi! Bukankah ucapannya itu terlampau seram?! Gadis kecil mana yang bisa mengucapkan itu dengan nada santai begitu? Meski begitu, aku tetap menganggukkan kepala pelan setuju.
"Apa kau perlu bantuan? Kalau perlu aku bisa—"
"Tidak perlu."
Sial, bocah ini benar-benar bikin kesal, woi! Tapi aku tidak bisa apa-apa, karena secara memalukan, hidupku berada pada tangannya.
Dan juga aku baru menyadari sesuatu. Selama kami mengobrol, tidak ada goblin kuning yang mengganggu maupun menyerang kami seperti sebelumnya. Terlihat jelas kalau mereka ketakutan dan hanya waspada dengan pergerakan kami, mungkin mereka sudah belajar pada apa yang terjadi jika mereka mencoba menyerang.
Perjanjian pun telah kami buat.
Fokus juga telah ia pindahkan pada para goblin kuning yang mengelilingi kami dari tadi.
“??!!”
Gadis itu kemudian melompat dan melesat melewati gerombolan goblin kuning dengan menjadikan kepala mereka sebagai pijakan. Pergerakannya cukup menjauh dariku dan para goblin kuning juga sudah meninggalkan ku serta para korban pingsan sendirian. Mereka benar-benar fokus pada gadis itu sekarang.
Setelah cukup jauh, ia kemudian menginjak kepala salah satu goblin dengan lebih keras dan menjadikannya tolakan untuk melompat lebih tinggi. Berada di udara cukup lama, memerhatikan ke bawah dan telah menentukan targetnya.
Saking terpesonanya dengan gerakan indah yang ia lakukan, aku sampai bisa melihat pergerakan kecil yang ia buat. Bibirnya bergerak menyebutkan sebuah kata.
"Peng ... gal."
Tak lama setelah ia menyebutnya, semua goblin kuning yang ada di bawahnya hampir semuanya terpenggal secara hampir bersamaan. Aku tidak mendengar teriakan kesakitan yang dibuat oleh mereka. Semua berlangsung dengan begitu cepat. Yang paling mendominasi pada malam ini adalah suara deras darah mengucur dari leher mereka.
Apa ini hanya mimpi? Karena malam ini Pusat Kota Kyoto mengalami apa yang dinamakan sebagai hujan darah. Dan aku tidak menyalahkan siapa pun jika mereka tidak percaya dengan cerita ini, karena aku sendiri masih belum meyakini apa yang dilihat oleh mataku sendiri.
Ia kemudian turun secara perlahan, seolah tak terpengaruh oleh gaya gravitasi bumi. Meski mengerikan, ketika ia mendarat sempurna, dengan penampilan penuh darah di pakaian, wajah, dan rambutnya, ia masih terlihat indah.
Wajah dingin tanpa ekspresi, rambut pirang lurus tanpa keriting, serta iris mata yang lebih berkilau daripada batu emerald. Menjadi ‘malaikat kematian’ bagi para goblin kuning.
Ia kemudian kembali menghampiri ku.
Oh! Tiba-tiba aku mengingat sesuatu yang sempat Hira bicarakan saat di sekolah. Tentang seorang gadis kecil yang membantai monster besar di sini, di tempat yang sama beberapa waktu lalu. Apa mungkin gadis ini ....
"Kau ... apa mungkin kau yang menghabisi monster lain di sini? Beberapa waktu lalu?” Aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Hmm? Bagaimana kau bisa tahu?"
"Itu rumor yang telah menyebar; kalau ada gadis kecil yang mengalahkan semua monster sendirian."
"Mereka tidak sepenuhnya salah. Tapi umurku sudah 16 tahun."
Ternyata rumor itu tepat. Entah bisa dibilang keberuntungan atau kesialan karena bertemu dengannya, tapi aku tidak pernah menyangka dalam hidupku kalau bisa bertemu dengan orangnya langsung.
"Baiklah, saatnya menagih janji ku. Siapa namamu?"
"N-Namaku Satou Iraya."
"Satou Iraya? Tidak pernah dengar. Lalu kenapa kau bisa tidak terpengaruh oleh serbuk itu?
"Malahan, itu yang ingin ku tahu."
Aku bohong. Yang sebenarnya aku tahu jawabannya. Tapi aku merasa kalau memberitahu keberadaan makhluk di dalam tubuhku ini akan berbahaya. Jadi untuk sekarang sebisa mungkin aku akan menyembunyikannya, entah sampai kapan aku bisa melakukannya.
"Tidak usah disembunyikan juga tidak apa-apa, kok. Aku ini kuat gila soalnya."
Suara kembali menggema di dalam kepalaku—dan jika kalian bisa menebaknya—itu menyebalkan. Suara menjengkelkan yang seolah menganggap remeh semua ini benar-benar ingin ku beri pelajaran. Tapi pastinya aku yang bakal dihajar olehnya.
Gadis itu berpikir sebentar. Lalu kemudian berbicara lagi. "Kalau begitu, untuk sekarang ikutlah denganku."
"Eh? Ikut kemana?"
"Tidak usah banyak tanya."
"T-Tidak, aku tidak—"
"Bukankah kau sudah berjanji padaku?"
Dia menggerakkan tangannya menuju ke leher dan membuat gimmick akan memenggal leher ku. Tentu saja itu membuat ku tidak bisa berbuat apa-apa dan harus menurutinya.
"B-Baik ...," ucapku lemas.
"Ayo, kita harus pergi sekarang."
"Sekarang? Tunggu dulu! Bagaimana dengan teman-temanku dan semua orang yang ada di sini?"
"Tidak ada yang bisa kau lakukan, pengaruh serbuk tidur itu akan segera hilang dan mereka akan segera bangun. Polisi juga akan segera ke sini, jadi insiden di sini bisa dibilang sudah selesai dan teman-temanmu sudah aman."
Penjelasan itu membuat ku bisa sedikit tenang. Meski pun aku masih belum yakin meninggalkan Kudou dan Hira di sini sendiri, tapi karena janji dengan gadis ini, aku tidak punya pilihan lain.
Maafkan aku Kudou, Hira, malam ini kalian harus pulang sendiri.
Selama mengikutinya, kami berjalan menelusuri gang-gang sempit, setelah itu kembali ke jalan utama pada sebuah distrik perbelanjaan. Sepertinya area ini adalah area khusus tempat berjualan karena banyak toko-toko berdiri entah itu elektronik maupun makanan.
Saat sedang berjalan, kami melewati sebuah toko TV dan melihat sebuah TV yang sedang menyala, menyiarkan berita penyerangan di pusat kota. Ternyata, bukan hanya kami saja yang melihat di sana, banyak orang yang juga tertarik dan menonton dari luar toko.
Terlihat di layar TV kalau para polisi sedang mengevakuasi para korban, penyerangan kali ini tidak menimbulkan korban jiwa. Entah kenapa aku merasa sangat bersyukur karena tidak ada yang perlu dicemaskan lagi, setidaknya untuk saat ini.
Kami berjalan lagi dan setelah cukup lama berjalan, akhirnya kami sampai di sebuah Cafe yang tidak terlalu ramai pengunjung. Suasana yang seperti Cafe pada umumnya, nyaman dan tenang. Di atasnya terdapat plang besar bertuliskan 'Haiiro Cafe'.
"Haiiro Cafe?"
Tanpa berlama-lama gadis itu kemudian masuk ke dalam, begitu juga denganku. Di dalamnya tidak ada yang aneh sama sekali di sini, benar-benar seperti Cafe biasa dengan pelanggan yang tidak terlalu ramai. Aku malah bingung kenapa di bawa ke tempat seperti ini.
Lalu saat aku sedang memperhatikan Cafe ini, ada seorang pelayan wanita yang menyambut kami di depan pintu.
"Selamat datang. Oh, Herlin-chan! Apa yang membuatmu ke sini malam-malam?" ucap pelayan wanita itu dengan ramah kepadanya. Sepertinya mereka sudah lama kenal.
"Aku sedang mencari Oita-san, apa dia ada di sini?"
"Aku rasa dia ada di ruangannya, kau bisa memeriksanya sendiri di sana."
"Terima kasih, Yuuki-san. Ayo, ikuti aku."
"Aku mengerti."
Dia kemudian mengajakku masuk ke sebuah ruangan yang sepertinya adalah tempat bagi pemilik Cafe ini biasa beristirahat. Aku sempat melirik ke arah pelayan wanita tadi dan ia sedikit tersenyum kepadaku. Setelah aku pergi dan tanpa ku sadari, dia kemudian mengatakan sesuatu.
"Herlin-chan membawa laki-laki yang tidak ku kenal? Tumben sekali."
**
Sementara itu kami masuk ke ruangan yang ditunjuk oleh pelayan wanita tadi. Sebuah ruangan seperti office room pada umumnya. Tidak ada yang aneh sama sekali di sini. Gadis ini kemudian memanggil seseorang bernama 'Oita-san' yang sepertinya sedang berada di tempat duduk putar yang menghadap ke belakang itu.
"Oita-san, bisa Anda bantu aku sesuatu?"
"Herlin-chan, ya. Ada apa?"
Orang itu kemudian membalikkan kursinya lalu menatap kami berdua yang berada di sini.
Orang bernama ‘Oita-san’ ini, seorang laki-laki berusia antara 20-30 tahun, rambut ungu yang disisir klimis. Ia juga tampil rapi dengan setelan jas tuxedo berwarna merah marun lengkap menampilkan aura yang tenang dan berwibawa padanya. Setelah itu, mengeluarkan senyuman ramah saat melihat kami berdua.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
KhaLisa_BM
bagus banget ceritanya👍
2022-04-07
1
Olan
sambil baca sambil promosi nih DEVIL MY HUSBAND jangan lupa mampir ya 🤗
2020-08-22
0
afrida nainggolan
hye kak, aku uda boom like loh.jangan lupa mampir kekarya aku ya, "Dipaksa menikahi presdir playboy"
2020-08-07
0