Ini bukan perasaanku lagi, aku benar-benar diabaikan oleh mereka semua. Apa telah terjadi sesuatu? Sebenarnya apa yang terjadi saat aku tidak ada?
Tanpa kusadari, Hasuki yang sedang berbicara dengan teman-temannya melirik kearahku dan tiba-tiba mengeluarkan seringai kecil.
Blam…
Saat aku sedang kebingungan, tiba-tiba seorang guru masuk menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai.
"Semuanya, duduk di tempatnya masing-masing."
Murid-murid yang lain pun segera duduk—begitupun aku. Aku kemudian duduk sambil memikirkannya. Apa mereka cemburu akan sesuatu padaku? Atau aku melakukan sebuah kesalahan yang tidak aku sadari.
Selama pelajaran berlangsung aku hampir tidak memperhatikan penjelasan guru sama sekali. Aku sibuk memikirkan tentang apa yang telah aku lakukan sampai aku dijauhi oleh satu kelas. Padahal seminggu ini aku tidak masuk kelas dan sebelumnya juga baik-baik saja.
Teng… Teng… Teng…
"Kalau begitu sampai disini saja."
Tanpa kusadari pelajaran pertama berakhir dengan cepat.
Ayo otakku berpikirlah! Pikirkan sesuatu yang membuatmu dijauhi. Tapi semuanya percuma, ini terlalu aneh untuk terjadi.
Eh? Kurasa ini tidak terlalu aneh. Apalagi aku sudah masuk ke sisi dunia yang penuh dengan monster-monster berbahaya dan bertemu dengan perempuan berbahaya yang tidak pernah tersenyum.
**
"Hachii …!"
Sementara itu di panti asuhan, tiba-tiba Herlin bersin tanpa sebab saat dia sedang menjemur pakaian. Aiza-san yang berada di dekatnya pun kemudian menanyakan keadaannya.
"Apa kau sedang tidak enak badan, Herlin-chan?" tanya Aiza-san.
"Aku tidak apa-apa."
Ia pun kembali melanjutkan mengambil sisa pakaian yang ada di ember untuk segera di jemur tanpa memperdulikan penyebab bersinnya tadi.
**
Tapi tetap saja, ini sedikit menggangguku. Walaupun aku tidak terlalu dekat dengan semua teman sekelas ku, tapi aku tidak percaya bahkan Kudou dan Hira menghiraukanku. Dan juga akan merepotkan untuk melakukan apa-apa kedepannya. Aku harus melakukan sesuatu! Tapi apa?! Aku mencoba memikirkan sesuatu. Aa! percuma saja, aku tidak bisa memikirkan apa-apa untuk mengatasi masalah ini.
"Haah …."
Aku menghela nafas panjang. Semua keanehan ini membuatku mengantuk. Daripada pusing-pusing memikirkan hal ini, lebih baik aku tidur saja. Siapa tau aku bisa menemukannya.
Tuuk…
"Hn?"
Saat aku ingin tidur, tiba-tiba seseorang melemparkan bola kertas dari belakangku. Aku yang menyadarinya kemudian langsung mengambilnya. Aku menengok ke belakang dan tidak menemukan orang yang melempar ini.
"Apa ini?"
Aneh sekali. Aku kemudian membuka remasan kertas tadi dan melihat apa yang ada didalamnya. 'Temui kami di atap sekolah saat jam istirahat, -Kudou.'
Aku tersenyum setelah melihat isi surat itu. Ternyata benar, Kudou dan Hira tidak mungkin menghianatiku begitu saja. Pasti ada alasan di balik semua ini. Suatu alasan yang tidak terpikirkan olehku.
Kalau begitu saat istirahat nanti, aku akan meminta dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah itu guru pelajaran kedua masuk ke dalam kelas. Tapi karena aku terlalu ngantuk, jadi aku melanjutkan tidurku.
**
Teng… Teng… Teng…
"Kalau begitu pelajarannya sampai disini saja."
Bunyi bel istirahat sudah berbunyi. Guru pelajaran tadi pun juga sudah keluar dan seketika kelas menjadi ramai. Ada murid yang mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam tasnya, ada yang menghampiri bangku temannya dan lainnya.
Bangku Hasuki-san juga seperti biasa selalu menjadi bangku yang paling ramai selama istirahat. Sementara itu, Kudou dan Hira langsung keluar kelas. Begitu juga denganku yang langsung mengikutinya untuk menemuinya di atap sekolah.
Aku berjalan melewati lorong untuk segera menaiki tangga ke atap. Ngomong-ngomong, ini adalah pertama kalinya aku naik ke atap lagi setelah insiden ledakan saat itu.
Ujung bibirku terangkat sedikit. Mengingat kejadian itu membuatku tersenyum sendiri. Waktu itu aku menyelamatkan Hasuki dari kabut hitam tak jelas yang merasukinya.
Akhirnya aku sampai di atap sekolah dan ada dua orang yang sudah menungguku, Kudou dan Hira. Mereka sedang melihat ke arah lapangan sekolah di bawah.
Kudou kemudian membalikkan badannya ketika aku datang. Ia kemudian tersenyum kepadaku.
"Yo!"
"Apa kau sehat, Iraya?" tanya Hira.
Dia melemparkan roti isi kemasan kearahku yang dengan sigap kutangkap. Aku pun langsung membuka bungkus roti isi tadi.
"Hah … aku benar-benar terkejut kalian mengabaikan ku saat dikelas tadi. Bercanda kalian tidak lucu, tau. Kukira kalian berubah menjadi dingin dan cuek seperti seseorang yang kukenal."
**
"Hachii …!"
Lagi-lagi Herlin bersin tanpa alasan yang jelas saat ia sedang ingin menyuapi salah satu anak kecil yang berada di panti asuhan.
"Waa! Onee-chan sakit!" ucap anak kecil itu.
"Onee-chan tidak apa-apa, sekarang buka mulutmu karena pesawat akan mendarat."
"Aaa … mmm!"
Herlin langsung memasukkan sendok berisi makanan ke mulut anak tersebut. Sambil kembali mengambil makanan dari piring yang tersisa sedikit, Herlin tiba-tiba sedikit kepikiran dengan alasan dia bersin.
"Sepertinya kemarin malam aku berendam terlalu lama."
**
"Tidak mungkin, kan? Temanmu sejak SMP ini tidak sebegitu jahatnya sampai mengabaikanmu tanpa alasan yang jelas?"
"Ahaha … benar juga!"
Jeda hening terjadi di antara dialog kami bertiga. Aku memanfaatkannya untuk memakan roti isi tadi. Dan kemudian Kudou memanggilku.
"Nee … Iraya."
"Hn?"
"Alasan teman-teman sekelas menjauhimu. Apa kau ingin tahu itu?"
"Ya begitulah. Kalau bisa aku ingin mengetahuinya, agar aku bisa menyelesaikan masalahnya secepat mungkin. Ya ampun! Sebenarnya apa yang kulakukan sih sampai mereka menjauhiku begitu?"
Ketika ia ingin menjawab pertanyaanku, tiba-tiba Kudou menatap Hira. Hira kemudian sadar dengan apa yang diinginkan oleh Kudou.
"Haah … kenapa harus aku juga?" ucap Hira sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Jadi … penyebab kau dijauhi oleh teman-teman sekelas adalah … karena ada seseorang yang bilang bahwa kau …." Kata-kata Hira menggantung.
"Bwahwa akwu?" Kata-kataku sedikit berantakan karena mulut yang penuh dengan roti isi.
"… Bahwa kau mencoba mem … perkosa Hasuki-san."
Setelah bicara seperti itu, Hira kemudian memalingkan wajahnya menghindari tatapan mataku. Aku mendengarnya dengan jelas, tapi aku tidak mengerti dengan perkataan Hira barusan.
"Apa … maksudmu?" ucapku kecil yang masih tidak percaya.
Aku menaruh roti isi yang belum habis itu ke tanah. Aku kemudian berdiri dan berjalan pelan kearah Hira.
"I-Iraya?"
Buuk…
"Apa-apaan maksudnya itu?!"
Aku memukul Hira tepat di pipinya cukup keras sampai membuatnya tersungkur ke tanah. Kudou yang melihat itu langsung membantunya agar tidak terjatuh cukup parah.
"A-Awalnya aku juga tidak percaya, tapi …."
"Tapi apa?!"
"… Tapi dia bertingkah seperti semuanya benar-benar terjadi dan kau adalah pelakunya."
"O-Oi Iraya! Tenang dulu! Kami berdua sudah memutuskan untuk tidak memercayai gosip yang beredar itu. Tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa dengan anak kelas yang lain," ucap Kudou.
"Ya, percayalah dengan kami."
Mataku dan Hira bertatapan cukup lama. Dengan wajah yang kesakitan, dia masih bisa memberikan tatapan yang membuatku untuk percaya padanya. Setelah jeda hening itu, aku pun menarik nafasku untuk menenangkan diri. Setelah tenang, aku kemudian berbicara dengan biasa lagi.
"Apakah rumor ini sudah menyebar ke guru-guru?"
"Tidak, setahuku rumor ini baru menyebar di kalangan para anak kelas saja."
"Begitu ya. Maafkan aku karena telah terbawa emosi, Hira."
"Tidak, aku tahu pasti akhirnya akan jadi begini."
Aku pun mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Kemudian ia menerima uluran tanganku. Dan sejalan dengan itu, bel selesai istirahat pun berbunyi dan kami pun segera masuk ke kelas.
Saat berjalan ke kelas aku sempat berpikir. Sepertinya aku sudah menemukan tersangka yang harus aku interogasi. Orang itu. Sepertinya dia masih memiliki dendam denganku.
**
Bel pulang sekolah telah berbunyi dan sudah waktunya untuk pulang. Ini adalah saatnya untuk menemuinya.
Aku berjalan menuju ke tangga dan disana aku berhasil menemukannya. Dia sedang berjalan bersama dengan teman-temannya dan ingin pulang. Aku pun mencoba memanggilnya.
"Hasuki-san!"
Dia menengok, lalu teman yang sedang berbicara dengannya pun ikut menengok. Ekspresi teman Hasuki-san saat melihatku seperti jijik kepadaku. Temannya berbisik kepada Hasuki-san dan menyuruh Hasuki-san untuk tidak menghiraukanku. Tapi Hasuki-san tidak memperdulikannya.
"Ada apa, Satou-kun?"
"Bisa kita bicara sebentar?"
Dia menyuruh temannya untuk pergi lebih dahulu. Awalnya temannya tidak setuju, tapi Hasuki-san meyakinkan mereka kalau tidak akan terjadi apa-apa kepadanya. Dan akhirnya temannya pun pergi.
"Aku orang yang sibuk, kau tahu? Jika kau ingin bicara sesuatu, kuharap itu adalah hal yang penting."
Ia mengibaskan sehelai rambut yang menghalangi wajahnya dan kemudian menaruh satu tangannya di pinggang dengan lagak yang sombong.
"Langsung ke intinya saja, apa kau yang menyebarkan rumor itu?"
Saat aku membicarakan hal itu, tanpa kusadari tiba-tiba ia membuat sebuah seringai kecil.
"Apa maksudmu? Aku sedikit tidak mengerti."
"Jangan pura-pura bodoh, Hasuki-san!"
"… Kau kesal karena kau tidak bisa merekrutku menjadi pengawal pribadimu, kan?! Kau kesal karena 'anak orang kaya' sepertimu tidak bisa mendapatkan apa yang kau inginkan, bukankah begitu?!"
"…."
"Jawab aku, Hasuki-san."
Hasuki terdiam mendengar pernyataanku, terdapat jeda hening dan kemudian ia menunduk. Apa akhirnya dia mengaku? Tapi tetap saja, saat di depanku dan di depan orang lain, Hasuki Chifu seperti dua orang yang berbeda.
"Aha … haha … hahaha!"
"Apanya yang lucu?"
Tiba-tiba dia tertawa lepas dan menjadi Hasuki-san yang kutemui saat dirumahnya. Ini adalah Hasuki-san mode orang kaya.
"Benar sekali! Aku yang menyebarkan gosip itu, itu adalah salahmu karena tidak mau menuruti permintaanku, sang 'Putri Kaya' Hasuki Chifu-sama! Jika kau menuruti perintahku, mungkin kau tidak akan berakhir seperti ini, Satou-kun!"
"…."
Aku hanya terdiam dan menggigit bibir bagian bawahku menahan amarah melihat perubahan sifatnya. Melihatku diam, Hasuki-san kemudian menghela nafas dan kembali berbicara.
"Nee … Satou-kun, aku menyarankan satu hal kepadamu. Lebih baik kau pindah dari sekolah ini, kalau bisa pindah dari kota ini. Karena masa mudamu disini sudah hancur."
"Apa yang—?"
"Tentu saja, jika kau tidak mau diperlakukan seperti penjahat disini."
"K-Kau …!"
Aku berjalan dengan cepat menuruni tangga untuk mendekatinya dan memberinya sedikit pelajaran. Tidak peduli dia itu perempuan paling terkenal di sekolah atau siapa. Aku akan memberinya sedikit pelajaran!
"Hentikan, Iraya!" teriak Cecilia.
"…?!"
Kenapa tiba-tiba kau bicara. Aku hampir melupakanmu yang selalu berada di kepalaku selama ini. Kenapa disaat seperti ini kau malah bicara, dasar wanita sialan!
Karena teriakan Cecilia, aku menghentikan langkahku yang baru menuruni dua sampai tiga anak tangga.
"Hn? Ada apa?"
"Dinginkan kepalamu! Jangan membuat ini menjadi lebih buruk lagi untukmu! Kau beruntung kalau yang dia lakukan hanyalah menyebarkan rumor saja. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya jika kau memukulnya!"
"Tch!"
Cecilia benar. Aku harus bisa menahan amarahku atas semua perlakuannya. Setidaknya untuk saat ini, yang paling penting adalah dengan tidak membuat keadaan ini menjadi lebih buruk lagi.
"Kau kenapa? Apa isi kepalamu sudah tidak beres?"
"…."
Aku hanya diam dan tidak menjawab apa-apa. Hasuki-san kemudian mengambil smartphone dari dalam tasnya dan kemudian memeriksa smartphone tersebut sebentar.
"Apa pembicaraan kita sudah selesai? Aku masih memiliki urusan sekarang."
Ia kemudian sekali lagi menunjukkan senyum merendahkan. Seakan aku ini tidak bisa berbuat apa-apa karenanya.
"Sampai jumpa lagi—tidak, mungkin akan lebih cocok … selamat tinggal, Satou-kun."
Hasuki-san pun kemudian pergi dari sana. Untuk pertama kalinya aku sangat ingin memukul seorang perempuan. Aku menghela nafas untuk menenangkan diri.
Aku masih akan berlatih tanding dengan Herlin nanti sore, jadi tidak ada alasan untuk berlama-lama disini. Di perjalanan aku juga mengajak bicara Cecilia lagi.
"Oh iya, Cecilia?"
"Ada apa?"
"Akhir-akhir ini kau lebih banyak diam, ya. Biasanya kau selalu menggangguku dengan kemampuan membaca pikiranmu itu, ada apa?"
"Aku tidak mengganggumu. Belakangan ini, aku sedang melakukan hal yang harus kulakukan."
"Hal yang harus kau lakukan? A-Apa itu?! Jangan-jangan kau mau membuat bom yang bisa meledakkan diriku?!"
"Iya, bersiaplah karena itu sebentar lagi akan selesai, kau akan mati dan aku bisa lega karena tidak mendengar ocehan berisikmu lagi!"
Ucapan Cecilia bernada marah, tapi aku tau kalau bukan itu yang sebenarnya sedang ia lakukan.
"Se-Sepertinya bukan, ya?"
"Hah … pokoknya ini bukan sesuatu yang merugikanmu. Bahkan jika kau menguasainya, ini akan jadi sesuatu yang menguntungkanmu."
"Benarkah? Jadi apa itu?"
"Rahasia."
"Dasar wanita pelit!"
"Meskipun suara dan penampilanku seperti wanita, Spirit sepertiku tidak mempunyai jenis kelamin, lho."
"Da-Dasar setengah-setengah!"
"Kau kehabisan kata-kata, ya?" ucap Cecilia datar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
LastZee
Nice
2020-07-17
0