Aura mengerikan muncul di belakangku. Itu membuatku dengan cepat langsung melihat ke belakang dan menghindar, tapi gerakanku kurang cepat yang membuatku terkena serangannya di bagian lenganku.
Aura ini …. Aku tidak asing dengan aura mengerikan ini. Aura buas yang sebelumnya aku rasakan di gang waktu itu. Dia anjing besar yang waktu itu menghabisi tiga penagih hutang itu.
"Grrr ...."
"Hehe … lama tidak bertemu, anjing manis."
Aku melihat ke arah luka di lenganku. Darah segar mengalir dan menetes dari sana. Ini lumayan gawat karena tangan kananku yang biasa aku pakai untuk bertarung kini sudah terluka duluan.
Lagipula aku tidak bisa merasakan keberadaannya kecuali saat ia ingin menyerang barusan, ia benar-benar dapat menutupi hawa keberadaan mengerikannya dengan sangat baik, persis seperti predator.
Terlebih lagi saat aku perhatikan dengan lebih teliti lagi, tubuh anjing ini lebih besar dari sebelumnya. Pantas saja jarak jangkauan serangannya jadi lebih jauh. Aku juga dapat melihat banyak darah segar dan juga yang sudah kering di mulutnya, menandakan kalau ia sudah menyerang lebih banyak orang lagi.
Aura yang mengerikan, tubuh yang lebih besar, dan kekuatan yang lebih kuat. Monster satu ini memang sudah jauh berkembang dari yang sebelumnya.
"Sial."
Hanya kata itu yang bisa aku katakan sekarang. Ketidakberuntungan sedang menimpaku saat ini dan lawanku juga semakin kuat. Tapi saat aku sedang kesulitan seperti ini, tiba-tiba Cecilia berbicara kepadaku.
"Iraya, apa kau ingat tentang yang aku bilang saat di rooftop melawan kabut hitam itu?"
"Yang kau bilang? Maksudmu memfokuskan aura milikmu? Aku tidak tahu apakah aku bisa menahan rasa sakitnya sekarang, aku sudah terkena serangannya duluan."
"Aku tidak menyuruhmu untuk menyerangnya, sekarang coba kau lakukan hal yang sebaliknya."
"Se-sebaliknya?"
"Benar, bayangkan kalau auraku itu bukanlah sesuatu yang panas dan menyakitkan, melainkan hangat dan nyaman."
"Hangat … dan nyaman?"
Aku pun mengikuti arahan dari Cecilia, mencoba membayangkan aura yang kemarin aku ubah menjadi panas dan menusuk, kali ini berubah menjadi hangat dan nyaman. Fokus sambil memejamkan mataku pun pada akhirnya membuahkan hasil.
Ziiing...
Mataku terbuka dan terkejut saat aku melihat aura hijau mengelilingi lukaku dan perlahan menyembuhkannya, benar-benar terasa hangat dan nyaman. Tidak ada lagi luka yang tersisa saat ini setelah beberapa saat aku menunggu, hanya darah saja yang jika dibersihkan juga semuanya akan kembali seperti semula.
"He-hebat …."
Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku pada kekuatan yang aku miliki sekarang ini. Aku benar-benar bukan manusia biasa lagi sekarang. Mungkin jika aku sudah tua, aku akan menjadi seorang dokter yang hebat.
"Oi! Fokus pada musuh yang ada di depanmu sekarang!" ucap Cecilia menyadarkanku.
"Aku tahu … bisakah kau membiarkanku kagum untuk sebentar saja."
"Iraya, dengarkan aku. Saat melawan musuh, kau bisa mengubah auraku menjadi tipe healing atau tipe attack, tipe bertahan juga bisa. Kau bisa mengubahnya sesuai dengan apa yang kau butuhkan," jelasnya.
"Kau tidak mendengarkanku. Tapi baiklah, lagipula informasi itu sangat berguna."
Sryiiing…
Aku memfokuskan aura hijau yang ada di tanganku ini menjadi tipe menyerang. Saat berubah menjadi tipe menyerang, aura yang tadinya nyaman dan hangat, berubah menjadi panas dan terasa menusuk-nusuk.
Bentuknya juga berubah menjadi lebih abstrak dan cahaya terangnya hampir menutupi seluruh bagian telapak tanganku.
"Ayo!"
Swuuush…
Serigala itu juga tidak tinggal diam, dengan kecepatan yang sama dia berlari ke arahku dengan cepat. Saat jarak kami berdua telah di persempit, di waktu yang bersamaan aku mengarahkan tinju ke arah rahang dari serigala itu. Sementara anjing besar itu mengarahkan cakarannya ke arah dadaku.
Sryiing... Craashh...
"Tch!"
"Grrkh …!"
Kedua serangan tadi berhasil mengenai sasarannya masing-masing. Setelah serangan yang cukup telak itu terkena ke targetnya, kami berdua memutuskan untuk mundur dan waspada sesaat.
Aku memfokuskan auraku ke dadaku, sehingga perlahan luka yang ada di dadaku menghilang. Sementara anjing besar itu seperti tidak merasakan efek dari pukulanku, padahal aku yakin kalau aku sudah mengenainya dengan cukup telak.
"Belum cukup, ya?" gumamku.
"Kau terlalu gegabah, tenangkan dirimu," ucap Cecilia.
"Aku tahu! Tidak usah menyuruhku!"
Aku tidak butuh itu saat ini. Karena yang aku butuhkan hanyalah menghabisinya secepat mungkin. Aku akan mengalahkannya dalam satu serangan setelah ini, suara keras ini mungkin saja dapat mengganggu tetangga maupun ibu yang ada di dalam.
Swuuush…
"Maju sini!"
Kali ini dia menyerang duluan, serangan miliknya cukup sederhana sehingga aku bisa menebak kalau dia akan menyerang ku dari depan. Saat jarak kami sudah sempit, aku melakukan tendangan berputar menggunakan tumit. Serangan ini hampir sama dengan serangan yang membuatnya kabur dulu, bisa dibilang ini adalah serangan andalanku.
Zwuuush… Kraaak…
"A-Apa …?!"
Serangan yang aku andalkan dan percaya akan kena malah berubah sebaliknya. Ia bisa menghindarinya dengan baik dan malah menyerangku balik setelahnya.
Anjing itu mencoba menggigit perutku dan ingin mengakhiri pertarungan ini secepatnya, tapi beruntungnya tangan kiriku dapat dengan cepat melindunginya, meskipun aku dapat mendengar suara retakan tulang di sana.
Anjing itu kembali berhenti menyerang dan waspada terhadap apa yang akan aku lakukan selanjutnya, dia seperti belajar dari pertarunganku dengannya sebelumnya. Dia benar-benar tidak bisa aku remehkan dan samakan seperti binatang seperti biasanya.
Aku melihat ke arah lengan kiriku. Lenganku gemetaran dan darah tidak berhenti dari dalam lukanya. Hal ini cukup gawat, aku membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menyembuhkan yang satu ini.
Ceklek…
"??!!"
Tapi lagi-lagi … seakan ketidakberuntungan selalu berada di sisiku. Lagi-lagi hal yang tidak aku inginkan malah datang ke tempat pertarungan.
"Iraya?"
Seseorang membuka pintu rumahku dari dalam. Dan dugaanku benar sekali, ibuku mendengar suara pertarungan kami dan akhirnya memeriksa keadaan.
"Ibu! Cepat masuk ke dalam!"
Zwuuush…
"Iraya! Makhluk itu!"
Dan saat aku lengah, anjing besar itu memanfaatkan keadaan itu dan menyerangku. Aku yang menyadarinya lewat teriakan Cecilia langsung menengok kearahnya, tapi pergerakan yang ia miliki terlalu cepat dan ia sudah bersiap untuk menyerangku lagi.
"Terlalu cepat!"
Aku mencoba menahan serangannya dan membentuk huruf 'X' dengan kedua tanganku agar tidak menerima luka di bagian pentingku. Aku juga menutup mataku karena aku yakin luka yang aku terima kali ini akan lebih sakit dari yang tadi.
Craaasshh…
Aku membuka mataku saat serangan anjing itu tidak terlalu terasa padaku, malahan tidak berasa apa-apa. Aku melihat keberadaan anjing itu dan mataku melebar terkejut dan tubuhku yang sudah lemas seakan langsung kembali bertenaga saat melihat hal itu.
Itu benar. Anjing besar itu tidak mengincar ke arahku, melainkan ke arah ibuku. Serangannya kena tepat di bagian dada sampai perutnya sehingga meninggalkan bekas luka yang sangat besar di sana, membuat ibuku langsung jatuh ke tanah.
Buughh…
Dengan cepat, aku menghampiri ibuku dan memukul anjing itu menjauh darinya. Meskipun pada akhirnya, ia tidak mundur cukup jauh dan sudah bersiap untuk menyerang lagi. Tapi aku tidak peduli, saat ini yang aku pedulikan adalah ibuku seorang.
"Ibu! Ibu! Bertahanlah!"
Aku menghampirinya dan mencoba memanggil namanya agar ia sadar. Aku memegang lukanya dan di telapak tanganku terdapat banyak sekali darah ibuku. Air mata mulai keluar dari mataku, tapi ibuku kemudian membuka matanya dan berbicara padaku.
"I-ibu … tidak apa-apa."
Meskipun ibuku bilang begitu, tapi ia kembali tidak sadarkan diri. Aku mencoba memanggilnya berkali-kali dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi ia masih tetap tidak bangun juga.
Saat aku sudah kehilangan harapanku, tiba-tiba suara yang biasanya menyebalkan kini seakan menjadi angin segar bagiku.
"Tenanglah, Iraya! Dia hanya pingsan! Kau harus mengalahkannya dulu agar kau bisa bebas membantu ibumu."
"…."
Dia benar. Selama ada anjing besar itu, aku tidak akan bisa bebas menolong ibuku. Aku pun kemudian membaringkan ibuku secara perlahan dan kemudian kembali menghadapi anjing itu.
Suara Cecilia benar-benar membuat dadaku menjadi lebih lega. Tapi saat ini kemarahanku pada musuh di depanku sudah tidak dapat dibendung lagi, dia sudah menyerang orang tidak bersalah yang membuatku murka.
"Kau akan mati."
"Grrr …."
Sepertinya dia juga tahu kalau aku kali ini benar-benar murka kepadanya. Aura membunuh binatang itu juga semakin kuat, tapi aku sama sekali tidak peduli. Aku akan memgambil nyawanya dengan tanganku sendiri.
Blaaarrr…
Aura yang tadinya hanya berada di daerah lenganku, kini menyebar dan berkumpul lebih banyak lagi di sana dan seakan mau meledak. Aura yang sangat panas dan membuat suhu di sekitarku menjadi meningkat.
Perlahan-lahan aura yang berantakan dan tidak teratur di seluruh tubuhku itu mengalir ke tangan kananku, ia bukan hanya berkumpul di sekitar lengan sampai telapak tangan, tapi kali ini memanjang melewati hal itu.
Ziiing…
Dengan aura hijau yang memanjang itu, secara samar yang pada akhirnya semakin jelas muncul sebuah bentuk yang solid yang berhasil aku hasilkan dari aura Cecilia. Berbentuk sebuah pedang dengan bilah kehijauan yang berkilauan. Aura-aura hijau di sekitarnya juga masih dapat terlihat dengan mata telanjang.
Sementara Cecilia di dalam tubuhku yang melihat hal itu bergumam sendiri, berbicara cukup kecil sehingga aku tidak bisa mendengarnya sama sekali.
"Dia … berhasil membentuk sebuah benda dengan auraku?"
Cecilia kemudian teringat kalau dirinya pernah menunjukkan cara membentuk benda dengan auranya di tempatnya. Meskipun itu membutuhkan usaha dan energi yang sangat banyak, sampai pada akhirnya Cecilia menyadari sesuatu.
"Jadi begitu … dia mengambil auraku secara paksa dari sini, ya?"
Cecilia merasakan kalau di ruangan yang penuh dengan auranya ini seakan terhisap oleh sesuatu dan itu adalah ulah dari Iraya, yang berhasil mengeluarkannya secara paksa dan membentuk sebuah pedang dari hal itu.
"Hehe … dasar pencuri. Tapi orang yang marah karena orang kesayangannya terluka itu … sangat mengerikan, ya?"
Cecilia tersenyum tipis. Ia menganggap Iraya sebagai pencuri karena mengambil auranya tanpa seizinnya, tapi untuk saat ini ia memakluminya. Amarah dan kebencian yang mendalam benar-benar membuatnya menjadi orang yang berbeda saat ini.
Lalu dalam hati Cecilia saat ini, ia malah berharap sesuatu pada Iraya dengan kemampuannya ini. Harapan agar mengalahkan seseorang yang sangat dibenci Cecilia. Harapan untuk mengalahkan penciptanya.
Dan saat ini aku dalam keadaan bingung, karena ada sebuah pedang yang tercipta di tanganku secara tiba-tiba. Aku dapat merasakan aura Cecilia keluar dari pedang ini, jadi kemungkinan besar ini adalah ulahnya.
Padahal tadi aura yang aku keluarkan sangat banyak dan panas, tapi semuanya seketika hilang dan berubah menjadi pedang ini. Meskipun aku bingung sekaligus kagum, tapi saat ini aku tidak memiliki waktu untuk itu. Masih ada musuh yang harus aku hadapi di depanku saat ini.
"Bersiaplah."
"Grrr …."
Swuuush…
Aku memasang kuda-kuda lalu melesat ke arahnya dengan cepat—dia juga melakukan hal yang sama. Saat sudah dekat, aku yang memiliki jangkauan yang lebih panjang dari sebelumnya berhasil menyerangnya lebih dulu sebelum cakarnya mengenai tubuhku.
Slaaashh…
"GrraAakkHh !!"
Anjing itu masih bisa menghindari bagian vital tubuhnya terkena seranganku, tapi pada akhirnya malah masing-masing satu kaki depan dan kaki belakang bagian kanannya yang hilang karena tertebas olehku.
Aku melesat sampai melewati tempat dimana serigala itu berada saat ini, sehingga sekarang aku sedang berada di belakangnya sambil memunggunginya. Anjing itu kemudian ambruk, tapi dia masih berusaha untuk bangkit.
Harapan baginya untuk hidup kali ini sudah tidak ada. Aku juga tidak akan membiarkannya untuk hidup. Meskipun sebelum aku sempat mengakhiri hidupnya, ia sempat memandangku dengan tatapan pasrah, tapi itu tidak akan merubah apapun.
Craaasshh…
Aku menusuknya tepat di bagian tengkorak anjing itu dan pada akhirnya dia mati. Akhirnya ini sudah berakhir. Pedang yang tercipta dari aura Cecilia pun juga langsung menghilang bersamaan dengan tubuhku yang melemas kehilangan tenaga.
Aku kemudian mengambil teleponku dan memanggil ambulan untuk membawa ibuku segera ke rumah sakit. Aku juga akan ikut bersamanya untuk menjaganya.
Lalu pada saat di rumah sakit, aku melihat dari luar ruang perawatan ibuku yang sedang diperiksa oleh dokter. Dokter bilang walaupun luka ibuku dalam, tapi itu tidak sampai mengancam nyawanya. Beruntungnya serangan anjing tadi tidak mengenai organ vitalnya.
Di satu sisi, aku merasa sangat lega dengan hasilnya. Tapi di sisi lain, aku sadar kalau aku harus bertambah kuat demi melindungi orang-orang yang aku sayangi.
*Di Suatu Ruang Perawatan di Rumah Sakit*
Aku sedang duduk di samping ibuku yang sedang tidur di ruang perawatan untuk menjaganya. Karena terlalu bosan dan tidak ada hal yang dapat menghiburku, akhirnya aku pun tidak sengaja tertidur.
"Eh?"
Dan saat aku sadar, aku sudah berada di ruangan di mana aku bisa melihat Cecilia. Dan kemudian orangnya sendiri pun menghampiriku dari sisi ruangan yang gelap untuk menyambutku.
"Selamat datang lagi, Iraya."
"Aku sampai ketiduran karena tidak ada hal yang seru di sana," ucapku.
Dia hanya tersenyum mendengar jawabanku. Keheningan yang canggung ini membuatku ingin memecahkannya. Ini memang sudah lama ada di dalam benakku, aku yang awalnya masih ragu untuk menanyakan hal ini, setelah kejadian penyerangan anjing besar beberapa waktu lalu jadi semakin mantap untuk bertanya padanya.
"Ano, Cecilia …."
"Ada apa?"
"Pertanyaan ini sudah lama aku pendam dan aku sangat ingin mendengarnya darimu sendiri …."
"Hn? Apa itu?"
"… Jadi ada hal yang ingin aku tanyakan. Kau ini sebenarnya apa? Lalu makhluk yang mengejarmu sebelumnya juga, kenapa mereka melakukan hal itu?"
Cecilia terdiam sejenak dan tidak langsung menjawab pertanyaanku. Ia melihat wajahku dan bisa melihatnya sendiri kalau wajahku pun juga serius ingin mengetahui hal itu. Ia pun menghela nafas karena tidak punya pilihan lain.
"Hah …. Akhirnya kau bertanya soal hal itu, ya?"
"Ya, aku mohon. Beritahu aku semuanya, demi kebaikan semua orang."
"Kurasa kau benar, mungkin sudah saatnya untuk memberitahu yang sebenarnya kepadamu."
Pembicaraan seriusku dengan Cecilia pun akhirnya akan dimulai. Aku sebentar lagi akan tahu sebenarnya dari mana makhluk ini berasal … dan seberapa berbahayanya dia bagiku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments