Empat hari telah berlalu semenjak insiden di rooftop sekolah itu dan semua murid sudah diperbolehkan untuk masuk sekolah seperti biasa—begitu juga denganku.
Tapi saat sedang berangkat menuju ke sekolah, perasaanku jadi aneh. Masuk ke dalam lingkungan sekolah dengan santainya tanpa rasa bersalah. Pihak sekolah menganggap kalau penyebab ledakan itu adalah hubungan pendek arus listrik. Karena tidak ada penjelasan ilmiah lain soal ledakan itu.
Makanya aku sempat berjanji pada diriku sendiri di depan gerbang sekolah.
"Itu bukan salahku, tapi masih tetap salahku. Pokoknya aku harus memastikan tidak ada kejadian aneh lagi di sini."
Setelah berjanji seperti itu, akhirnya aku masuk ke sekolah. Suasana sekolah masih seperti biasa, banyak murid yang mengobrol pada temannya dan tidak ada yang mengajakku bicara. Hah … sangat menyedihkan.
Aku menaruh tasku di atas meja dan kemudian duduk di bangku. Saat sedang bosan tidak melakukan apa-apa, aku memilih menguping pembicaraan teman-temanku yang lain. Berbagai macam percakapan dapat aku dengar dari mereka.
"Nee, apa kau dengar soal kasus pembunuhan di dekat sini?"
"Dengar, dengar, korbannya ada tiga orang, kan?"
"Ya. Yang parahnya lagi kondisinya sangat mengerikan, saat aku lihat fotonya dari temanku, aku sampai tidak bisa makan."
"Aku juga, mereka seperti habis di terkam hewan buas."
Aku mendengar salah satu percakapan anak perempuan di sana, mereka membicarakan pembicaraan para penagih hutang itu. Untung saja aku cepat-cepat pergi dari sana agar tidak dicurigai.
"Tapi aku dengar, seseorang melihat kalau ada anak muda yang mirip dengan anak kelas kita, tahu."
"Uhuuk …!! Uhuook …!!"
Aku langsung tersedak saat mereka bilang seperti yang membuat perhatian mereka tertuju padaku, aku pun langsung pura-pura tidak dengar dan berlagak seperti sedang merapikan isi tasku.
Mereka kemudian melanjutkan pembicaraannya dan aku pun selamat dari kecurigaan mereka. Aku menghela nafas lega dan tiba-tiba seseorang datang menghampiriku.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Kudou.
"Kudou! Akhirnya ada orang yang mengajakku bicara!"
"Kedengarannya sedih sekali. Ngomong-ngomong bagaimana liburan dadakanmu?"
"Seperti biasa, tidak ada yang spesial."
"Hah … empat hari itu rasanya lama sekali. Apa kau benar-benar tidak ada yang kau lakukan? Aku sempat pergi ke luar kota selama empat hari itu."
"Mmm … ya kau tahu diriku, tidak suka bepergian jauh kalau bukan libur panjang."
"Hahaha … benar juga."
Aku tidak bisa bilang kalau aku bertemu dengan anjing besar yang membunuh tiga orang itu kepada Kudou, itu terlalu mengerikan untuk dibicarakan. Lalu ada juga orang kantoran aneh yang malah marah saat aku tolong.
Saat aku sedang mengingat kejadian waktu itu, tanpa sadar aku mengeluarkan senyuman yang di sadari oleh Kudou.
"Iraya."
"Eh, ada apa?"
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Ah … tidak kok, tidak."
"Lebih baik kau hentikan kebiasaanmu yang suka melamun itu atau akan berbahaya nantinya."
Aku rasa dia benar, aku terlalu sering melamun. Dan pembicaraan kami pun berlanjut ke pembicaraan sehari-hari yang tidak terlalu penting. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami berdua, seorang perempuan dengan rambut merah yang di kepang.
"A-Ano, Permisi …."
"Iya? Eh … Hasuki-san?" ucap Kudou.
Hasuki-san mengangguk. "Nn. ngomong-ngomong, apa aku bisa berbicara sebentar dengan Satou-san?"
"Aku?"
Kudou melihat ke arahku saat Hasuki-san ingin bicara denganku. Aku juga bingung kenapa dia tiba-tiba mau bicara denganku. Dan aku pun langsung menyadari hal penting dan tujuan Hasuki-san, aku pun langsung mengajak Hasuki-san untuk berbicara di luar kelas.
Meskipun satu kelas melihat kami dengan tatapan bingung dan penasaran, tapi aku tidak peduli. Ini lebih penting dari apapun. Setelah sampai di depan pintu, aku pun langsung masuk ke intinya.
"Sekarang, apakah yang ingin kau bicarakan adalah soal yang kemarin?" tanyaku.
Hasuki-san mengangguk. Ternyata benar dugaanku, ini adalah langkah awal yang baik untukku. Sepertinya Hasuki-san sudah sedikit mengingat kejadian hari itu.
"Jadi apa kau mengingat sesuatu?"
"Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu …."
"Kau sudah mengucapkan itu sebelumnya, kan? Aku juga bilang kalau itu bukan masalah lagi."
"Iya, tapi … kau bilang kalau aku mengingat sesuatu, sampaikanlah kepadamu, kan?"
Dia benar-benar mengingat sesuatu. Aku sangat senang dan bersemangat dengan hal ini sampai-sampai aku tanpa sadar memegang kedua pundak Hasuki-san dan mengeluarkan suara yang lumayan keras.
"Jika kau ingat sesuatu katakanlah kepadaku! Apa saja, sekecil apapun itu! Gaw—!"
"Eh? Ada apa?"
"Apa ada sesuatu di sana?"
"Hasuki-san, kau baik-baik saja?"
Aku kebablasan berteriak dan sontak membuat seluruh orang yang ada di dalam kelas melihat ke arah kami. Mereka bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dan menanyakan keadaannya. Sementara wajah Hasuki-san juga kelihatan merah karena apa yang sudah kulakukan.
Teng… Tong… Teng… Teng…
Dan seakan di waktu yang sangat tepat, bel masuk kelas berbunyi. Hasuki-san belum sempat berbicara apa-apa dan ia malah kabur karena malu menjadi pusat perhatian. Sepertinya kesempatanku gagal, aku terlalu bersemangat sampai membuatnya malu.
Dengan keadaan lemas dan diperhatikan satu kelas, aku pun masuk kembali dan duduk di tempatku. Lalu menaruh wajahku di atas meja berharap hari ini cepat berakhir untukku.
"Kau ini bodoh, ya?" C berbicara di dalam kepalaku.
"Berisik, aku ingin tidur."
Lalu pada saat pelajaran telah selesai dan bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Para murid merapikan buku-buku yang ada di atas mejanya—begitupun aku.
Hari ini benar-benar gagal total. Tapi saat harapanku untuk mendapat informasi hampir hilang, tiba-tiba secara sembunyi-sembunyi Hasuki-san melemparkan sebuah bulatan kertas yang sudah diremas.
"Hn?"
Aku melihat ke arah Hasuki-san, tapi dia sama sekali tidak melihat ke arah wajahku. Aku kemudian mengambil dan membukanya, di dalamnya terdapat tulisan yang menghidupkan kembali harapanku. 'Saat hari libur temui aku di pintu gerbang sekolah, kita akan bicara di rumahku.' Kira-kira begitu isi suratnya.
Semua beban seakan keluar dari tubuhku. Ternyata dia masih mau bicara denganku, sudah kuduga Hasuki-san itu memang baik. Dan begitulah, hari Minggu aku akan berbicara dengan Hasuki-san.
**
Dan hari Minggu pun tiba. Matahari masih belum sampai di tempat tertingginya, udara juga masih dingin sampai dapat mematikan api dengan hembusannya. Sementara aku berdiri sendirian di depan gerbang sekolah yang sepi seperti seorang gelandangan.
"Hachu !!"
Bersinku merupakan bukti bahwa suhu di sini cukup dingin bahkan untuk orang sepertiku. Kami sebenarnya janjian sekitar pukul segini, aku sengaja datang lima menit lebih awal supaya Hasuki-san tidak menunggu lama, tapi malah dia sendiri yang terlambat.
Ini sudah hampir tiga puluh menit lewat dari waktu janjian kami. Aku menengok ke kanan dan kiri berharap Hasuki-san segera datang.
"Kita bertemu sekitar jam segini, kan?" ucapku sambil memeluk diriku sendiri.
Bruumm… Criitt…
Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna silver datang dan berhenti di depanku. Seorang pria yang memakai setelan jas hitam lengkap dengan kacamatanya keluar dari dalam mobil.
Dan aku juga bisa mendengar dari dalam mobil suara perempuan yang berbicara dengan nada yang sedikit sombong. Aku sebenarnya mengenali suara itu, tapi aku memastikannya lagi karena nada bicaranya berbeda dari yang biasa aku dengar.
"Ha-Hasuki-san, kan?" ucapku ragu.
"Ayo masuk Satou-san. Di luar pasti dingin, kan? Ehehehe …."
Dia memang benar Hasuki Chifu dari sekolah yang sama denganku. Tapi aku bisa tahu kalau ia tidak sama dengan yang biasa di sekolah, tingkahnya sangat berbeda dengan gadis idaman yang ia tunjukkan setiap hari di sekolah.
Meski begitu aku tetap masuk ke dalam mobilnya dan kami pun berangkat menuju ke rumah Hasuki-san. Selama perjalanan, meskipun ia duduk di sampingku, aku sama sekali tidak bisa memulai pembicaraan dengannya.
Ia juga tidak pernah sekalipun melirik ke arahku. Hasuki-san selalu melihat ke arah jendela maupun memainkan HPnya. Akhirnya aku memutuskan untuk diam saja sampai di tempat tujuan kami, yaitu rumah Hasuki-san.
Para penjaga membuka gerbang depan rumah, lalu mobil kami masuk ke dalamnya. Setelah memasuki gerbang depan, kami di sambut oleh pemandangan taman bunga di sepanjang pinggir jalan.
Aku tidak bisa berhenti terpana melihat semua kemewahan yang ada di sepanjang jalan menuju ke rumahnya. Keluarganya benar-benar kelewatan kaya karena punya taman yang besar dan panjang seperti ini.
Mobil kami berhenti di depan rumah megah dengan tembok berwarna krem, lalu supir membukakan pintu mobil untuk kami berdua. Aku langsung masuk ke dalam rumahnya lewat pintu utama rumah ini, kami juga di sambut oleh para pelayan wanita di depan pintu tadi.
Saat aku masuk ke dalam rumahnya, isinya sangat luar biasa, lampu gantung yang terbuat dari kaca terlihat sangat mewah dan juga interior di dalam rumahnya benar-benar menggambarkan seseorang yang memiliki kekayaan berlimpah. Aku sampai berpikir kalau aku menjual salah satu benda yang ada di sini, aku akan dapat uang berapa.
Aku yang masih mengagumi isi rumah milik Hasuki-san kemudian dipersilahkan duduk olehnya.
"Silahkan duduk, Satou-san."
Aku duduk di sebuah kursi sofa besar berwarna merah marun. Ia juga duduk di sana dengan kaki yang disilangkan menunjukkan kemegahan seorang tuan rumah.
Tapi saat ini aku lebih fokus ke sofanya, sial bahkan sofanya lebih empuk daripada tempat tidurku di rumah. Aku masih terlena dengan semua kemewahan ini sampai pada akhirnya Hasuki-san yang memulai pembicaraan duluan.
"Jadi Satou-san, kau ingin mengetahui apa yang terjadi pada diriku, kan?"
"Benar, kalau bisa semua yang kau tahu."
"Kalau begitu pertama akan kuceritakan bagaimana aku bisa bertemu dengannya."
"Dengannya?"
Hasuki-san kemudian mulai bercerita, hal mengerikan yang terjadi padanya saat bertemu dengan kabut hitam itu.
Sekitar beberapa minggu lalu di pusat perbelanjaan di Kyoto, Hasuki-san terlihat sedang berjalan keluar dari sebuah toko baju dengan tangan yang penuh dengan beberapa tas belanjaan menuju ke mobil miliknya.
Keadaan di sekitar toko itu sudah sepi karena waktu malam itu sudah cukup larut. Supir Hasuki-san juga sudah menunggu di depan pintu mobil dan bersiap untuk membukakan pintu.
Tanpa diketahui oleh Hasuki-san, beberapa orang sedang memperhatikan Hasuki-san dari balik kegelapan. Mereka berpakaian hitam-hitam dan terlihat seperti seorang penjahat.
"Jika dia lengah, cepat bawa perempuan itu."
"Baik."
Mereka semua sekitar empat orang dan sudah mengincar Hasuki-san sejak tadi. Lalu saat sang supir sedang membukakan pintu, mereka semua langsung melesat dan menangkap Hasuki yang kemudian berlari menjauh.
"Hasuki-sama—Ahaakh!"
Buuughh…
Supir yang tadi ingin membukakan pintu juga tidak bisa berbuat banyak karena sudah tersungkur akibat mendapatkan pukulan mentah di bagian perutnya. Supir itu hanya bisa melirik ke arah Hasuki-san yang dibawa pergi oleh mereka sambil kesakitan.
"Ha-Hasuki-sama …."
"Hiiiyyaaaa! To-Tolong aku!"
Setelah cukup jauh, teman mereka yang lain sudah menunggu mereka di dalam mobil dan langsung memasukkan Hasuki-san ke dalam mobil, setelah itu mereka semua masuk dan kabur dengan cepat.
Saat sedang di bawa kabur di dalam mobil, Hasuki-san sempat mengancam para penculiknya meskipun kedua tangannya sedang diikat dengan tali.
"Kalian pasti akan menyesali hal ini!"
"Hehehe … ayahmu tidak bisa apa-apa kecuali dia memberi tebusan kepada kami. Ahahaha!"
"Tch! Dasar orang-orang bodoh!"
"Eits … jaga omonganmu tuan putri, wajah cantikmu tidak pantas untuk mengatakan hal seperti itu."
Salah satu dari mereka mengeluarkan kain putih dari kantung celananya dan menggunakannya untuk menutup mulut Hasuki-san. Ia mencoba memberontak dan melepaskan ikatan di mulutnya, tapi tangannya juga terikat sehingga membuat hal itu percuma.
"Nngghh!"
"Ahahaha! Begini lebih baik. Memang perempuan itu kelihatan lebih cantik kalau mereka sedang tidak berbicara."
Saat mereka semua sedang bercanda meledek Hasuki-san yang mencoba melepaskan diri, tanpa disadari yang lainnya orang yang menyetir mobil ini tampak berperilaku aneh. Ia terlihat seperti tercekik sesuatu dan mulai kehabisan nafas.
"Kkkhhh …!! Haakkh …!!"
"Oi! Kau kenapa? Menyetir yang benar!"
Craashh…
Meskipun dimarahi begitu, supir itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan yang lebih mengejutkan lagi kepalanya pecah seperti ada yang meledakkannya dari dalam tengkoraknya, membuat darah, pecahan tengkorak, dan bagian-bagian dalam kepalanya terpencar kemana-mana di dalam mobil.
Semuanya terkejut dan tidak terkecuali Hasuki-san yang melebarkan matanya yang sudah ingin mengeluarkan air mata, ia berusaha menjauh dari orang yang sudah mati itu.
Tapi karena sekarang sudah tidak ada yang menyetir, pergerakan mobil mereka jadi tidak beraturan dan oleng ke kanan dan kiri jalan lalu menabrak pembatas jalan.
Braaakhh…
"A-Apa yang terjadi?!—Kkhhh! Ahaakh!" ucap penculik lainnya.
Craasshh… Craasshh… Craasshh…
Tidak hanya orang yang menyetir saja, hampir semua penculik juga mengalami hal yang sama dengannya. Kepalanya pecah yang membuat bagian dalam mobil ini seperti sebuah tempat pembantaian.
"Ti-tidak … siapapun tolong aku! Aku tidak ingin mati! Aku tidak ingin mati!"
Tapi masih ada salah satu penculik yang hidup, meskipun ia menjadi panik dan segera berlari keluar mobil. Tanpa sadar arah mana yang sedang ia tuju. Ia malah menuju ke tengah jalan yang ramai akan kendaraan yang lewat.
Tiiinn… Tiiinn…
"Eh?"
Braaakhh… Kraaakk…
Sebuah mobil truk tidak bisa menghentikan kendaraannya dan akhirnya menabrak salah satu penculik itu sampai membuatnya mati di tempat. Meskipun ia tidak mati dalam keadaan kepala pecah, tapi ia malah mati karena tertabrak.
Sementara Hasuki-san yang bebas kali ini, keluar dari dalam mobil dengan keadaan bingung. Kakinya masih lemas karena melihat kejadian yang ada di depannya sehingga ia terduduk di pinggir jalan.
"Sebenarnya … ada apa ini?"
Swuushh…
Tapi tanpa Hasuki-san sadari, sebuah kabut hitam keluar dari salah satu tubuh penculik yang kepalanya pecah. Ia saat ini melayang di belakang Hasuki-san yang sedang lemas dan shock.
Dan sosok kabut hitam itu memanfaatkan kelengahan yang berada pada diri Hasuki-san saat ini, ia dengan cepat melesat dan menembus punggung Hasuki-san yang membuatnya merasakan perasaan sakit dan tidak nyaman.
Zwuuusshh… Degh…
"AaaAakkKhHh!! To-tolong … aku …."
Hasuki-san mencoba meraih apapun yang ada di depannya, tapi tidak ada yang dapat diraihnya. Pandangannya kali ini semakin lama semakin buram dan juga berubah gelap. Dan pada akhirnya, hal yang terakhir ia lihat adalah jalanan yang ramai kendaraan dan beberapa orang yang mencoba menolongnya.
Sementara saat Hasuki-san kehilangan kesadarannya, kabut hitam itu yang kali ini menguasai tubuhnya. Tatapan mata kosong ditunjukkan oleh Hasuki-san karena tubuhnya sedang dikendalikan.
Beberapa orang kemudian berhenti dan datang menghampiri Hasuki-san. Mereka adalah para pengendara yang berhenti karena melihat kecelakaan mobil yang dinaiki oleh Hasuki-san.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya salah satu pengendara.
Tapi Hasuki-san tidak menjawab pertanyaannya, ia menghiraukan mereka semua dan berjalan lurus tanpa arah. Orang-orang yang menghampiri itu mereka bingung karena Hasuki-san berperilaku aneh setelah kecelakaan itu.
Dan setelah itu, Hasuki-san berjalan perlahan meninggalkan tempat kecelakaan serta orang-orang yang mengkhawatirkan mereka tadi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments