Sayap Perwira
"Abang pergi dulu ya dek. Kamu lanjutkan ke kuliahmu. Selesai Abang pendidikan, kita tunangan. Setelah itu kita nikah" janji Bang Rendra pada Nesya yang mengantarnya berangkat pendidikan tentara. Bang Rendra lolos test menjadi seorang perwira.
"Iya Bang. Nesya akan setia dan sabar menunggu Abang disini. Semoga Abang selalu sehat dan dalam lindungan Allah." Tetesan air mata Nesya tak dapat ia cegah lagi.
Bang Rendra menghapus air mata Nesya dan mengecup keningnya.
"Abang janji hanya akan pulang untuk menjemputmu ke pelaminan. Biar sekarang Abang kerja keras dulu untuk menghalalkanmu"
***
Empat tahun berlalu.
"Malam makrab mau bawa siapa Ting? Tanya Bang Rendra pada litting nya.
"Anne lah, siapa lagi?" Jawab Bang Wira.
"Mira????"
"Sudah putus." Jawab Bang Wira malas.
"Playboy cap kampret. Kemarin Mira, Sekarang Anne, besok siapa lagi?? Diah??"
"Mainan boleh banyak bro.. tapi kalau istri, mamanya anak-anak, cukup satu saja. Satu untuk selamanya" jawab Bang Wira.
"Mantaaapp bro..!!!!!!!"
***
Nesya begitu cantik dalam balutan gaun tertutup, ia berjalan pelan menghampiri Bang Rendra. Keduanya pun saling bertatapan sejenak. Sesaat kemudian Nesya berlari kecil dan memeluk Bang Rendra, di urainya rindu dalam hati. Bang Rendra pun membalas pelukan hangat penuh cinta dari Nesya.
"Apa kabarmu sayang?" Tanya Bang Rendra.
"Nesya baik Bang. Nesya rindu Abang.
"Iya Abang juga rindu kamu"
~
"Kenapa bisa lepas ini kancingnya An?" Tegur Bang Wira melihat kancing di belakang punggung Anne yang terlepas.
"Disini banyak laki An. Masa kamu mau mengumbar punggungmu disini??"
"Ya nggak apa-apa donk Bang, Abang khan tau kalau Anne mulus. Harusnya Abang bangga punya pacar putih, seksi dan cantik" jawab Anne.
"Abang pacaran sama manusia bukan sama kucing Persia yang suka pamer punggung"
Seketika Anne cemberut memonyongkan bibirnya dengan kesal mendengar ledekan Bang Wira.
Tak menunggu waktu lama, Bang Wira mengambil satu jepit lidi di belakang gulungan rambut Anne.
"Jangan Abaaang. Nanti Anne nggak cantiikk" pekik Anne marah.
"Di sini semuanya b******m Anne, kalau kamu masih mau jadi pacar Abang. Pakai pakaianmu dengan sopan..!!!!" Ucap tegas Bang Wira.
"Tapi Abang mau juga khan sama Anne"
"Abang bukan pria munafik Anne, kalau kamu tawari Abang nggak akan pernah nolak. Tergantung manusianya kuat atau tidak menahan diri. Meskipun hati juga perang. Sudah jangan banyak bicara. Di dalam sudah ramai..!!" Kata Bang Wira.
...
Bang Rendra dan Bang Wira sama-sama sibuk dengan pasangannya. Disana keduanya menjadi sorotan karena kelembutan Bang Rendra pada Nesya dan keributan yang selalu terjadi pada Bang Wira dan Anne yang membuat Anne marah dan pergi.
//
"B*****t.. ada ya perempuan seperti itu.. stress gue. Mending gue dapat janda, daripada gadis rasa janda. Setaaaann..!!" Umpat Bang Wira geram.
"Astaga Tuhan.. gigi gue kram mikirnya..!!!!!!
"Sabar pot. Jangan ngomong aneh-aneh lah lu ini. Kalau ada setan lewat apa nggak payah lu dapat janda??? Mantan orang itu" Tegur Bang Maulana.
"Janda itu suci goblookk.. dia bukan sembarangan. Tapi menurutku hanya salah jodoh saja" jawab Bang Wira.
Sudahlah.. gue mau mabuk dulu..!!"
"Heeehh jangan Wir..!!" Cegah Bang Maulana sembari mengikuti langkah Bang Wira ke tempat boot minuman di acara pesta kecil itu.
"Laaaahhhh.." Bang Maulana jadi diam saja melihat Bang Wira hanya menghabiskan empat gelas soda gembira.
...
"Hhkkk.." tak hentinya Bang Wira muntah kekenyangan minuman bersoda tersebut.
"Kemaruk sih lu. Makanya apa-apa tuh jangan serakah. Perempuan masih banyak. Nggak hanya Anne, Mira, Diah, Sari doank." Tegur Bang Rendra.
Rasa kesal masih menyelimuti hati Bang Wira.
"Dasar perempuan..!!!!!" Umpatnya lagi.
"Suatu saat nanti, biar kata hanya satu jam saja aku bertemu dengan makhluk namanya wanita, bagaimana pun keadaannya.. aku ikhlas, rela bertekuk lutut di kakinya biar dia mau jadi ibu dari anak-anak ku nanti"
Ucapan Bang Wira itu terasa terngiang jelas di telinga kedua sahabatnya.. Bang Rendra dan Bang Maulana.
"Wes pot, sabar.. jangan di masukin hati. Masa gara-gara perempuan lu jadi begini" kata Bang Rendra.
***
Tiga tahun berlalu.
"Abang, coba lihat ini..!!" Kata Nesya menunjukan testpack positif pada Bang Rendra saat suaminya baru saja pulang kerja.
"Alhamdulillah Ya Allah.. rejeki kita cepat dek..!!" Bang Rendra berjongkok dan menciumi perut Nesya.
"Anak ayah.. anak kesayangan ayah. Sehat terus ya nak, jangan nakal di perut mama" bisiknya bahagia sampai menitikan air mata.
"Iya ayah" Nesya pun begitu bahagia hingga kabar ini segera mereka siarkan langsung pada keluarga Bang Rendra maupun keluarga Nesya untuk menyambut kedatangan keluarga kecil di antara mereka.
***
"Hhkkk.." sudah seminggu ini Adinda mual hebat. Tubuhnya terasa lemas. Bayangannya selalu teringat akan seorang perwira tampan, bertubuh tegap yang memberikan sebuah janji manis untuknya, janji untuk menikahi dirinya anak seorang buruh tani miskin yang telah renta.
"Abang dimana? Kenapa tidak datang juga?" Ucapnya gamang mengingat kejadian dua bulan yang lalu saat para tentara muda membangun desanya. Hatinya gelisah, apalagi jika mengingat ibunya yang punya sakit asam urat dan diabetes yang sudah cukup parah. Hanya karena iming-iming uang untuk pengobatan itu. Ia pun rela 'menjual diri'.
Adinda mencoba menghubungi pak tentara tersebut, tapi ponselnya yang sudah era jaman batu malah mati tanpa mengerti kegundahan hatinya.
"Aku harus bagaimana? Aku takut sekali Tuhan. Tapi uang sejumlah lima belas juta rupiah itu sudah kuterima kontan" gumamnya lirih.
"Ndhuk.." tiba-tiba sapa seorang ibu mengagetkan Adinda.
"Iya Bu, ibu mau kemana?" Tanya Dinda.
"Obat ibu sudah habis ndhuk. Apa kamu masih ada simpanan uang? Maaf ibu merepotkanmu nak" kata ibu merasa amat sangat bersalah.
"Insya Allah masih Bu. Ibu jangan bilang begitu. Dinda anak ibu.. pastilah Dinda akan memberikan apapun yang ibu butuhkan. Kalau begitu Dinda pergi ke apotek dulu ya Bu" pamit Dinda.
-_-_-_-_-
Cukup lama Dinda merenung di dalam kamar. Di apotek tadi ia sempat membeli dua buah testpack dengan merk yang berbeda.
Saat melihat jam dindingnya. Sudah pukul sepuluh malam terlihat disana. Ia pun mengintip di kamar ibunya. Dengan memberanikan diri, ia membawa testpack yang di belinya tadi ke kamar mandi. Tangannya cukup gemetar.
:
Satu menit, dua menit, tiga menit.. hasil itu keluar meninggalkan dua garis merah.
"Astagfirullah hal adzim.. aku harus bagaimana? Abang ada dimana?" Dinda hampir pingsan. Ia bersandar lemas di dinding kamar mandi.
Teringat kembali janji manis yang pernah terucap dari bibir pria gagah itu. Pria terbaik yang pernah ia kenal selama hidupnya.
"Dinda akan cari Abang. Abang pasti senang kalau tau Dinda hamil anak Bang Rendra"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Susana Sari Sari
kembali ke karyamu Thor....💜💜💜💜💪💪💪
2024-05-06
0
Eci Irma
tega Rendra kamu menduakan si Nesya sama wanita lain yg hamil juga.
2024-01-22
0
Lenny Sinuraya
lanjut dulu ya
2024-01-06
0