"Kenapa Abang peluk Dinda erat sekali? Baju Dinda juga berantakan..!!" Pekik Dinda.
"Tuh khan, begini ini yang buat orang menyangkanya pria itu brengsek. Padahal kamu lho yang minta Abang peluk" jawab Bang Wira.
"Masa sih? Padahal Dinda tidur nyenyak tadi"
"Waduuuhh.. buat kami kaum Adam aja yang salah kalau begini dek"
Dinda terdiam meremas pakaiannya yang terbuka. Ada rasa malu saat berhadapan dengan Bang Wira.
Bang Wira mengarahkan tangan Dinda untuk menyentuhnya.
"Menurutmu, siapa yang lebih berhak memandangi tubuhmu? Abang atau Rendra? Dia hanya sekedar singgah dalam kehidupanmu sedangkan Abang menanggung semua tentang dirimu dan melindungi dunia akhirat mu. Apa salah kalau suami memberikan rasa kasih dan untuk istri?"
"Nggak Bang"
"Abang tau kamu belum siap dengan pernikahan ini, Abang memaklumi nya. Abang akan menunggu sampai batinmu benar-benar siap. Sebenarnya bisa saja Abang melakukannya sekarang juga, tapi Abang nggak mau semua ini menjadikan beban di hatimu. Abang ingin kita melakukannya karena kita sadar itu sebuah ibadah dan kita membutuhkan semua itu untuk ikatan dan ketenangan batin kita berdua" ucap Bang Wira sembari mengusap perut Dinda dan saat itu ia pun menangis.
"Maafin Dinda ya Bang. Dinda belum bisa menjadi istri yang baik untuk Abang."
"Nggak apa-apa. Segalanya tidak ada yang instan, semua butuh proses. Fokus Abang sekarang hanya kamu dan anak kita"
Dinda masih menangis di dalam pelukan Bang Wira.
"Terima kasih banyak Bang, terima kasih sudah Sudi menerima Dinda"
"Abang tidak akan menolak takdir Allah kalau memang jodohnya, seperti apapun cara kita bertemu, pasti akan di persatu kan"
...
"Waahh.. ikannya besar sekali Bang, ada ikan mas sama ikan patin" pekik Dinda yang kemudian masuk ke dalam air tanpa berpikir.
"Eeehh lahdalaahh.. langsung nyemplung aja kamu dek..!!" Mau tidak mau akhirnya Bang Wira turun juga ke perairan bawah penginapan. Memang tingkat keamanan penginapan tersebut sudah terjaga dengan baik tapi masalahnya Dinda tidak tau apapun soal peliharaan penginapan tersebut.
"Ada saringan nggak Bang? Dinda pengen pegang"
"Di kira santan kali ya pakai saringan segala" kata Bang Wira.
"Sini sama Abang pegangnya, jangan usil ekornya"
Ikan tersebut mendekat dan memutari tubuh Bang Wira dan Dinda.
"Abang.. ini ikannya boleh ditangkap? Boleh di pelihara nggak Bang" Tanya Dinda sambil mengusap perut ikan lincah tersebut.
"Kalau sekarang ya boleh saja. Tapi kalau di bawa pulang, sudah besar mau di pelihara di mana?"
"Memangnya ikan patin ini belum besar Bang?" Dinda heran sambil sesekali mengusap puncak kepala ikan yang berenang di sekitar perutnya.
"Patin dari mana?? Itu ikan hiu" jawab Bang Wira.
Seketika rasa takut Dinda merangkak hingga ujung kepala.
"Hwaaaaaaaa.. takuuutt...!!!" Dinda berbalik badan berjingkat-jingkat memeluk Bang Wira.
"Naik Bang..!! Ayo naik, Dinda takuuut..!!"
Bang Wira tertawa puas sekali melihat wajah ketakutan Dinda, ia pun mengangkat Dinda tapi sesekali masih menggoda istrinya yang penakut.
"Kuurr.. kuurr.. kuuurr.. sini hiu ganteng, ada cewek cantik nih, mau nggak untuk sarapan"
"Abaaaanngg..!!!!!!!"
:
Adinda menangis ketakutan, tangannya gemetar, Bang Wira masih menahan tawanya melihat Dinda bersandar lemas anak tangga penginapan menuju 'kolam ikan'
"Makanya, kalau nggak tau jangan asal nyemplung aja. Bukannya nunggu Abang. Untung nggak di caplok" kata Bang Wira sambil mengangsurkan segelas air minum untuk Dinda.
"Lagi pula mana ada ikan patin main di tempat seperti ini, dan itu ikan kakap merah.. bukan ikan mas. Ngarang kamu"
Dinda sesenggukan belum bisa menata hatinya yang tak karuan. Disana Bang Wira masih menertawainya tapi jujur lama-kelamaan ia gemas juga melihat tingkah Dinda. Rasanya mengerjai istri nya adalah hobby barunya saat ini.
"Bang.. ke kontrakan saja yuk..!! Perut Dinda sakit. Dinda nggak pengen lagi ke pantai"
"Hahahaha.. hayoo lhoo, di uber bapak nya tau rasa kamu dek"
"Abaaang . Dinda nggak mau disini lagiii..!!!!"
-_-_-_-_-
Dinda bingung saat Bang Wira membawanya masuk ke area Batalyon.
"Ini dimana Bang? Kawasan lapas?" Tanya Dinda.
"Iya, Abang mau laporkan kamu disini karena semalam kamu sudah meraba-raba Abang." Jawab Bang Wira.
"Dinda nggak sengaja Bang. Lagian Abang juga nggak nolak waktu nggak sengaja Dinda pegang" kata Dinda panik.
"Sama saja. Disini belum ada yang tau kalau Abang sudah menikah.. jadi kamu bisa jadi tersangka pelecehan terhadap anggota"
"Abaaang..!!!! Dinda nggak mau di masukin ke sel." Dinda menggoyang lengan Bang Wira.
"Selamat siang..!!" Sapa para anggota Bang Wira membuat Dinda terdiam tapi tangannya masih merangkul di lengan kiri Bang Wira.
"Selamat siang, saya bawa nyonya saya" lapor Bang Wira di piketan.
"Siap komandan"
Para anggota saling bertatapan melihat tulisan di belakang kaca mobil Bang Wira.
Istri sedang hamil muda.
"Istri pak Wira? Sedang hamil? Kapan nikahnya?" Gumam beberapa anggota.
"Hsstt.. jangan ikut campur..!! jangan lupa tulisan di sana juga 'jaga lisan'. Kau mau si taipan timur itu membuatmu kehilangan nafas??"
...
Dinda kembali cemberut saat tau Bang Wira membohongi nya lagi.
"Kenapa Abang senang sekali membohongi Dinda?" Tanya Dinda kesal.
"Jadi orang itu jangan panikan, tanggapi segala hal dengan kepala dingin" jawab Bang Wira.
"Ayo masuk..!! Ini rumah kita"
Dinda belum melihat ada papan Nama di rumah itu tapi ia melihat papan Nama di rumah tetangganya.
'Lettu Narendra Sadewa'.
"Bang, apa kita akan bertetangga sama Bang Rendra?"
Bang Wira menarik pinggang Dinda agar mendekat ke arahnya. Dekapan hangat untuk menguatkan sang istri.
"Iya dek. Abang harap kamu kuat mental, disini kamu istri Abang. Kamu menyandang nama Abang di pundakmu"
"Insya Allah Bang"
"Masuk yuk..!! Kita main petak umpet di dalam"
Dinda menunduk malu-malu. Dari kaca jendela rumah sebelah, ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan mereka berdua.
"Aku tau betul siapa kamu Wira, wanita dalam hidupmu terlalu banyak. Apa kamu akan mempermainkan ibu dari anak ku?? Apa sungguh kamu akan mencintainya"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Eci Irma
Rendra lebih baik urusi rumah tangga kamu saja jangan mengganggu kehidupan rumah tangga adinda sama Wira mereka sudah bahagia.
2024-01-23
0
novi 99
woy Rendra , sudahlah gak usah ikut campur.
Tanggung jawab juga gak mau .
makannya punya kelamin tu di jaga.
2022-03-03
1
Erma Wahyuni
wira lebih baik dr kamu rendra😠wira sdh berjuang bertanggung jawab dg yg bukan dia lakukan lah kamu cuma bisa membuat tp tidak bwrtanggung jawab😠
2022-03-03
1