4. Sebuah peralihan.

"Insya Allah Abang ikhlas Nes.. kita hanya bisa menjalankan peran yang sudah di tetapkan Allah. Kita tidak bisa mengulang kenyataan satu detik yang lalu tapi kita bisa mengusahakan masa depan yang lebih baik. Abang tau mengucap tidak semudah menjalaninya jadi hanya belajar ikhlas saja bekal kita menjalani setiap detiknya"

"Insya Allah aku akan belajar seperti itu Bang"

:

"Kenapa belum sadar juga Bang. Apa kita bawa ke rumah sakit saja?" Tanya Nesya saat sudah lebih dari tiga puluh menit Dinda belum juga siuman.

"Obat tidak akan membantu Nes. Mentalnya terhantam kuat. Kamu dan Dinda mungkin hidup dalam didikan mental yang berbeda" jawab Bang Wira.

Nesya melirik Bang Rendra yang sudah membuat semua kekacauan ini.

"Dinda mengandung anak Abang dan sampai seperti ini. Lalu apa tanggung jawab Abang???"

Bang Rendra terdiam tak bisa menjawabnya. Ia sungguh menyesali kejadian ini.

"Kalian pulanglah dan selesaikan masalah kalian. Biar disini Dinda saya yang urus. Dinda juga masih syok khan dengan kejadian ini. Saya tidak bilang kamu rugi Nes. Tapi tanpa pernikahan dan perlindungan hukum.. Dinda tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dinda juga rugi, dalam pribadi dan juga di mata masyarakat" kata Bang Wira.

...

Dinda sudah mulai sadar. Bang Wira terus membujuk Dinda agar wanita cantik itu mau makan.

"Apa gunanya menyiksa diri seperti ini? Apa kamu mau lari dari tanggung jawabmu sebagai ibunya? Anak itu tidak minta ada dalam rahim mu. Tolong jangan sakiti dia, kalau kamu tidak mau, biar Abang yang merawatnya"

"Berat sekali Bang. Rasanya Dinda nggak kuat. Dinda pengen mati sajaa..!!!" Dinda kembali menangis dan memukuli perutnya dengan kencang.

Bang Wira segera menyergap kedua tangan Dinda lalu menindih dan memeluknya.

"Jangan Dinda.. jangan. Abang tau kamu nggak kuat. Biar Abang yang pikirkan jalan keluarnya, kamu hanya perlu jaga anakmu baik-baik. Tolong dek..!!" Bang Wira sampai lemas melihat keadaan Dinda saat ini. Ia pun sampai tak sanggup makan, sakit itu benar-benar menusuk batinnya.

***

"Dindaaa..!!!!" Bang Wira begitu terkejut melihat Dinda terguyur air di kamar mandi kontrakannya. Ia baru saja pulang dari batalyon usai apel pagi.

Wajah Dinda sudah sangat pucat.

"Kenapa kata-kata Abang tidak ada yang masuk ke dalam hatimu dek..!!"

Secepatnya Bang Wira mengangkat Dinda kembali ke dalam kamar. Ia membongkar tas Dinda.

"Kamu.. bisa pakai pakaianmu sendiri?"

Dinda mengangguk. Bang Wira segera keluar dari kamar dan menunggu Dinda di depan pintu. Hatinya gelisah tak karuan.

...

"Siang tadi Abang dapat cuti dinas luar selama tiga hari. Kita selesaikan masalahmu" kata Bang Wira.

"Maksud Abang apa?" Tanya Dinda lirih.

"Percaya Abang. Semua akan baik-baik saja"

-_-_-_-_-

Dinda tidak tau kalau Bang Wira mengajaknya menemui kedua orang tuanya. Di depan matanya ada rumah yang besar lengkap dengan penjagaan ketat memakai baju loreng. Ia panik tapi Bang Wira terus meyakinkannya.

"Abang janji akan melindungimu"

...

Buuugghh.. baagghhhh..

"Bikin malu keluarga? Di mana otakmu saat kamu melakukannya Wira???"

"Jangan Pak..!!! Dinda yang salah....!!!!!" Pekik Dinda histeris saat Papa Bang Wira menghajar putranya itu. Dinda sampai memeluk tubuh Bang Wira.

Bang Wira memegang tangan Dinda dan mencegah Dinda untuk bicara lagi.

"Aku khilaf pa. Maaf..!!" jawab Bang Wira.

"Dinda yang salah, Abang nggak salah pak" Dinda histeris sampai akhirnya pingsan. Bang Wira segera bangkit dan mengangkat Dinda untuk di rebahkan di atas sofa.

"Dindaa.. nak..!!"

"Papa sudah Pa, Dinda sudah terlalu tertekan. Kasihan pa, Dinda sedang mengandung cucu kita" kata Mama Bang Wira.

"Astagfirullah hal adzim Wiraaa. Apa kamu nggak kasihan sampai buat perempuan jadi seperti ini. Bayimu bisa tidak sehat kalau ibunya stress" kata Papa Ramzi sembari memijat pangkal hidungnya. Ia pun segera mengambil ponsel di atas meja.

"Tolong panggilkan penghulu"

...

"Sah.."

"Alhamdulillah.." Bang Wira pun turut mengamini apa yang telah di lakukannya kali ini. Baru saja sadar.. Dinda kembali pingsan.

"Panggilkan dokter saja. Tidak baik seperti ini" perintah Papa Ramzi ikut cemas mengingat menantunya itu tengah mengandung.

//

"Terlalu tertekan, banyak pikiran. Kurang istirahat." Kata dokter yang memeriksa Dinda.

"Apa perlu perawatan di rumah sakit?" Tanya Bang Wira.

"Nggak perlu pak. Hanya untuk sementara jauhkan ibu hamil dari hal yang bisa memicu tingkat stress nya."

"Baik dok. Terima kasih"

...

Bang Wira mencium perut Dinda.

"Sehat terus ya anak papa. Tujuh bulan lagi kita ketemu sayang."

Dinda tak sanggup berkata apapun lagi, tak terbayangkan sakitnya hati mengingat kejadian demi kejadian dua hari ini.

Bang Wira beralih menatap mata Dinda. Tangannya menyelipkan anak rambut di belakang telinga istrinya

"Sudah enakan dek? Kamu mau makan apa? Dari kemarin kamu nggak mau makan"

"Badan Dinda lemas bang. Mual.. nggak pengen makan apa-apa" jawab Dinda.

"Itu karena kamu nggak mau makan, jadi nggak ada tenaga. Coba makan sedikit dulu ya..!! Hati Abang nyeri lihat kamu pingsan terus dek" ucap jujur Bang Wira.

Dinda menutup mulutnya, ia mencoba bangkit tapi badannya sudah tidak kuat.

"Muntahkan disini saja" kata Bang Wira.

Tapi sayangnya tidak ada yang bisa di muntahkan Dinda, terlihat sekali Dinda begitu tersiksa.

"Kalau nggak mau makan nanti kamu di rawat lho dek."

"Bang.. boleh lihat pantai nggak? Dari Dinda kecil.. nggak pernah lihat pantai dari dekat." Pinta Dinda tiba-tiba.

"Ayo..!! Abang masukan barang dulu ke mobil. Kita pergi ke pantai"

...

Malam itu.. Bang Wira berpamitan pada orang tuanya untuk mengajak Dinda pergi ke pantai.

"Hati-hati jaga istri Wir.. kandungannya masih muda sekali. Jangan sistem kebut semalam. Awas kamu kalau cucu papa ada apa-apa. Papa hajar kamu" kata Papa Ramzi.

"Iya pa, aku paham kok." Jawab Bang Wira sambil menempelkan kertas di belakang kaca mobilnya.

Jaga jarak, jaga lisan, jaga rem. Mohon maaf.. istri sedang hamil muda.

"Bagus nggak pa?" Tanya Bang Wira.

"Bagus Wir. Biar orang-orang tau ada bumil di dalam mobilmu" jawab Papa Ramzi menyetujui ide putranya.

...

Mobil di belakang Bang Wira menyelip tanpa amarah dan umpatan, mereka tersenyum melihat pesan di belakang mobil Bang Wira.

"Semangat pak, semoga kehamilan istrinya lancar sampai persalinan" teriak salah seorang pengemudi di jalan.

"Terima kasih pak" jawab Bang Wira.

"Bang.. nggak malu kah di lihat orang?" Tanya Dinda yang sedikit malu melihat tingkah posesif Bang Wira.

"Kenapa mesti malu? Abang pakai baju. Ganteng lagi" jawab Bang Wira dengan gayanya yang cool.

"Eehh dek, di belakang ada keripik belut.. tadi mama bawakan camilan untuk kamu. Abang mau donk. Suapin..!!" Pinta Bang Wira yang sebenarnya hanya mengalihkan perhatian Dinda juga agar wanita yang sudah menjadi istrinya itu mau bergerak.

"Belut Bang? Dinda tinggal di desa tapi belum pernah pegang belut" kata Dinda sambil mengambil bungkusan di jok belakang.

"Ya nanti Abang ajari pegang belut sampai nggak takut lagi" jawab Bang Wira santai.

"Ini kok pendek ya Bang, apa remuk tertindih barang?" Tanya Dinda sambil memperhatikan bungkus keripik.

"Nanti kalau tertindih Abang, bentuknya lain" jawab Bang Wira.

Dinda pun menyuapi Bang Wira meskipun tangannya masih lemas.

"Abang pelihara juga?"

"Wooo.. jelas donk.. kebanggaan nih, penuh daya magis beraliran listrik"

Dinda memperhatikan lagi kripik belut di tangannya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Queen Sha

Queen Sha

😂 ada2 aja

2023-12-09

0

Nur Insana Hadi

Nur Insana Hadi

Klo aku jd Nesya mending talak 3 itu si suami laknat Rendra yg tdk punya kesetiaan. Dasar suami tukang selingkuh

2022-04-29

1

Neng Win

Neng Win

pemeran utamanya siapa Thor? Rendra +Nesya ,/Wira+Dinda 🤔

2022-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Janji yang salah.
2 2. Kenyataan dari Tuhan.
3 3. Bertengkar hebat.
4 4. Sebuah peralihan.
5 5. Menikmati waktu bersama.
6 6. Mendekatkan diri.
7 7. Salah Tompo.
8 8. Kesayangan.
9 9. Inikah cobaan.
10 10. Gara-gara baby.
11 11. Sulitnya menjaga bumilku.
12 12. Kalau sudah marah.
13 13. Rasa yang tak di pahami.
14 14. Hari berlalu.
15 15. Seluruh hati hanya milikmu.
16 16. Rasa kehilangan.
17 17. Meninggikan derajatmu.
18 18. Perjuangan menata hati.
19 19. Demi kamu sayangku.
20 20. Pecah telur.
21 21. Kunyatakan perasaanku.
22 22. Saat yang salah.
23 23. Berujung kesal.
24 24. Sesuatu yang berharga.
25 25. Serangan panik.
26 26. Sabar mode awal.
27 27. Nyaris hancur.
28 28. Menyelesaikan tugas.
29 29. Patah hati
30 30. Kabur Kanginan.
31 31. Hanya tiga kata.
32 32. Pecahan perasaan.
33 33. Awal yang sulit.
34 34. Belajar tegar.
35 35. Proses yang berat.
36 36. Keluar dari Zona nyaman.
37 37. Memberi kesempatan untuk diri.
38 38. Hati yang tertahan.
39 39. Mula-mula sudah salah.
40 40. Masalah nampan.
41 41. Karena sebuah janji.
42 42. Terkuak sebuah rahasia.
43 43. Si cantik ku yang unik.
44 44. Amarah Taipan Timur.
45 45. Belum sanggup.
46 46. Sedikit mengurai kepahitan.
47 47. Mulai terasa.
48 48. Awal sebuah cerita.
49 49. Jiwa yang mencintai mu.
50 50. Tentang Sayap Perwira.
51 51. Hati terjujur.
52 52. Karena sebuah alasan.
53 53. Tak pernah lelah untukmu.
54 54. Hampir Final.
55 55. Lelaki sejati.
56 56. Persiapan.
57 57. Hati yang tulus.
58 58. Kisah hari ini.
59 59. Menata kembali.
60 60. Bagi yang sudah halal.
61 61. Hari indah.
62 Pengumuman Nara.
63 62. Berita baru.
64 63. Merasa tak diinginkan.
65 64. Pembelaan.
66 65. Selisih pendapat kecil.
67 66. Resah
68 67. Kalah.
69 68. Persiapan.
70 69. Tanah baru.
71 70. Was wasnya Abang.
72 71. Ujian menyakitkan.
73 72. Sebelum itu.
74 73. Awal badai.
75 74. Karena kamu.
76 75. Usaha bujuk rayu.
77 76. Usaha bujuk rayu ( 2 ).
78 77. Memulai aktivitas kembali.
79 78. Hukuman dari Ibu Komandan kesayangan.
80 79. Menjalani hukuman.
81 80. Satu beban di hati.
82 81. Sebuah tanggung jawab.
83 82. Ketika semua bersatu.
84 83. Tak putus rasa cinta padamu.
85 84. Tau rasanya.
86 85. Hari ini.
87 86. Demi Dinda.
88 87. Cinta untukmu sayang.
89 88. Saat yang tidak tepat.
90 Pilihan sulit untuk Nara.
91 89. Tak patah arang.
92 90. Untuk sang kekasih.
93 91. Sebuah perjuangan panjang.
94 92. Kesal.
95 93. Kurang penjelasan.
96 94. Drama dewasa.
97 95. Kasus dalam.
98 Himbauan.
99 96. -
100 97. Teguran.
101 98. Rahasia yang menyakiti.
102 99. Tentang Aku.. Kau dan Dia.
103 100. Mati kutu.
104 101. Ingin kuselesaikan.
105 102. Tersayang.
106 103. Berusaha mempertahankan.
107 104. Satu kali lagi.
108 105. Ini lebih baik.
109 106. Akhirnya.
110 Kelanjutan 1.
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Janji yang salah.
2
2. Kenyataan dari Tuhan.
3
3. Bertengkar hebat.
4
4. Sebuah peralihan.
5
5. Menikmati waktu bersama.
6
6. Mendekatkan diri.
7
7. Salah Tompo.
8
8. Kesayangan.
9
9. Inikah cobaan.
10
10. Gara-gara baby.
11
11. Sulitnya menjaga bumilku.
12
12. Kalau sudah marah.
13
13. Rasa yang tak di pahami.
14
14. Hari berlalu.
15
15. Seluruh hati hanya milikmu.
16
16. Rasa kehilangan.
17
17. Meninggikan derajatmu.
18
18. Perjuangan menata hati.
19
19. Demi kamu sayangku.
20
20. Pecah telur.
21
21. Kunyatakan perasaanku.
22
22. Saat yang salah.
23
23. Berujung kesal.
24
24. Sesuatu yang berharga.
25
25. Serangan panik.
26
26. Sabar mode awal.
27
27. Nyaris hancur.
28
28. Menyelesaikan tugas.
29
29. Patah hati
30
30. Kabur Kanginan.
31
31. Hanya tiga kata.
32
32. Pecahan perasaan.
33
33. Awal yang sulit.
34
34. Belajar tegar.
35
35. Proses yang berat.
36
36. Keluar dari Zona nyaman.
37
37. Memberi kesempatan untuk diri.
38
38. Hati yang tertahan.
39
39. Mula-mula sudah salah.
40
40. Masalah nampan.
41
41. Karena sebuah janji.
42
42. Terkuak sebuah rahasia.
43
43. Si cantik ku yang unik.
44
44. Amarah Taipan Timur.
45
45. Belum sanggup.
46
46. Sedikit mengurai kepahitan.
47
47. Mulai terasa.
48
48. Awal sebuah cerita.
49
49. Jiwa yang mencintai mu.
50
50. Tentang Sayap Perwira.
51
51. Hati terjujur.
52
52. Karena sebuah alasan.
53
53. Tak pernah lelah untukmu.
54
54. Hampir Final.
55
55. Lelaki sejati.
56
56. Persiapan.
57
57. Hati yang tulus.
58
58. Kisah hari ini.
59
59. Menata kembali.
60
60. Bagi yang sudah halal.
61
61. Hari indah.
62
Pengumuman Nara.
63
62. Berita baru.
64
63. Merasa tak diinginkan.
65
64. Pembelaan.
66
65. Selisih pendapat kecil.
67
66. Resah
68
67. Kalah.
69
68. Persiapan.
70
69. Tanah baru.
71
70. Was wasnya Abang.
72
71. Ujian menyakitkan.
73
72. Sebelum itu.
74
73. Awal badai.
75
74. Karena kamu.
76
75. Usaha bujuk rayu.
77
76. Usaha bujuk rayu ( 2 ).
78
77. Memulai aktivitas kembali.
79
78. Hukuman dari Ibu Komandan kesayangan.
80
79. Menjalani hukuman.
81
80. Satu beban di hati.
82
81. Sebuah tanggung jawab.
83
82. Ketika semua bersatu.
84
83. Tak putus rasa cinta padamu.
85
84. Tau rasanya.
86
85. Hari ini.
87
86. Demi Dinda.
88
87. Cinta untukmu sayang.
89
88. Saat yang tidak tepat.
90
Pilihan sulit untuk Nara.
91
89. Tak patah arang.
92
90. Untuk sang kekasih.
93
91. Sebuah perjuangan panjang.
94
92. Kesal.
95
93. Kurang penjelasan.
96
94. Drama dewasa.
97
95. Kasus dalam.
98
Himbauan.
99
96. -
100
97. Teguran.
101
98. Rahasia yang menyakiti.
102
99. Tentang Aku.. Kau dan Dia.
103
100. Mati kutu.
104
101. Ingin kuselesaikan.
105
102. Tersayang.
106
103. Berusaha mempertahankan.
107
104. Satu kali lagi.
108
105. Ini lebih baik.
109
106. Akhirnya.
110
Kelanjutan 1.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!