Bang Wira sudah pasrah tentang urusan rumah pada istrinya, memang saat ini Bang Wira melihat istrinya begitu cekatan mengurus rumah dinas yang akan mereka tempati.
"Jangan terlalu menghamburkan tenaga. Apa yang bisa Abang bantu?"
"Ini ringan kok Bang" jawab Dinda sembari menarik meja makan.
"Dua bulan lalu mungkin ringan, tapi sekarang jelas beda. Di perut mu ada si kecil." Kata Bang Wira.
Belum mulut Bang Wira berhenti bicara, Dinda sudah terhuyung merasakan kepalanya yang terasa pening.
"Duuuhh.. apa Abang bilang. Sudah dek..!! Diam dulu. Nanti Abang saja yang lanjutkan" Bang Wira mendekap Dinda yang hampir ambruk.
"Lhoo Bang, Dinda kenapa? Maaf aku langsung masuk. Pintu rumah Abang terbuka"
"Lemas dia Nes. Masih sering pusing" jawab Bang Wira.
Nesya pun membantu Dinda untuk duduk.
"Aku bawakan bubur kacang hijau untuk kamu Din. Aku suapin ya?"
Dinda menoleh menatap mata Bang Wira. Masih ada rasa takut dalam hatinya. Bang Wira mengangguk menenangkan Dinda.
"Atas nama Bang Rendra aku minta maaf. Aku berhak memperhatikan mu juga, anak ini juga anakku Dinda." Kata Nesya kini sudah bisa lebih mengikhlaskan pengkhianat suaminya.
"Aku disini juga ingin mengantarkan uang ini. Ini hak mu. Karena sudah mengandung anak Bang Rendra"
Dinda menunduk dan menitikan air matanya. Bang Wira menyentuh kedua bahu Dinda untuk menguatkan istri kecilnya. Samar dinda mengingat pesan dan kata yang begitu mengena dalam hatinya.
Dinda istri Abang.. caramu memang salah, tapi anakmu tidak salah. Boleh saja benih itu milik Rendra sesuai pengakuanmu satu kali kalian melakukannya. Tapi jika boleh Abang meminta dari seluruh keegoisan Abang.. Abang tidak ingin kamu menerima sepeser pun untuk kehidupanmu dari Rendra. Abang janji akan menggantikan tangis sedihmu menjadi senyum bahagiamu. Yang boleh kamu ingat hanya dia ayah biologisnya.. tapi tidak lebih dari itu, selebihnya.. Abang papanya. Yang akan menyayanginya seperti Abang menyayangimu ibunya.
"Bolehkah Dinda tidak menerimanya? Anak ini, anak Lettu Wiranegara" jawabnya dengan tegar.
"Dinda.. tolong jangan salah paham. Hatiku terasa sedih jika tidak bisa merawat anakku."
"Itu anakku Dinda. Anak itu hak ku"
"Bukankah kemarin kamu tidak menginginkan nya Ren, anak ini khan yang ingin kamu gugurkan karena kamu cemas dengan kemarahan Nesya." Sambar Bang Wira tidak terima.
"Aku yang berhak Wir. Mau anak itu di gugurkan atau tidak, semua hak ku"
Bang Wira berdiri di hadapan Bang Rendra dan menarik kerah kaosnya.
"Dinda istriku. Aku sudah menikahinya. Langkahi dulu mayatku kalau kamu mau mengakui tentang hak asuhnya. DNA nya mungkin anakmu, tapi garis keturunannya akan ikut denganku. Kamu sudah mengucapkannya Rendra.. dan aku sudah merekamnya. Ajukan saja tuntutan mu. Semua keterangan tetap akan menyalahkanmu" ucap tegas Bang Wira sambil menunjukan rekaman percakapan mereka dari ponselnya.
Nesya bangkit dari duduknya. Ia begitu marah pada Bang Rendra.
"Abang keterlaluan, kenapa hati Abang sejahat itu? Setan apa yang sudah merasuki Abang????? Nesya kecewa sama Abang..!!!!" Nesya pun meletakan bubur kacang hijau nya dan berlari pulang.
"Dek.. sayang" Bang Rendra pun menyusulnya.
"B*****t, dia kira siapa dia itu.. beraninya mengancam ku..!!" Umpat Bang Wira dengan kesal.
"Bang.. kenapa harus ribut dengan Bang Rendra. Dinda takut dengan keributan seperti ini."
"Kamu harus kuat dek..!! Keluarlah dari zona nyaman mu dan hadapi kenyataan hidup ini. Dunia ini keras untuk dijalani. Kalau kamu tetap selemah ini. Kamu akan tertampar dan terinjak karena tidak bisa mempertahankan hakmu. Sekarang kamu sudah menikah dengan Abang, saat ini Abang adalah milik mu. Dari sini kamu harus pertahankan hak mu. Yang berhak memiliki Abang hanya kamu, begitu pula sebaliknya. Mungkin dalam hal ini Abang salah, tapi Rendra yang tidak menginginkan anak ini. Lalu salahkah kalau Abang yang mencintainya meskipun tidak mengalir darah Abang disana?"
Dinda tak sanggup lagi mendengar ucapan Bang Wira yang sangat menyentuh hatinya. Pria itu memang dingin, terkesan angkuh dan keras.. tapi di balik itu semua, ia merasakan kasih yang sungguh besar. Dinda berlutut di kaki Bang Wira dan menciumi punggung tangan pria yang telah mengangkat derajatnya itu.
"Maafkan Dinda yang terlalu lemah, Dinda akan berusaha tegar dan kuat. Dinda janji akan menjadi istri yang baik dan menurut perkataan Abang. Tidak akan banyak menangis lagi"
Bang Wira mengarahkan Dinda agar duduk di pangkuannya.
"Semangat Bu komandan. Tunjukan pesonamu..!! Besok Abang akan mengenalkan mu dengan jajaran pengurus yang lain. Abang harap kamu membawa Dinda yang baru, Abang akan mendampingi mu..!!"
Ya Allah dek. Baru hari ini Abang melihat cantiknya wajahmu tanpa polesan make up. Sungguh ciptaan Allah yang terindah. Sebenarnya.. ingin sekali Abang memelukmu lebih dalam, tapi itu semua nggak mungkin dek. Delapan bulan lagi kita harus bertahan di posisi yang seperti ini. Setiap hari kita akan selalu bersama. Abang akan terus melihat wajahmu. Sebagai laki-laki normal, Abang tidak yakin akan kuat berhadapan situasi dalam tekanan batin seperti ini.. tapi Abang akan usahakan sekuatnya menahan diri demi kamu, demi anak dan demi pernikahan kita.
...
"Aaiiissshh celaka, perut Abang bisa zeropack kalau begini caranya. Tahu tempe penyet ini enak sekali" kata Bang Wira kemudian mengambil nasi lagi.
Dinda tersenyum melihat suaminya lahap mengunyah makan malam sederhana mereka.
"Dinda pikir Abang nggak suka makanan seperti ini"
"Kalau tentara banyak pilih.. di medan perang bisa mati kelaparan dek" jawab Bang Wira.
"Di medan perang, kita makan untuk jaga stamina.. nggak mikir doyan atau nggak. Makanan seperti ini pun mewah kalau bisa dapat"
"Iya Bang" Dinda tersenyum manis membuat getar rasa di dada Bang Wira.
Tok..tok..tok..
Bang Wira mendengar ada suara ketukan pintu.
"Coba lihat siapa yang datang..!!"
Dinda segera menyambar kerudungnya. Lalu bergegas ke depan pintu untuk membuka pintu.
"Selamat malam, ijin ibu.. Apa Pak Wira ada di tempat?" Tanya seorang anak buah Bang Wira yang sedikit terkejut ada seorang wanita cantik di rumah Dan Wira.
"Oohh.. iya.. ada"
"Ada apa Hen?"
Anak buah Bang Wira masih terpaku tak berkedip.
"Ini Nyonya saya Hen" Bang Wira sedikit kesal melihat tatapan mata Pratu Hendrik.
"Siap salah Dan."
"Hmm.. ada apa?" Tanya Bang Wira menegur Om Hendrik.
"Ijin Dan, Cassie hilang" Laporan Om Hendrik.
"Lho kok bisa?? Siapa yang terakhir sama Cassie????" Tegur Bang Wira
"Siap salah Dan. Saya.."
"Bodoh kamu Hen..!!"
"Cassie Bang? Perempuan??" Tanya Dinda mulai ingin tau.
"Iya.. perempuan. Kamu masuk dan kunci pintunya rapat..!!" Bang Wira pun berjalan cepat meninggalkan dinda yang terpaku seorang diri.
...
Dari arah kebun singkong, suara siulan nyaring bang Wira menimbulkan reaksi.
"Cassie.. sayang.. darimana saja kamu???" Bang Wira berjongkok memeluk gadis itu.
Guk..guukk..
"Kangen ya" Bang Wira mengusap punggung anjing ras Doberman pincher kesayangannya di Batalyon.
Sesaat kemudian Bang Wira tertegun.
"Laahh.. sebelum pergi aku tadi ngomong apa ya sama Dinda.?" Gumamnya mengingat-ingat jawabannya tadi.
Waduuuhh.. mati aku, Ojo nganti bojo salah tompo."
"Hen.. tolong urus Cassie. Saya mau pulang. Sepertinya saya tadi salah ngomong."
"Soal 'perempuan' tadi Dan??" Tanya Om Hendrik.
"Duuhh.. ajuur tenan to" Bang Wira segera kembali pulang membawa wajah cemasnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Susana Sari Sari
guguk cewek 🤣🤣🤣🤭🤭💜💜💜
2024-05-07
0
Eci Irma
gara gara Cassie di kira cewek padahal guguk
2024-01-23
0
Nina Maryanie
la dalah..siap knek amok ndan
2022-03-30
0