"Apa katamu Nesya??? Kamu menghubungi ibunya Dinda tanpa persetujuan kami???" tanya Bang Wira sembari melepas baretnya saat baru saja tiba di rumah.
Masih kaget dengan kabar mengejutkan itu. Ibu sudah berdiri di depan teras rumah Bang Wira.
"Iya, ibu sudah tau kalau kamu ternyata tidak mengandung anak dari Wira" pekik ibunya begitu kecewa dengan Dinda putrinya.
Ibu langsung masuk dan menampari pipi Dinda dengan kencang. Bang Wira pun dengan sigap memeluk Dinda menghadang kemarahan ibu Dinda.
"Ibu malu punya putri seperti mu Dinda. Kamu menjual harga dirimu demi pengobatan ibu??? Lebih baik ibu mati daripada kamu obati dengan cara seperti itu"
"Jangan Bu. Saya mohon..!! Itu semua saya yang salah. Saya yang sudah membuat Dinda hamil" ucap Bang Wira tidak tega.
Ibu melihat sorot mata penuh cinta dari seorang Wira, juga peluk hangat dan melindungi dari menantunya tersebut. Ibu pun luluh hingga ikut memeluk Bang Wira.
"Terima kasih le. Terima kasih banyak kamu sudah mencintai putri ibu yang tidak tau diri ini. Jika kamu tidak menyelamatkan harga dirinya.. mungkin kami satu kampung, terutama Dinda sudah menjadi bahan omongan orang"
"Saya melakukannya karena saya memang mencintai putri ibu, tidak ada alasan lain. Karena cinta tak butuh alasan" jawab Bang Wira.
Seketika ibu pingsan tak sadarkan diri. Dinda pun menjerit ketakutan melihat ibunya. Disana Nesya terpaku bingung tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Bang Rendra yang baru datang pun sampai kaget melihat ada ibu Dinda di rumah Bang Wira.
...
"Kamu lagi.. kamu lagi..!! Bisakah kamu lepas dari kehidupanku dan Dinda.. apalagi yang kamu inginkan??? Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau.....!!!!" bentak Bang Wira tak bisa membendung amarahnya.
"Bang.. sudah..!! Jangan ribut di rumah sakit" Dinda memeluk Bang Wira sampai akhirnya suami Dinda itu luluh dan mengikuti ajakan Dinda untuk menjauhi Bang Rendra dan Nesya.
"Awas kau ya" Bang Wira sampai menunjuk wajah Bang Rendra saking kesalnya.
"Sebenarnya ada apa Bang? Apa ibunya Dinda tidak tau kalau Abang yang menghamili putrinya???" tanya Nesya.
"Makanya kamu itu jangan bertingkah dan sok tau dek. Abang tidak pernah menemui ibunya Dinda, ibunya Dinda sama sekali tidak tau kalau saat itu Dinda hamil anak Abang. Mungkin Wira mengakui kalau anak itu adalah anak Wira" jawab Bang Rendra.
"Apa Bang?? Kenapa Abang keterlaluan seperti ini?? Jadi dari awal Abang membiarkan Dinda menanggung beban ini sendirian lalu membuat Bang Wira bertanggung jawab??????" pekik Nesya.
"Lalu Abang harus bagaimana? Menikahi Dinda juga??? Abang mati kutu, di gugurkan tidak mau, di kasih uang tidak mau, tidak mungkin juga Abang memberinya perhatian"
plaaakk..
"Kenapa Abang bisa seperti ini??? Abang tidak seperti pria yang Nesya kenal. Abang bilang apa tadi??? Gugurkan??? Ini nyawa manusia Bang. Di mana hati Abang????" Nesya sampai menangis, ia teramat kecewa dengan Bang Rendra yang sekarang terkesan begitu pengecut sebagai seorang pria.
"Maksud Abang bukan seperti itu dek. Jangan salah mengerti" Bang Rendra kebingungan padahal sungguh bukan seperti itu maksud yang ingin ia utarakan.
"Sekarang Abang lihat itu, hingga hari ini tangis Dinda belum pernah kering. Setidaknya minta maaflah secara terhormat Bang" kata Nesya.
Saat perdebatan sedang berlangsung, Bang Wira keluar dari kamar rawat ibu Dinda dengan tergesa-gesa.
"Dokter, tolong ibu saya..!!"
:
"Wira.. ibu titip Dinda ya le, sejak kecil Dinda tidak pernah di sayangi ayahnya. Dinda ini gadis kecil ibu yang ceroboh dan penakut. Sekarang dia sudah punya kamu, sayangi dan bimbing Dinda ya le. Atas nama putri ibu.. ibu memohon maaf" ucap ibu terbata-bata.
Bang Wira menggenggam dengan erat tangan Ibu.
"Ibu jangan cemas. Tanpa ibu minta saya akan melakukan tanggung jawab saya. Selama saya masih bernafas, selama raga ini masih utuh.. saya yang akan mengasihi Dinda. Janji bukanlah sekedar janji, tapi sebagai pemimpin rumah tangga ini. Segala tentang Dinda.. saya yang akan menanggungnya" jawab Bang Wira dengan tegas.
Senyum ibu mengembang, terlihat jelas senyum bahagia disana.
"Terima kasih menantuku Wira" perlahan mata ibu tertutup, nafas ibu perlahan menghilang. Ibu Dinda kini telah tiada.
"Ibuuuuuuu...!!!!!! Bangun Bu, jangan tinggalin Dinda..!!!!!!" Dinda berteriak, meraung menangis histeris. Ia mengguncang tubuh ibunya berkali-kali.
"Dinda.. sudah dek.. Istighfar, ibu sudah pergi" ucap Bang Wira saat dokter menutup wajah sang ibu dengan kain.
Dinda yang tak sanggup melihat kepergian ibunya, ambruk di hadapan Bang Wira.
"Dokter.. tolong istri saya..!!" pinta Bang Wira dengan panik.
-_-_-_-_-
Sore itu juga ibu Dinda di kebumikan di pemakaman sekitar daerah tempat tinggal Bang Wira setelah meminta ijin dengan pihak yang berwenang.
:
Bang Wira naik dari liang lahat usai memberi penghormatan terakhir pada ibu mertuanya. Dinda merasakan tubuhnya begitu ringan, ia tak sanggup melihat sang ibu di kebumikan. Tanpa bisa banyak berkata-kata, hanya tetes air mata mengungkapkan segala rasa.
Di pemakaman itu, Bang Wira mendengar lagi kasak kusuk tentang istrinya.
"Ini benar-benar kutukan. Memang zina itu membawa petaka. Setelah merebut Pak Rendra dari Bu Nesya, memperdaya Pak Wira, anaknya kemarin meninggal dan sekarang malah ibunya. Sungguh hukum karma yang di bayar kontan"
"Astagfirullah hal adzim" hati Bang Wira membatin perih. Bang Wira mengusap dadanya, sungguh hatinya begitu sakit menerima gunjingan orang. Seketika itu juga, suhu tubuh Dinda meninggi. Badannya demam. Dinda lemas dalam dekapan Bang Wira.
"Usai pemakaman, tolong Pak Jono dan Pak Dwi menghadap ke rumah saya beserta istri. Saya tunggu..!!!!" ucap Bang Wira sudah berwajah datar. Kedua anggota itu pun paham jika sang Taipan sudah marah.
...
"Tolong perhatikan setiap ucapan yang keluar dari mulut istri kalian..!!!!!" tegur keras Bang Wira pada kedua anggotanya.
"Urusan rumah tangga saya bukan untuk konsumsi publik. Tidak etis kalian membicarakan orang lain tanpa tau cerita yang sebenarnya karena itu jatuhnya fitnah. Kalian mau saya penjarakan karena mencoreng nama baik saya dan istri?????"
"Siap tidak"
"Siap tidak Komandan..!!" jawab Pak Dwi.
"Kalian lihat keadaan istri saya sekarang..!! Baru kehilangan anak sekarang kehilangan ibu, masih harus di tambah fitnah dan mengatakan kalau istri saya menggoda Pak Rendra. Lancang kalian semua..!!!! Disana ada hati yang juga pasti sakit hati mendengarnya. Dimana pikiran kalian????" bentak Bang Wira sampai membuat kedua istri bawahannya itu menangis ketakutan.
"Anak itu adalah anak saya, tidak ada hubungannya dengan Pak Rendra. Saya rasa, saya pun tidak pernah kurang memberi nafkah lahir dan batin untuk istri saya sampai istri saya harus lari dengan pria lain. Jadi saya harap.. satu kali dua puluh empat jam.. saya beri waktu pada kalian untuk membersihkan nama istri saya. Sampai nama Nyonya Wiranegara tercoreng.. kalian akan tau akibatnya..!!!!!!" ancam Bang Wira.
"Siap Dan..!!"
...
Bang Wira menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia tahu mungkin pembelaan nya untuk Dinda tidaklah selamanya benar, tapi sebagai seorang suami, ia wajib menyerahkan dadanya sebagai perisai pelindung bagi istri tercinta nya. Sesakit apapun dirinya, sebisa mungkin tidak membuat Dinda semakin terpuruk dalam keadaan. Bang Wira membuka pintu kamarnya.
"Sayaang.. sudah bangun??" Bang Wira menebar senyum tampannya seolah tidak ada hal yang terjadi.
"Sudah Bang, itu apa?" Dinda melirik sesuatu di belakang punggung Bang Wira, nampaknya suaminya itu menyimpan sesuatu.
"Abang bawa Pai Shu Chen. Cantik banget. Kamu pasti suka" kata Bang Wira dengan yakin.
"Apa sih Bang?" tanya Dinda kembali melirik punggung Bang Wira.
"Ini dek.. Baru netas. Lucu banget" Bang Wira menyerahkan hewan kecil itu ke tangan Dinda.
"Abaaaaaaaaaaang..!!!!!!!!!!" Seketika Dinda menjerit, mata Dinda membulat besar dan melemparnya setinggi atap kamar hingga terbanting ke bawah.
"Aduuhh.. jangan di banting sayang. Si Roger masih kecil" Bang Wira bingung harus mendahulukan Dinda atau ular python albino nya yang cantik.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
나의 햇살
lebih baik kalian berdua aja yg mati. yg satu mati saat bertugas dan yg satu lagi mati karena serangan jantung mendengar suaminya mati
2022-10-07
0
Eleanor
Kamu juga sama saja Nesya. dari awal kamu hanya menyalahkan Dinda kan.
Katanya iklas menerima tapi ternyata kamu langsung ngamuk saat suamimu mambantu Dinda
2022-10-05
1
🌺 £€πD®@ m@£@¥u🌺
astaga wiraaaaa,,, 🤣🤣🤣🤣
2022-02-21
1