Selepas Bang Rendra pergi membawa baby Nala, Dinda tersandar lemah di dada Bang Wira.
"Kalau kamu nggak kuat, kenapa kamu memaksakan diri? Kamu bukan malaikat, Abang tau hatimu sakit." Tegur Bang Wira.
"Biar ini penebus dosa Dinda Bang. Dinda bukanlah wanita yang baik, Dinda tau dosa Dinda sudah tidak termaafkan lagi.. sudah hamil anak dari suami orang. Mungkin ini balasan yang setimpal untuk Dinda" Jawab Dinda.
"Itu bukan salahmu saja, dalam hal ini Rendra juga salah. Sudahlah.. jangan membahas hal di masa lalu..!! Tidak ada seorang pun yang tidak berdosa, termasuk Abang"
"Apakah Dinda masih berhak menjadi seorang ibu Bang?" Tanya Dinda merasa rendah diri.
"Kamu berhak mendapatkan nya, kamu ibu terbaik..!! Nanti.. kamu hanya akan mengandung buah hati kita, buah cinta Abang sama kamu" jawab Bang Wira.
Bang Wira merebahkan punggung Dinda, ia pun ikut naik di ranjang itu. Rasa sakit tak terperi mereka rasakan bersama.
"Allah tidak akan tidur sayang. Segalanya pasti akan kembali padamu lagi"
"Bang.. pantaskah Dinda menangis?" Tanya Dinda lirih.
"Menangislah, menangislah sepuasmu sampai hatimu tenang. Dada Abang akan selalu siap menjadi sandaran hatimu..!!" jawab Bang Wira.
Mata Dinda seketika menggenang, hatinya terasa sesak.
"Abaaang.. dia putriku, maukah dia memaafkan ibu seperti Dinda? Abaaaanngg..!!!!" Dinda meraung menangisi putrinya itu, tangis Dinda begitu pedih menyayat hati Bang Wira hingga Dinda tak kuat merasakan sedihnya.
"Ya Allah Dinda.. istighfar..!! Sadar dek..!! Abang yang pantas di salahkan" Rasanya Bang Wira tak sanggup melihat kepedihan Dinda yang selalu berusaha kuat.
"Disaat seperti ini, menenangkan mu pun Abang tidak mampu. Maafkan suamimu ini dek" di belainya rambut Dinda, kemudian ia memanggil dokternya.
...
"Kasihan sekali Dinda Bang, bayinya sampai meninggal. Nesya merasa bersalah sekali sama Dinda. Maukah Abang mengantar Nesya menemui Dinda?"
"Iya dek, kita temui Dinda" jawab Bang Rendra menyimpan sejuta rasa dalam hati.
:
"Aku turut berduka cita ya Dinda. Kamu yang sabar. Mudah-mudahan Allah segera memberimu kebahagiaan lagi Dinda" kata Nesya menghibur Dinda sambil menggendong Nala dalam dekapannya.
"Iya mbak Nesya. Aamiin.." ucapnya sambil memandangi baby Nala.
"Lihat Dinda.. mirip sekali ya sama Abang. Kamu bisa bermain-main dengannya nanti. Anggap saja dia juga putrimu" Nesya berbesar hati menghadapi semuanya.
"Iya mbak.. terima kasih banyak"
Bang Wira berbalik badan, ia menengadah tak sanggup melihat kepedihan Dinda. Dadanya terasa begitu sesak dan sakit. Ingin rasanya saat ini dirinya menghajar siapapun yang ada di hadapannya tapi tak mungkin masalah akan selesai dengan segala amarahanya.
"Namanya Aura Hening Annahla. Bang Rendra yang memberinya nama. Bagus khan Dinda" tanya Nesya.
"Bagus sekali mbak" tetes air mata.
"Maaf Rendra.. Nesya.. Dinda masih butuh banyak istirahat..!!" ucap Bang Wira menengahi mereka.
Bang Wira sangat sedih melihat keadaan Dinda. Jika dalam kebiasaan wanita yang melahirkan dalam proses normal akan langsung bisa pulang dan sehat kembali, saat ini malah kebalikan dari semuanya.. Nesya lebih sehat dan keadaan Dinda yang semakin menurun.
-_-_-_-_-
Hari sudah malam dan saat itu Dinda menggigil kedinginan.
"Eehh.. Dinda.. kamu kenapa dek????? Jawab Abang kalau kamu dengar..!!!!!" Bang Wira panik melihat Dinda gemetar, bibirnya pun memucat. Ia mengarahkan wajah Dinda agar melihat ke arahnya.
"Lihat Abang, ini Abang dek.. kamu masih punya Abang..!!! jujur sama Abang, biar hatimu tenang"
Pelukan Bang Wira perlahan menghangatkan hati Dinda.
"Dinda hanya rindu Nala"
"Abang yang akan menggantinya, mau berapa Nala? satu, dua atau tiga..?? Asalkan kamu sanggup. Jangan nangis lagi..!!" Bang Wira menghapus air mata Dinda.
"Mungkin kata sabar, ikhlas.. tidak akan bisa membuatmu tenang. Tapi ingat sayang.. Allah sudah memberikan dan menentukan jalan untuk hidup masing-masing. Nesya dan Rendra dengan jalannya. Kamu pun akan menjalani hidup ini bersama Abang"
Dinda mengangguk cepat, ia pun segera bergegas menata hatinya tanpa tau ada perasaan luka yang begitu dalam juga untuk Bang Wira. Berbulan-bulan menemani Dinda dan hal itu membuat rasa sayang Bang Wira untuk putri kecilnya itu semakin besar.
"Tidurlah...Abang temani..!!" bujuk Bang Wira.
...
Saat Dinda tidur, Bang Wira menyerahkan seluruh pakaian bayinya yang ada di tas.
"Ini perlengkapan bayi, 'putriku' sudah tidak ada. Aku hanya ingin mengurangi sakit hati Dinda saat pulang nanti." ucap Bang Wira sembari menyerahkan pakaian Nala.
"Besok pagi, masuklah ke rumahku dan ambil semua barang-barang bayiku, tanpa sisa..!! Aku tidak mau melihat Dinda menangisi putrinya lagi." Bang Wira menahan air matanya. Tubuhnya pun sampai lemas, hatinya benar-benar hancur berkeping. Sejak kemarin ia sama sekali tidak menyentuh makanan yang di bawakan anak buahnya dan sesekali hanya meneguk kopi kemasan.
"Iya Wir, terima kasih banyak" kata Bang Rendra.
"Terima kasih banyak Bang Wira, sekarang bagaimana keadaan Dinda?" tanya Nesya yang masih setia menggendong bayinya.
"Masih belum pulih. Kamu tenang saja. Dinda urusanku..!! Kamu jaga saja Nala baik-baik" jawab Bang Wira yang belum sempat di mengerti oleh Nesya.
***
Pagi ini saat Bang Rendra dan Nesya pulang, Bang Wira tidak mengijinkan keduanya untuk bertemu dengan Dinda dan keduanya memahami hal itu.
"Waahh.. sarapan pagi hari ini enak sekali sayang. Daging saus tiram sama tumis brokoli" Bang Wira terus membujuk Dinda meskipun dalam hatinya pun tidak baik-baik saja.
"Dinda nggak lapar Bang" jawab Dinda sendu.
"Makan donk.. nanti Abang ajak jalan-jalan deh" bujuk Bang Wira lagi kemudian mengeluarkan dua tiket ke hadapan Dinda.
"Ini hadiah buat istri Abang..!!"
"Apa ini Bang?" tanya Dinda.
"Buka saja. Ayo sambil makan" Bang Wira kembali menyodorkan suapan nasi ke depan mulut Dinda.
"Tiket ke Paris Bang???" Dinda hampir tak percaya penglihatannya saat membuka amplop isi tiket liburan itu.
"Ini Paris luar negeri itu atau spot foto di atas gunung Bang?" tanya Dinda sesekali masih sesenggukan.
"Ya salam. Di senengin kok susah amat ya istri Abang." gerutu Bang Wira.
"Iyalah ini luar negeri. Kita liburan disana dek. Abang ambil cuti tahunan" bisiknya sambil mendekati bibir Dinda. Saat itu wajah Dinda masih begitu sembab.
Tak lama kedua orang tua Bang Wira datang, Mama langsung memeluk Dinda.
"Sayang.. jangan nangis lagi ya nak. Yang sudah jangan di ingat lagi sayang"
Rasa sayang orang tua Bang Wira bisa sedikit menghibur Dinda.
"Kenapa sampai begini Wira? Apa kamu nggak bisa jaga istrimu??" tegur keras Papa.
"Aku yang salah Pa?" jawab Bang Wira.
"Di makamkan dimana? Papa mau lihat cucu Papa" tanya Papa.
"Tolong jangan tanya lagi Pa, aku baru saja bisa menenangkan Dinda." bisik Bang Wira yang padahal ingin menyembunyikan fakta yang sebenarnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
😘😘
2022-01-10
0
Tutik Tarim
pengorbanan tak kan sia2...semangat ya buat bang wira
2021-11-28
0
Marisa
sesenggukan 😭 wanita yang tegar
2021-11-27
0