"Mbak Nesya bertengkar sama Bang Rendra."
"Lalu apa hubungannya sama kamu? Itu urusan rumah tangga mereka" tanya Bang Wira.
"Mbak Nesya meminta belikan baju bayi untuk anaknya. Tapi Bang Rendra belum punya uang. Padahal siang tadi mbak Nesya sampai memohon agar Dinda menerima uang pemberian nya karena ia merasa bertanggung jawab atas anak yang di kandung Dinda. Usia kandungan Mbak Nesya khan sama seperti Dinda Bang, sudah lewat delapan bulan" jawab Dinda.
Bang Wira menghela nafasnya.
"Baiklah, anak itu tetap anak Rendra. Silakan kamu terima uangnya. Hanya karena bentuk tanggung jawabnya saja. Tidak lebih..!!"
"Iya Bang, sudah. Ini uangnya." Dinda meletakan uang sejumlah sepuluh juta rupiah yang merupakan uang yang selama ini belum Dinda terima selama masa kehamilannya.
"Kamu simpan, pakai saja..!! Itu hak mu selama mengandung si Bee. Abang nggak berhak ikut campur dan Abang sudah menyadari keegoisan Abang. Maaf ya dek sudah membuatmu bingung" Ucap Bang Wira lebih tenang.
"Sekarang ambil wudhu..!! Kita ngaji" ajak Bang Wira.
...
Bang Wira mengajari Dinda mengaji. Meskipun dirinya seorang pria b******k, tak mungkin dirinya akan membawa sang istri ke dunia gelapnya dulu. Masa lalu tetaplah masa lalu yang harus ia tutup rapat.
"Ulang lagi, kurang panjang pengucapannya..!!"
Dinda mengulang lagi bacaannya hingga selesai.
"Oke hari ini sudah cukup. Punggungmu sudah sakit khan?" Bang Wira sedikit mengusap punggung Dinda.
Dinda sedikit bergeser dari duduknya tapi perutnya terasa kaku.
"Awwhh.. nyeri sekali perut Dinda Bang"
"Mana yang sakit? Sini Abang bantu tiduran di ranjang" Bang Wira mengangkat Dinda seolah tanpa beban.
"Besok kita cek di dokter, ada masalah dengan kehamilanmu atau tidak"
Dinda mengangguk dan merasakan perutnya yang luar biasa.
***
Keesokan harinya Dinda usai melaksanakan kegiatan di kantor. Perlahan ia menuruni anak tangga. Saat menuruni tangga terakhir, perutnya kembali merasakan rasa nyeri.
"Ya Allah, kenapa perutku rasanya sakit sekali. Abang kemana ya?" Dinda mencari ponselnya hingga langkahnya tak seimbang. Kakinya terkilir dan ia hampir terjungkal.
"Ya Allah Dinda. Hati-hati dek..!!" Bang Rendra sigap menahan tubuh Dinda hingga terlihat mereka berdua terlihat saling memeluk.
"Kamu kenapa? Butuh bantuan?" tak bisa di pungkiri Bang Rendra masih memiliki rasa cemas. Memang benar ada rasa sayang yang entah tertuju pada Dinda atau bayinya yang ada dalam kandungan Dinda.
"Tolong panggilkan Bang Wira, Dinda sudah tidak tahan Bang" pinta Dinda.
"Tapi Wira masih ada rapat dengan Danyon. Kamu butuh apa? Biar Abang yang bantu" kata Bang Rendra.
"Perut Dinda sakit sekali Bang, tolong panggilkan Bang Wira saja" Dinda semakin menunduk merasakan sakit yang teramat sangat.
Tak menunggu waktu lama, Bang Rendra mengangkat Dinda menuju parkiran mobil.
"Abaaang..!!" Tak di sangka Nesya melihat pemandangan itu dan menimbulkan salah paham di hatinya.
Bang Rendra mengatur Dinda untuk duduk dengan tenang di dalam mobilnya.
"Kamu tenang dulu dek. Dinda sakit" kata Bang Rendra menjelaskan.
"Alasan..!! bilang saja kalian berdua selama ini masih ada hubungan di belakangku" pekik Nesya kalap, ia begitu marah sampai menyerang Dinda.
"Heehh.. kamu Dinda. Aku sudah berusaha mengikhlaskan semua, tapi kenapa kamu masih mendekati Bang Rendra??? Apa Bang Wira masih kurang untukmu????" Bentak Nesya.
"Nesya.. jangan ngawur kamu..!! Abang dan Dinda nggak ada hubungan apapun..!!" Jawab Bang Rendra.
Bang Wira melihat ada keributan di dekat parkiran. Ada beberapa ibu-ibu dan anggota yang membantu Dinda. Ia pun segera berlari menghampiri Dinda. Sesampainya disana sudah banyak kasak kusuk yang terdengar di telinganya.
Oohh.. ternyata Bu Wira ini hamil anak pak Rendra, mungkin Bu Wira ini yang menggodanya. Nggak mungkin khan perwira mau dengan gadis desa? Dan mungkin juga Pak Wira di jebak sampai mau menikahi Bu Wira ini.
Telinga Bang Wira rasanya panas meradang. Amarahnya meluap hingga hatinya terasa sakit mendengarnya.
"Apakah bergunjing lebih utama daripada menolong seseorang???" tegur keras Bang Wira sampai sekumpulan orang memberikan jalan untuk Bang Wira.
"Beritahu istrimu ini agar tidak mengganggu suamiku lagi Bang..!!" ucap Nesya dengan marahnya.
"Dan lebih baik kau gunakan akal pikir dan hatimu daripada percaya matamu lebih dulu Nesya. Kamu merendahkan Dinda sama saja kamu meremehkan didikan ku..!!" ucapan itu pun tak kalah keras untuk Nesya.
Bang Wira segera mengalungkan kedua lengan Dinda di lehernya dan membawa Dinda pindah ke mobilnya saja.
"Wir, jangan salah paham saya Nesya" Bang Rendra mencoba menghadang langkah Bang Wira.
"Kalau kamu bisa mengendalikan rumah tanggamu, tidak mungkin istrimu sampai salah paham dengan hubungan kita. Aku sudah peringatkan padamu untuk tidak mengusik hidup Dinda lagi. Lalu apa kenyataannya sekarang?????" bentak Bang Wira.
"Jangan teriak Abaang.. perut Dinda semakin sakit dengarnya..!!"
"Iya dek, maaf" Bang Wira mengecup kening Dinda lalu membawanya masuk ke dalam mobil dan pergi dari parkiran menuju rumah sakit.
"Aaarrghh.." Nesya memegangi dadanya, tak sanggup merasakan pertikaian ini. Ia pun pingsan.
"Nesyaaa..!!!!!" Bang Rendra kaget bukan main melihat Nesya terkapar dengan posisi setengah tengkurap.
:
Dinda menggigit pergelangan Bang Wira dengan kuat. Kakinya meronta merasakan sakit.
"Bagaimana dok? Apa sudah waktunya??" tanya Bang Wira.
"Benar pak, sudah bukaan dua tapi masih sempit." kata dokter.
Degub jantung Bang Wira berpacu cepat. Tak tahan melihat kesakitan Dinda. Ia pun hanya bisa menggigit bibirnya menahan gigitan Dinda, tapi semua tak sebanding dengan kesakitan dan perjuangan Dinda untuk melahirkan bayinya.
"Berapa lama prosesnya dok? Apa tidak bisa di percepat?" Bang Wira cemas sekali melihat Dinda menggelinjang kesakitan.
"Bisa enam sampai delapan jam Pak. Tapi juga tidak menutup kemungkinan lebih cepat. Tergantung fisik dan mental istri bapak"
Air mata Bang Wira menggenang.
"Gigit yang kuat dek. Lepas rasa sakitmu, biar Abang bisa merasakannya..!!" kata Bang Wira tidak tega.
Tak lama ada seorang perawat datang menghampiri dokter.
"Permisi dok, ada pasien gawat.. sepertinya akan melahirkan, tapi ada riwayat penyakit jantung"
"Ayo kita lihat .!!" jawab Dokter.
Tak sengaja mata Bang Wira dan Bang Rendra saling bertatapan. Rasa kesal Bang Wira masih terasa kuat di dalam dada karena Bang Rendra kurang tegas menyelesaikan persoalan di antara mereka. Bang Wira memalingkan wajahnya dan lebih fokus pada Dinda yang tengah berjuang antara hidup dan mati.
~
"Rahimnya sedikit bermasalah pak, jadi harus di lakukan operasi sekarang juga. Hanya itu jalannya saat ini" kata dokter.
"Apakah istri saya bisa mengandung lagi dok?" tanya Bang Rendra.
"Mohon maaf Pak. Sayangnya rahimnya harus kami angkat karena.. bayinya sudah tidak bernyawa" jawab dokter.
Bagai tersambar petir hati Bang Rendra hancur lebur. Anak yang sudah dinantikan kini hanya tinggal harapan. Ia tak tau apakah nanti akan sanggup mengatakan pada Nesya tentang hal ini. Ia berteriak pening merasakan kehancuran dirinya.
Bang Wira mengusap dadanya dengan pedih mendengar ucapan dokter pada Bang Rendra. Mereka berdua memang berada dalam satu ruang privasi milik dokter. Nyeri semakin terasa apalagi saat Dinda memucat.
"Bang.. rasanya Dinda sudah mau mati. Sakiit" nafas Dinda terasa putus sambung.
"Gusti Allah.. nyuwun tulung gustii.. yen lara iki saged di ganti, kulo mawon sing ngersake. Dinda ingkang estri. Nopo kudu larane kaya ngene. Ati kulo mboten tégél”
( Ya Allah.. saya sungguh minta tolong. Kalau memang sakit ini bisa di ganti, biar saya saja yang merasakannya. Dinda itu perempuan. Apa sakitnya harus seperti ini. Hati saya. tidak tega ).
"Sini peluk Abang, tarik nafas dalam-dalam.. lalu buang perlahan. Jangan teriak, nanti tenagamu habis" bujuk Bang Wira dengan sabar.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nur Insana Hadi
yg plng terzolimi di sini Nesya ..sdh suaminya selingkuh dan punya anak dr perempuan lain di tambah Nesya kehilangan anak dan tdk bisa hamil lg.. kasihan 😭😭😭
2022-04-29
2
Nina Maryanie
.kasian dengan nesa gara2 egois nya Rendra.
2022-03-30
1
ella
🏃🏃🏃
2022-01-10
0