"Ya Allah Dinda" ibu menangis melihat rekaman video Dinda yang sedang tidur nyenyak di sebuah kamar yang indah dengan perut yang mulai membuncit.
Ibu memeluk Bang Wira, ada hati seorang ibu yang begitu tulus dan percaya, ia pasrah meskipun tidak sempat melihat pernikahan putrinya.
"Ibu ridho nak. Ibu merestui pernikahan mu dengan Dinda" jawab Ibu.
"Terima kasih banyak Bu. Insya Allah saya tidak akan mengecewakan ibu" Bang Wira sampai menitikan air mata saat hatinya terasa begitu lega sudah menemui secara langsung ibu mertuanya.
"Itu kenapa belum di turunkan??" Tegur Bang Wira karena anak buahnya belum menurunkan begitu banyak 'oleh-oleh' untuk mertuanya.
"Kenapa banyak sekali le?"
"Ini nggak sebanding dengan restu ibu. Maafvya Bu, saya nggak bawa Dinda. Ini saya sedang bertugas di daerah sini. Lagipula Dinda mabuk berat Bu" kata Bang Wira.
"Iya nggak apa-apa. Begini saja, sudah dengar kabar Dinda.. rasanya ibu sehat sekali"
Flashback off..
"Abang jahat sekali sih. Kenapa begini saja masih rahasia-rahasiaan??" Dinda jengkel sekali karena Bang Wira dan ibunya kong-kalingkong di belakangnya.
"Dindaa.. jangan marah-marah begitu. Semua juga demi kebaikanmu" kata ibu.
"Oiya, segala fasilitas ini suamimu yang mengurus dan menanggungnya. Selama ibu sakit juga papa mama mertuamu sudah dua kali mengunjungi ibu"
"Ya Allah Bang, mama papa sudah tau? Dinda yang istri Abang malah nggak tau" jawab Dinda masih cemberut.
"Bu.. tolongin donk..!! Kalau marah galak sekali nih, saya sampai tidur di teras" Bang Wira mulai membual merajuk pada ibu mertuanya.
"Dinda.. nggak boleh begitu lho ndhuk"
"Iiihh.. nggak, kapan Dinda marah sampai Abang tidur di luar?? Yang ada Abang ndusel minta di maafin" ucap Dinda tanpa sadar.
Bang Wira terbelalak mendengar jawaban Dinda yang meluncur manis dari bibirnya. Ibu pun tersenyum pura-pura tidak mendengar ocehan putrinya. Namun sesaat kemudian Dinda sedikit oleng.
"Baang.. Dinda pusing"
"Eeee.. duduk dulu dek..!!" Bang Wira sigap mengangkat Dinda dan merebahkannya di sofa.
Bang Wira memanggil seorang suster disana. Tak disangka suster di sana adalah Mira mantan pacar Bang Wira dulu.
"Tolong periksa istri saya Mir..!!" Pinta Bang Wira mencoba bersikap biasa saja.
"Iya pak"
~
"Usia kehamilan besar tapi masih mabuk ya pak?" Tanya Mira.
"Iya" jawab Bang Wira datar saja.
"Nanti biar dokter melanjutkan pemeriksaan ya pak, sementara istri bapak baik-baik saja"
Dinda memperhatikan raut wajah Bang Wira yang datar seolah menyimpan sesuatu. Bahkan nama perawat itu pun Bang Wira tau.
:
"Kamu disini saja. Abang mau tebus vitaminmu"
"Ikut..!!" Kata Dinda.
"Nanti kamu capek. Nunggu obat biasanya ramai"
"Dinda mau ikut. Disini panas." Jawab Dinda sudah emosi.
Bang Wira merasakan hawa di kamar itu begitu dingin. Kamar VIP jelas memiliki fasilitas yang sangat baik. Tapi hari ini Dinda terus saja kesal dan marah padanya.
"Ada apa sih dek. Abang salah ya? Maaf kalau Abang buat kamu marah" kata Bang Wira.
"Ya sudah.. ayo kalau mau ikut, tapi jangan bilang capek ya"
"Iya" jawab Dinda singkat.
...
Bang Wira berdiri di samping Dinda, istrinya itu mulai bersandar di pinggang nya, kursi ruang tunggu memang penuh, jadi Bang Wira memilih untuk berdiri saja.
"Nah.. mulai capek khan?"
"Nggak, Dinda cuma pusing" jawab Dinda berkilah.
"Sama saja neng."
Tak lama Dinda menggeliat, perutnya yang besar membuatnya tidak nyaman bergeser kesana kemari. Melihat Dinda kurang nyaman bergerak, Bang Wira sedikit memijat punggung Dinda.
"Sebentar lagi kita tidur di hotel saja ya. Kalau tidur di sofa, bangun besok pagi badanmu sakit. Ibu besok siang sudah boleh pulang kok" kata Bang Wira.
"Dinda mau disini saja Bang"
Bang Wira menghela nafasnya, tidak ingin berdebat dengan bumil cantiknya.
"Ibu Adinda M. Tara" panggil petugas apotek.
"Sebentar, Abang ambil obatmu dulu"
Saat berbalik badan, tak sengaja Bang Wira bertabrakan dengan seorang perawat dan itu adalah Mira.
"Maaf..!!" Bang Wira langsung berlalu pergi.
Mira menatap punggung Bang Wira kemudian pergi dari tempat itu.
:
"Abang kenal dengan perawat yang namanya Mira itu?" Tanya Dinda tak bisa menahan rasa ingin taunya.
"Kenal" jawab jujur Bang Wira.
"Siapa dia Bang?"
"Mantan Abang" wajah Bang Wira masih datar, tak tau apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
Namun disana Dinda merasa hatinya tidak nyaman, terasa sakit disana sini. Ingin menangis hanya sesak dalam dada.
"Abang masih mengingatnya? Abang masih mencintainya?"
"Kamu cemburu?" Tanya Bang Wira.
"Nggak" jawab Dinda tapi raut wajahnya mengarah lain.
"Selain Andika, kamu... Pernah pacaran sama siapa saja?"
"Sama pria yang sekarang jadi lurah di desa Dinda"
"Maksudmu Handoko??" Bang Wira terbelalak kaget.
"Iya, Mas Han"
"Bisa nggak kamu nggak usah pakai nama khusus untuk dia, Mas Han.. Opooo iku" gerutu kesal Bang Wira.
"Kalau begitu Abang juga nggak usah lirik-lirikan sama perawat yang namanya Mira itu" kata Dinda.
"Kapan Abang lirik dia? Abang tinggal pergi gitu lho"
"Haahh.. Abang memang banyak alasan" Dinda pergi meninggalkan Bang Wira membawa wajah marah.
"Alaah gustiiii.. salahku opo? Ngelirik wae ora joo bojoo"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Susana Sari Sari
terbakar cemburu mbak Dinda ini NT keliengan pingsan repot deh bang wiranua 😁😁😁💜💜💕💕💕💕💕
2024-05-07
0
Eci Irma
thor Wira jadi datar pas Dinda bilang mas Handoko 🤭🤭
2024-01-23
0
St Mahzumah Istiqomah
eh mbuh thor, ngakak akuu 😂😂😂 sueneng pokoke sama karya sampean 👍👍
2022-02-20
0