Bang Wira merebahkan dirinya di atas rumput, nafasnya masih tersengal. Masih terbayang bagaimana keindahan tubuh Dinda yang mengganggu pikiran dan perasaannya.
"Allahu Akbar.. sekarang siapa yang salah? Hatiku, otak ku atau si Jaler??" Ucapnya kesal.
"Kenapa juga aku tadi nggak puasa, sekarang susah sendiri" gerutunya.
"Kamu kenapa? Nggak dapat jatah" Sapa Rendra.
"Ciihh.. mana berani Dinda nggak kasih aku jatah?" Jawab Bang Wira dengan sombongnya, rasanya gengsi sekali mengatakan kalau dirinya belum menyentuh Dinda hingga saat ini.
"Serius?? Bukannya lu itu selalu kotbah kalau ada masalah riskan seperti ini?"
"Aku manusia biasa. Kamu saja bisa salah. Kenapa aku nggak" jawab Bang Wira langsung mengena.
"Okelah pot, jangan tegang begitu.. aku hanya bercanda"
"Nggak lucu. Buat aku kesal saja" Jawab Bang Wira.
"Maaf.. sudah seperti perempuan aja lu pot. Sensi amat"
Bang Wira hanya menatap Bang Rendra dengan lirikan kesal.
...
"Ganti..!!" Bang Wira meminta Dinda memakai sandal selop di acara pertemuan istri anggota.
"Nggak boleh Bang, masa pakai sandal"
"Abang yang tanggung jawab. Pakai itu..!!" Perintah Bang Wira tegas.
Melihat wajah tak bersahabat Bang Wira. Dinda pun menurutinya. Ia cemas suaminya masih marah dengan kejadian tadi pagi.
"Bang.. Abang masih marah ya?" Tanya Dinda berbisik pelan sambil memegang tangan suaminya.
"Abang nggak marah, tolong maklumi Abang juga ya. Kamu istri Abang tapi masih dalam tanda kutip. Ini perkara yang sulit, tapi juga bukan perkara mudah." Bang Wira berjongkok dan memakaikan sandal untuk Dinda.
"Kita berdua tinggal dalam satu atap. Setiap hari bertegur sapa dan selalu berdua. Tidur di ranjang yang sama. Katakan sama Abang, apa dalam keadaan seperti ini.. apa tidak ada rasa sedikit pun dalam hatimu?? Sedangkan Abang sudah merasakan ada yang berbeda."
"Iya Bang, Dinda juga merasakan nya." Jawab Dinda kemudian memeluk erat Bang Wira.
"Lhoo.. Bu Wira kenapa?" Tanya Bu wadanyon.
"Nggak apa-apa Bu, biasa bumil lagi rewel, manja sekali dia Bu" jawab Bang Wira seakan mengadu.
"Biasa itu om. Minta di sayang-sayang." Bu wadanyon tersenyum melihat Bang Wira sangat menyayangi Dinda.
Di dekat mereka duduk Bang Rendra yang sedang mengambilkan Nesya minuman.
"Uangnya sudah di kasihkan Dinda Bang?" Tanya Nesya.
"Belum."
"Kenapa belum Bang? Itu uang buat anak Abang" kata Nesya.
"Abang tau, tapi kamu tau khan bagaimana Wira. Setiap membahas hal ini rasa-rasanya dia pengen hajar Abang" jawab Bang Rendra.
"Ya memang Abang itu pantas di hajar. Terus apa masalah Abang."
"Sudahlah sayang, sampai kapan kita mau terus bertengkar karena masalah ini. Abang sudah bilang kalau ini tidak sengaja. Semua di luar kendali Abang karena Abang sedang kangen sama kamu. Abang luar biasa menyesal" jawab Bang Rendra.
:
Bang Wira menemani Dinda yang sedang mual. Sampai usia kandungannya lima bulan istrinya itu masih saja suka mual meskipun tidak sesering awal kehamilan.
"Di rawat saja ya dek..!!"
"Abang ini apa nggak lelah setiap kali Dinda mual selalu minta Dinda untuk di rawat di rumah sakit" protes Dinda.
"Abang nggak mau kamu kekurangan cairan, kalau mamanya terus mabuk.. bagaimana anak kita di dalam sana? Pasti kelaparan karena perut mamanya juga kosong. Tiga hari kamu susah makan. Kamu pikir hati Abang nggak ngenes lihatnya??" jawab Bang Wira yang entah dapat pemikiran darimana.
"Dinda nggak mau di tusuk Bang"
"Pilih di tusuk Abang tapi kamu nangis apa di tusuk jarum tapi sehat??"
"Ya sudah.. nangis aja" jawab Dinda dengan polosnya.
"Lhooo.. dasar cari penyakit, kena Abang nangis kejer kamu" Bang Wira menjitak pelan ubun-ubun Dinda.
"Sebentar Bang.. Dinda nggak kuat jaa_lan" seketika Dinda ambruk menabrak Bang Wira.
"Weess.. Iki.." Bang Wira dengan sigap membawa Dinda menuju mobil.
:
"Dinda kenapa Bang?" Nesya panik melihat Dinda dalam gendongan Bang Wira.
"Ya begini ini Dinda. Mabok dan mualnya masih ada. Aku mau membawanya ke rumah sakit" kata Bang Wira.
"Kamu temani Dinda, biar aku sama Nesya temani kamu ke rumah sakit" ada rasa tanggung jawab dalam diri Bang Rendra karena Dinda sedang mengandung bayinya.
"Ayo cepat pot, aku takut anak ku brojol"
"Ini masih berapa bulan Wir, jangan ngawur lah" tegur Bang Rendra.
"Kamu jangan banyak bicara pot. Pikir tuh pakai logika" kata Bang Wira mulai emosi.
"Logikamu yang salah Maung..!!!!!"
Kedua pria itu malah sibuk berdebat.
"Ayo cepat naik. Disini panas Abang.. Nesya juga capek" tegur keras Nesya.
...
"Ini hormonnya saja yang masih belum stabil pak" kata Dokter.
"Di rawat saja dok...!!"
"Nggak perlu pak, ini masih dalam batas aman" jawab Dokter.
"Tapi istri saya nggak mau makan dok"
"Lu gimana sih, istri sehat kok di suruh rawat" Bang Rendra kesal dengan Bang Wira yang terlalu cemas.
"Sehat pala lu. Lemas begini"
"Dia aja deh dok yang di rawat, bisa bikin satu batalyon stress nih kalau kaya gini" tinjuk Bang Rendra masih berdebat di ruang dokter.
"Sabar ya bapak-bapak. Sekarang kita lihat dulu ya, jenis kelamin bayinya apa" bujuk dokter menengahi karena dokter Nick sedang keluar kota.
:
"Waaahh.. ada resletingnya.. bener perempuan khan dek..!!" Kata Bang Wira sambil memelototi layar USG.
"Abaang iihh" Dinda sampai malu karena Bang Wira sejak tadi heboh sendiri.
"Kamu pikir itu saja yang perempuan. Yang ini juga" tunjuk Bang Rendra pada perut Nesya.
"Aaahh.. lu mah bener nggak kreatif" seketika Bang Wira jengkel dibuatnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Kasiani Kasiani
penyayang, perhatian ada stok gk didunia nyata 😊
2022-06-08
0
Kasiani Kasiani
mauuu juga 1 kayak mas wira, romantis and penyayang 😊
2022-06-08
0
Sabila Brina
bang wira keren bingiiitttt....ada gk yo di kehidupan nyata,,,ky judul lagu,''angge angge orong orong''ra melok gawe melok momong 🥰
2022-02-28
3