"Toko perlengkapan bayi? Abang mau kesini?" Tanya Dinda heran.
"Iya, Abang mau beli baju untuk anak kita" jawab Bang Wira kemudian turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Dinda.
"Abang khan belum tau anak ini laki atau perempuan. Masih terlalu kecil bang, dua bulan umurnya"
"Kalau di lihat dari tingkah mamanya yang gampang nangis, melow, suka di bawa perasaan, suka ngeluh di perut.. kemungkinan anak kita ini... Perempuan" Bang Wira yakin sekali sembari mengusap sekilas perut Dinda.
"Abang ini ada-ada saja"
...
Bang Wira benar-benar memilih baju untuk bayi perempuan. Entah kenapa hatinya begitu bahagia berada di tempat itu.
"Abang mau beli baju tawon itu"
"Iihh Abang, masa bajunya belang kuning hitam begitu?" Protes Dinda.
"Jangan salah, lebah itu bermanfaat. Kamu tau arti ayat itu? Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian, makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan ( dari sumber yang author baca ).
"Abang ingin anak kita semanis madu, sekuat lebah dan memberi manfaat untuk orang banyak. Obat bagi hati yang pedih dan pembawa bahagia bagi yang lara"
Adinda langsung menubruk memeluk Bang Wira, tak peduli dengan apa kata orang. Kini hanya ada rasa syukur dalam hatinya, bertemu dengan pria yang bertanggung jawab atas dirinya dan bisa menerima nya apa adanya.
"Terima kasih Abang.. terima kasih untuk segalanya"
Senyum Bang Wira mengembang, ada rasa bahagia saat ada seulas senyum di balik air mata Dinda.
"Cara kita bertemu memang salah. Tapi cinta Abang Insya Allah tidak salah"
"Iya Bang, Dinda percaya"
"Abang akan tetap setia dan sabar menunggu hingga hatimu ikhlas menerima Abang menjadi bagian dari hidupmu" ucap Bang Wira.
Dinda mengangguk karena sudah tak sanggup lagi menjawabnya.
"Ayo cari lagi, Abang masih belum puas"
...
Dinda melihat satu persatu barang pilihan Bang Wira, tidak ada barang yang murah disana bahkan tanpa sepengetahuan nya, Bang Wira sudah membeli dua baju hamil yang lucu dan imut.
"Ini bagus sekali Bang" Dinda melebarkan baju yang indah itu di atas ranjang.
"Itu selera Abang, kamu besok beli lah selera mu sendiri. Abang antar..!!"
"Selera Dinda, sama seperti Abang" jawab Dinda.
...
"Bang, sepertinya tadi Nesya lihat Bang Wira sama Dinda beli barang-barang bayi." Kata Nesya saat dirinya makan malam berdua dengan Bang Rendra.
"Oya? Kamu mau beli juga?" Tanya Bang Rendra.
"Nggak Bang, nanti saja kalau sudah ada rejeki. Keuangan Abang khan belakangan ini kurang baik. Abang banyak pengeluaran karena usaha bengkel tiba-tiba sepi" jawab Nesya.
"Iya, tapi bukan berarti nggak bisa belikan kamu kebutuhan seperti itu juga"
"Nggak usah Bang, lahirnya anak kita masih jauh" Nesya menenangkan hati Bang Rendra.
Selera makan Bang Rendra mendadak hilang, perasaannya seperti tertusuk saat tau pria lain yang lebih memperhatikan anak yang ada dalam kandungan Dinda tapi ia pun harus menyadari, semua kesalahan dan carut marut ini adalah ulahnya sendiri.
Maafin ayah ya nak, hati ayah terombang-ambing. Kedatanganmu sungguh mengagetkan ayah. Bukan ayah tidak inginkan kamu, tapi ayah tidak tega melihat mama Nesya menangis setiap malam dan berpura-pura tegar di hadapan ayah.
***
Tiga bulan telah berlalu, kandungan Dinda pun semakin besar.. pergerakannya pun semakin sulit. Hingga usia kehamilan menuju enam bulan itu.. belum pernah sekalipun terjadi sesuatu antara Bang Wira dan Dinda. Bukan karena Bang Wira tidak menginginkannya, ia hanya ingin semua terjadi pada waktunya.. saat Dinda pun sudah benar-benar menerima dirinya apa adanya.
Waktu, detik demi detik kebersamaan dirinya dengan Dinda.. tanpa bisa ia cegah, ada getar rasa yang belum sepenuhnya ia pahami. Rasa yang sama sekali belum pernah ia rasakan saat ia berdekatan dengan wanita manapun.
"Nanti pertemuan jam berapa? Abang jemput"
"Jam delapan Bang, ini masih sempat masak dulu buat Abang" jawab Dinda sambil memasukkan bumbu rajang ke dalam wajan.
"Masak apa nih? Wangi sekali" tanya Bang Wira. Ia pun mendekat dan memeluk Dinda dari belakang.
"Wangi sekali kamu dek, si dedek semakin besar, kamu semakin seksi saja." lanjut Bang Wira, entah kenapa pagi ini gairahnya sedikit meninggi.
"Baang.. Dinda masak lho" Dinda pun bingung tak tau harus berbuat apa karena tiba-tiba Bang Wira bersikap seperti ini. Belum pernah sekalipun suaminya itu berbuat lebih karena beberapa alasan dalam pernikahan mereka.
Tangan Bang Wira mematikan kompor kemudian semakin mengeratkan pelukannya pada Dinda. Ia pun sedikit mengarahkan Dinda menghadap padanya. Di kecupnya sekilas bibir Dinda.
"Ke kamar yuk..!!"
Tanpa mendengar jawaban Dinda, Bang Wira mengangkat Dinda hingga ke kamar. Hati dan pikirannya sedang berperang hebat. Jika biasanya ia akan berpuasa untuk mengendalikan diri, kali ini ia tidak melakukannya.. karena 'pelanggaran ini' juga ia sulit menahan hawa nafsu yang sudah semakin meninggi.
"Abang pengen dek. Boleh nggak?" Ucapnya jujur.
"Dinda tidak melarangnya Bang, tapi Abang tau khan posisi kita saat ini dan Abang selalu mengajarkan hal itu sama Dinda"
Bang Wira memejamkan matanya dan berusaha menormalkan nafasnya. Tanpa melihat Dinda lagi.. Bang Wira meninggalkan Dinda yang baru saja ia baringkan di dalam kamar.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Murni Zain
Dinda sah istri bang Wira .. tapi untuk d gaulin
setelah melahirkan bang Wira dn mbak Dinda hrs nikah lg.. untuk hubungan suami-istri sah d mata agama 🙏🙏🙏 mohon maaf klo ada salah kata 🙏🙏
2022-06-02
1
Jack
keren
2022-01-14
0
Sis Fauzi
waduh layu sebelum berkembang tuh 😀
2022-01-10
2