Kebijakan dalam membaca..!!
🌹🌹🌹
Dinda masih jengkel melihat Bang Wira dan terus mendiamkannya. Kini Bang Wira berharap Mira tidak akan muncul di sekitarnya lagi karena Dinda terlihat jelas sangat tidak menyukainya.
tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu terasa horor bagi Bang Wira. Tapi seketika ia mengeryitkan dahi saat melihat pria di hadapannya. Tertulis dengan jelas di nama dadanya.. Handoko.
Waahh.. ini nih ternyata mantan pacar Dinda. Masih ganteng aku kemana-mana rupanya.
"Assalamualaikum Bu" sapa Handoko.
"Wa'alaikumsalam.. Oohh.. nak Handoko." Jawab ibu Dinda.
"Iya Bu, bagaimana kabar ibu?" Tanya Handoko.
"Hai Din..!!" Sapa Handoko sambil kemudian bersalaman dulu dengan Bang Wira.
"Ini suaminya Dinda?"
"Iya, saya Wira.. suaminya Dinda." Jawab Bang Wira.
Handoko menebar senyumnya kemudian menghampiri ibu. Terlihat sekali keakraban yang terjadi antara ibu dan Handoko.
:
Setelah kurang lebih setengah jam berbicara dengan ibu, baru lah Handoko menghampiri Dinda dan Bang Juan.
"Mas Wira kerja dimana?" Tanya Handoko.
"Saya buruh saja" jawab Bang Wira.
"Oohh.. saya pikir tentara, atau mungkin bagian pengamanan. Nggak mungkin juga lah Dinda dekat dengan pria sekelas tentara. Dulu mungkin kalau Dinda mau sama saya, hidupnya pasti terjamin" kata Handoko besar kepala.
Apa maksudnya b******n ini. Apa dia mau bilang Dinda ini tidak beruntung??.
"Kalau saya buruh apa lantas saya tidak bisa membahagiakan istri?" Tanya Bang Wira.
"Tapi kita pikir realitanya mas. Dulu kalau saya nggak pacaran sama Dinda mana ada yang mau dengan gadis seperti ini" jawab Handoko.
"Ya syukur akhirnya Dinda dapat sesuai dengan kelasnya, meskipun itu artinya Mas Wira harus setengah mati membangun rumah ibu mertua yang reyot"
Bang Wira menyunggingkan senyum tipis dan sinis.
"Iya.. Alhamdulillah. Bagi seorang anak tidak ada setengah mati untuk kebahagiaan orang tua. Begitu pula untuk memanjakan istri sesuai kelasnya.. saya rasa Dinda tidak merasa kekurangan" jawab Bang Wira.
Ibu tersenyum mendengar jawaban Bang Wira. Tak ada kata sedih dan kecil hati. Ia tau menantunya adalah pria terbaik yang Tuhan kirimkan untuk keluarga.
Dinda hanya bisa menatap wajah Bang Wira. Sedih karena suaminya di permalukan di hadapannya dan juga ibunya.
"Sayang capek? Kita istirahat di hotel saja ya, kasihan anak kita pengen rebahan. Sebentar lagi khan bude datang. Besok pagi kita kesini" bujuk Bang Wira yang sebenarnya sudah mengajak Dinda menginap di hotel sejak tadi.
"Ini nggak apa-apa ya sama bude?" Tanya Bang Wira.
"Nggak apa-apa le. Kasihan cucu ibu" jawab ibu dengan senyum bahagia nya.
Handoko terpaku nyaris tak percaya pendengarannya karena seorang 'buruh' bisa sampai menginap di hotel yang terbilang cukup mahal di kotanya.
"Maaf Mas Han, saya pamit mendahului.. kasihan ini bumil saya. Maklum biasanya kalau malam begini suka rewel minta di kelonin" ucap Bang Wira tak tanggung-tanggung.
:
Wajah Bang Wira datar menahan kesal. Jiwa petarung nya mulai terusik mengingat segala ucapan bernada meremehkan dari Handoko.
"Abang marah sama Dinda?"
"Nggak" jawab Bang Wira datar.
"Terus kenapa Abang diam saja? Apa karena Mas Han?" Tanya Dinda.
"Mas Han lagi.. Mas Han lagi..!! Apa tidak ada panggilan lain untuk pria itu????" Bang Wira membanting tas kecilnya di kamar hotel. Tak sengaja kekesalan Bang Wira sampai membentak Dinda hingga istrinya itu tersentak.
"Lalu apa harus Abang bentak Dinda??"
Bang Wira pun cukup tersentak juga. Ada rasa penyesalan sudah membetak Dinda.
"Dindaa.. Abang minta maaf dek..!!" Bang Wira membujuk Dinda tapi istrinya itu menepisnya.
"Abang nggak sengaja membentakmu"
Dinda menangis, sejak tadi siang hatinya sudah terasa sakit.
"Jangan nangis dek, nyeri hati Abang lihatnya.." bujuk Bang Wira dan menghadapkan wajah Dinda agar menatap ke arahnya, Dinda memejamkan matanya.
"Lihat Abang.. lihat mata Abang..!!!!" Nada Bang Wira sedikit keras.
Dinda membuka matanya dan keduanya saling beradu pandang.
"Sulitkah menyadarkan diri kita kalau dalam hati ini sudah ada rasa"
Mata Dinda mengambang penuh tanda tanya dalam hati, apakah benar pria di hadapannya ini sungguh mencintai dirinya yang 'tidak sempurna'.
"Kenapa? Kamu masih ragu dengan perasaan Abang?" Tanya Bang Wira. Ia menautkan keningnya hingga bisa merasakan nafas kasar Dinda yang akhirnya perlahan menaikan hasrattnya sebagai seorang pria. Bibir beraroma rokok itu menelusuri wajah Dinda hingga sampai pada bibir pink manis menggoda milik istri tercinta. Tangannya dengan cepat membuka pashmina Dinda kemudian menjalar nakal mencari hal yang membuatnya begitu tergoda.
"Jangan dulu Bang" tolak Dinda.
"Abang tau, percayalah Abang akan melakukannya kalau sudah tiba waktunya, tapi kali ini ijinkan Abang menyayangimu dengan cara Abang." Bang Wira membungkam bibir Dinda, tubuhnya sudah menegang tidak karuan tapi ia juga harus berusaha keras menyeimbangkan pikiran dan hati agar rem tidak blong sebelum waktunya.
Secara alami Dinda terbawa suasana. Apalagi saat Bang Wira membelai tubuhnya dengan lembut. Lenguhhan kecilnya semakin menajamkan indera pemburu Bang Wira. Menyadari pertahanan nya sudah semakin menipis, Bang Wira pun menarik diri.
"Pengen nggak?" Tanya Bang Wira dengan suara berat tertahan.
Dinda tak menjawabnya tapi ia mengecup dan menggigit bibir Bang Wira dengan lembut. Akal sehat Bang Wira sejenak terombang-ambing.
Bang wira sedikit mengangkat Dinda ke atas meja.
"Abang tidak akan lepas kontrol, tapi tolong bantu Abang"
"Caranya??"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Eleanor
siapa itu bang juan, thor?
2022-10-05
0
ella
🏃
2022-01-10
0
ARSY ALFAZZA
semangat selalu 😘
2022-01-10
0