Dinda mengatur nafasnya perlahan sesuai apa yang dikatakan Bang Wira. Tidak banyak teriak dan ternyata cukup banyak membantu membuatnya mengirit tenaga.
"Bagus dek.. pertahankan itu terus." Bang Wira terus memberikan semangat pada istrinya itu.
"Dinda nggak yakin kuat Bang" jawab Dinda terbata.
"Abang tau.. tidak bisa berbuat lebih untukmu. Hanya Allah saja yang bisa membalas semua hak istimewa tentang wanita.. bahwasanya apa yang kamu rasakan, dari rasa tidak nyaman, rasa sakit pada saat hamil, melahirkan, dan merawat bayinya setelah itu, itu semua adalah untuk mengangkat derajatmu dan menghapuskan dosa-dosa mu. Yang kuat dek. Demi anakmu..!!!" bujuk Bang Wira.
Dinda mengangguk kemudian kembali memeluk Bang Wira.
Tak lama terdengar suara tangis seorang pria, begitu menyedihkan. Bang Rendra memeluk bayi perempuan nya yang telah tiada. Cantik seperti ibunya, namun kini Nesya belum sadar karena persalinannya mengalami berbagai masalah.
"Dok.. apakah sungguh rahimnya tidak bisa di selamatkan lagi?" tanya Bang Rendra masih berharap padahal ia tau rahim itu sudah di angkat total.
"Sudah tidak bisa pak, maaf.. rahim istri bapak sudah pecah dan ini adalah satu-satunya jalan terbaik" jawab dokter.
"Ya Allah.. anak ku.. Astagfirullah hal adzim.." Bang Rendra memeluk sayang putri kecilnya.
"Ini pertama dan terakhir kalinya nak, ayah sangat sayang kamu" Bang Rendra duduk merosot memeluk bayinya yang sudah tak bernyawa.
"Pak Rendra.. ibu masih ada dalam masa kritis. Saya harap bapak bisa mengabarkan berita ini dengan sangat hati-hati. Penyakit gejala jantung ibu sudah semakin meningkat" kata dokter lagi.
Bang Rendra semakin terpuruk dengan keadaannya. Rasanya dunia ini sudah tidak terasa indah lagi untuknya.
Tiba-tiba Bang Wira tersentak saat Dinda memegang tangannya dengan kuat.
"Abang.. seperti ada yang mendorong..!!"
"Dokter.. tolong istri saya..!!" Bang Wira panik melihat Dinda mengejang.
Dokter pun beralih dari Bang Rendra dan menuju ranjang tindakan Dinda.
"Ini sudah lengkap Pak. Bayinya bisa lahir sekarang..!!" kata dokter.
"Bismillah.. ayo neng..!! Jangan takut, ada Abang disini..!!" Bang Wira tak hentinya memberikan semangat untuk Dinda.
Satu kali tarikan nafas panjang, Dinda pun mengejang. Tapi rasanya itu semua belum cukup kuat. Bang Wira menekan pinggul Dinda agar tidak terangkat. Sekali lagi Dinda mencobanya.
"Huuuhh.." Dinda begitu kelelahan hingga dalam beberapa detik kehilangan kesadaran.
"Dindaa.. sadar sayang..!!" Bang Wira menepuk pipi Dinda. Sungguh sebagai seorang pria, hatinya merasa terhantam melihat perjuangan seorang ibu.
Begitu sadar, seketika Dinda mengejan kuat. Bang Wira memejamkan matanya sesaat, tak sanggup melihat tangis kesakitan Dinda.
"Lailaha Illallah.. Allahu Akbar..!!! Ampuni hamba Ya Allah..!!" Bang Wira memeluk Dinda dan akhirnya....
"Alhamdulillah.. putri cantik Pak." kata dokter perempuan yang membantu menangani Dinda. Tangis memecahkan hening seluruh ruangan.
"Alhamdulillah dek.. gemuk sekali si kecil" Bang Wira tidak bisa menyembunyikan rona bahagianya. Ia sangat menyayangi gadis kecil itu.
:
Dinda sudah selesai di tangani. Dengan tegar Bang Rendra menghampiri Dinda. Air matanya kembali menggenang apalagi saat melihat 'putri cantiknya' dari Dinda yang baru saja lahir ke dunia dalam gendongan Bang Wira. Ada rasa sejuk, sedih, haru.. saat mata kepalanya melihat sendiri rasa sayang Bang Wira pada putri kecil yang bukanlah darah daging sahabatnya itu.
Bang Wira pun berusaha berbesar hati menghampiri saudara tak sedarah nya.
"Kamu mau mengadzani nya?" tanya Bang Wira yang saat itu sama sekali mengucap kata belasungkawa pada Bang Wira.
"Nggak Wir.. kamu saja..!!" jawab Bang Rendra.
Setitik air mata jatuh dari bingkai mata Bang Wira.
"Kamu putriku khan?" tanyanya seakan ragu jika peri kecil itu akan terus bersamanya.
~
Bang Wira usai mengadzani bayi mungilnya sampai terdengar lagi keributan di kamar ICU. Ternyata Nesya sedang dalam keadaan gawat setelah tersadar.
Bang Rendra berlari dan segera memeluk menenangkan Nesya.
"Mana bayiku Bang?? Dimana dia?" teriak Nesya begitu histeris hingga akhirnya keadaan Nesya kembali drop.
"Tenang sayang, bayi kita sudah tenang" ucap Bang Rendra dengan berbagai makna.
Tak sengaja saat itu Dinda yang akan pindah ke ruang pemulihan mendengar dan melihat semua dengan mata kepalanya sendiri.
...
"Apa katamu????? Meminta bayimu kembali???? Kau tau malu atau tidak???????" bentak Bang Wira saat Bang Rendra memohon pada dirinya dan Dinda untuk mengambil bayinya.
"Maafkan aku Wira.. Dinda..!! Aku tau aku ini manusia paling egois, dosaku begitu berat. Tapi saat ini aku tidak punya pilihan. Anakku sudah tiada, keadaan Nesya begitu buruk dan bisa mengancam nyawanya kapan saja. Hanya anak ini yang aku punya Wira..!!" Bang Rendra sampai memohon mencium kaki Dinda. Ia sudah tidak peduli dengan harga dirinya lagi.
"Beraninya kamu Ren??? Tega kamu memisahkan seorang anak dari ibunya??? Anak yang masih bayi, baru saja lahir.." suara Bang Wira semakin meninggi.
"Kamu boleh membunuhku Wir.. aku ikhlas. Aku hanya tidak tega melihat penderitaan istriku. Dinda masih bisa mengandung anak lagi, sedangkan Nesya.. dia tidak akan pernah menjadi seorang ibu lagi."
Batin Dinda terguncang. Baru saja ia melihat rasa bahagia itu ada namun harus pupus dan musnah seketika. Tangannya begitu lemas menggendong peri kecilnya hingga Bang Wira harus membantu Dinda menyangga bayinya.
"Kalau kamu nggak kuat, nggak usah dengarkan apa kata Rendra. Biar Abang yang selesaikan. Kamu hanya perlu pulihkan kesehatanmu dan jaga anakmu" kata Bang Wira.
Dinda menarik nafas panjang. Bukan hal mudah menguatkan batinnya yang terasa sakit mengiris.
"Dinda seorang wanita, Dinda juga seorang ibu. Satu nyawa telah pergi, Dinda tidak mau ada lagi nyawa yang hilang apalagi semua ini berawal dari kebodohan Dinda juga." ucap Dinda menahan air matanya.
"Kamu ini ngomong apa dek?? Abang berjuang mempertahankan anak ini. Kamu nyerah?? Anak ini hak mu. Dia milikmu, kamu ibunya"
"Dinda tau Bang. Dinda memang sakit, sangat sakit. Tapi sebagai seorang ibu, Dinda lebih memilih untuk melihat putri Dinda hidup dan di asuh keluarga yang tepat, yang bisa membimbingnya menjadi gadis yang baik. Asalkan Dinda tidak kehilangan dia, itu sudah cukup" jawab Dinda berusaha tegar.
Diciumnya sayang putri kecil merah itu, dirinya bahkan belum sempat memberikan ASI untuk putri kecilnya itu. Saat itu justru Bang Wira yang masih belum mengikhlaskan semua kejadian ini, sebab dirinya lah yang paling tau bagaimana perasaan Dinda saat menanti putri kecilnya, dari awal yang syok luar biasa hingga kembali bangkit dan bisa menerima kenyataan.
"Jangan katakan mama tidak menyayangimu nak, tapi saat ini.. biarkan mama menyayangimu dalam diam. Bunda Nesya adalah bunda terbaik untukmu, bunda yang hebat.. tidak seperti mama.
Dinda memejamkan matanya, memeluk erat sang putri kemudian menciumnya lagi.
"Terima kasih banyak sayang.. sudah menemani hari-hari mama" ucap Dinda lalu menyerahkan putri kecilnya pada Bang Rendra.
"Ini putri Abang. Dinda titip dia Bang. Besarkan dia dengan cinta dan sayang Abang"
Bang Wira terduduk lemas, sungguh hatinya terasa sakit. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Bang Rendra pun menerima putri cantiknya. Wajah itu mirip seperti dirinya.
"Iya, Dinda" ucapnya kemudian memeluk bayi kecil yang menggeliat kecil dalam dekapannya.
"Ren.. Boleh aku minta satu permintaan?" tanya Bang Wira.
"Apa Wira?"
"Beri dia nama Aura Hening Annahla. Dia wanita pemberi manfaat, namun hanya dirinya saja yang tak tercapai, tak bisa terengkuh lagi. Ini bagi Dinda." ucap Bang Wira.
"Tapi bagimu, dia adalah sumber kekuatan, biarpun malam memeluknya, dia tetap akan menjadi jutaan keindahan di siang hari.. sesuai keanggunan namanya. Annahla..!!"
"Aku akan memberi nama itu untuk putri kita pot. Nala.. Nala ku tersayang" Bang Rendra memeluk baby Nala menyisakan sesak dalam batin Bang Wira. Tak ada yang tau bagaimana pedihnya hati mencintai namun tak bisa memiliki.
Sehat ya nak bersama ayahmu. Papa akan selalu mencintaimu.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
나의 햇살
Dinda goblok, bisa²nya seorang ibu memberikan bayinya kepada pria yg pernah menyuruhnya untuk menggugurkan anak itu. lebih baik Nesya yg mati ketimbang memberikan bayinya kepada mereka
2022-10-07
3
Eleanor
apa maksudmu Dinda. Apakah Rendra dan Nesya yang lebih tepat merawat putrimu ketimbang kamu ibu kandungnya dan Wira?
2022-10-05
0
Nonengsupartika
rendra bener" yah, aku gk tahu deh haaaahhh
2022-06-20
0