Episode 13

*Sang Konglomerat

"Besok kamu gak usah kerja dan jangan keluyuran kemana-mana, karena besok pak Fahri dan keluarganya akan kesini!" tegas abi, pun langsung ku hela nafas ini sepanjang mungkin.

"Iya Bi, Salwa kan boneka abi!" ucapan ku seraya menampilkan senyuman sinis satu detik.

"Salwa!" tegur umi, pun abi yang mendengar sahutanku barusan, ia yang awalnya akan bergegas ke dapur kini malah kembali berbalik badan dan langsung menatap sinis ke arahku seraya bersuara tegas.

"Abi liat kamu makin hari makin kurang ajar ya Salwa"

"Hu’um! yang abi liat, sayangnya abi gak pernah rasa apa yang Salwa rasakan!" segera saja aku bergegas menuju kamar, rasanya telinga ini hampir meledak jika harus menampung terlalu banyak semua ucapan abi yang sangat menyakitkan itu.

Tak ubahnya diruang tamu, di kamar pun aku tetap merasakan hal yang sama, rasanya semakin bosan jika harus menghabiskan waktu sepanjang hari dengan berdiam diri dikamar sambil menatap langit-langit yang beberapa sudutnya sudah dipenuhi dengan sarang laba-laba itu, tapi setidaknya disini hatiku berasa sedikit lebih lega karena tak melihat wajah abi yang semakin membuatku merasa tertekan.

Saat aku menoleh ke sisi tempat tidur tak sengaja ku lihat lagi secarik kertas yang sudah ku kepal kepal berbentuk bola yang tak beraturan, perlahan aku membukanya sambil mengamati dua belas angka yang ada didalamnya, angka tersebut merupakan nomor telpon Arief yang sempat dituliskan Fasya waktu itu, dengan ragu-ragu terus saja ku mainkan jari-jemari tangan untuk menetapkan pilihan antara menelponnya atau tidak.

"Telpon tidak, telpon tidak, telpon! hwaah kok telpon sih" gumamku seorang diri, meski dibibir berucap kesal namun dihati menafsirkan makna yang lain, ku pegang dada seketika, lalu memberanikan diri untuk menelponnya.

"Hallo! Assalamu'alaikum?"

"Waalaikumusalam, Siapa ni?" ketus Arief.

"Ahm...ini aku Rief, Salwa..."

"tuut..tuuut..tuuut...." baru saja aku gerogi tak menentu, saat iya tau aku yang menghubunginya tiba-tiba saja ia langsung menutup telpon, sejenak aku terduduk sambil membayangkan betapa buruknya nasib yang menghampiriku saat ini, bahkan bibir yang sempat melancip tadi, kini kembali terlihat datar.

"Apa iya? dia masih sebenci itu sama aku?" gumamku dalam hati, namun aku harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dia memang pantas memperlakukan ku seperti ini, namun tak lama terdengar suara umi yang tengah memanggil dari luar

"Salwa? makan siang nak!"

“Iya umi…” bertepatan dengan perutku yang mulai keroncongan, seketika itu juga aku langsung bangkit dan bergegas menuju dapur.

Dimeja makan kami duduk bertiga, namun tatapanku terus saja menyoroti abi yang masih menikmati makanannya, dengan target setengah porsi makanan abi mulai dihabiskan maka aku akan memulai beberapa percakapan yang kedengarannya cukup serius.

"Kenapa tatap abi seperti itu?" rupanya abi menyadari kekonyolanku itu.

"Ahm, bi? kalau misalkan Salwa...aam sebenarnya Salwa..." ungkapanku makin membuat abi tambah bingung, bahkan aku sendiri juga bingung harus memulai darimana agar ucapan ku ini tidak menghilangkan nafsu makan abi.

"Uhum! aam..sebenarnya ada laki-laki yang suka dengan Salwa bi?" ucapku dengan segala rasa cemas yang ku punya.

"Kamu ngomong apa Salwa?" abi mulai menatapku lagi dengan sinis.

"Aaam! sebenarnya dia kaya abi, dia seorang bos, dia bahkan punya perusahaan sendiri abi, umi" ucapan ku terdengar sedikit tidak meyakinkan, sudah pasti orang yang ku maksud itu ialah Arief, tapi apa mungkin dia masih menyukaiku, rasanya semua ini makin bertambah sulit.

“Siapa nama laki-laki itu?”

“Namanya Arief bi”

“Kalian pacaran ya?” Suara abi mulai menegas, sontak akupun langsung bereaksi panik, jelas saja kalau sampai abi berfikir aku dan Arief berpacaran tentu ini akan menimbulkan masalah baru lagi untukku, apalagi abi sangat anti dengan aktivitas tersebut, secepat kilat aku langsung buru-buru mengklarifikasinya.

“Ahm, gak bi, kita sama sekali gak pacaran sumpah demi Allah bi, dia itu cuman teman sekelas Salwa dulu waktu SMA” tuturku dengan nafas yang memburu, sebaliknya abi masih terdiam, namun pandanganku masih saja terlihat waspada mungkinkah abi akan percaya terhadap penjelasanku barusan, dan untung saja abi percaya.

"Salwa suka dengan laki-laki itu?” dengan ragu-ragu kuberikan anggukan pada abi.

“Apa dia mau membiayai pengobatan kakak kamu?” Sekali lagi aku mengangguk pada abi.

"Kenapa Salwa gak cerita sebelumnya sama umi dan abi" tambah umi.

"Ya sudah, minggu depan suruh laki-laki itu datang kerumah, tapi perjodohan ini tetap berjalan!"

"Maksud abi?"

"Kalau sampai laki-laki itu gak datang minggu depan, maka dua minggu berikutnya kamu akan tetap menikah dengan laki-laki pilihan abi" bodohnya aku kenapa juga aku harus bawa-bawa Arief dalam kondisi seperti ini, berbicara denganku saja dia bahkan sudah tak sudi, apalagi punya keinginan untuk menikahiku.

*****

Dua minggu sudah terlewati, tepat dihari ini merupakan tanggal kesepakatan dua buah keluarga untuk bertemu, siapa lagi kalau bukan keluarga pak Fahri, tentunya hasil dari pertemuan ini yang akan menetukan bagaimana aku dikemudian hari, tepat dihalaman rumah yang sedikit kumuh ini mulai terlihat dua unit mobil mewah yang tengah memasuki pekarangan dengan kecepatan lambat, beberapa pasang mata dari tetangga sekitar mulai mengamati pemandangan langka ini sambil menyolek-nyolek satu sama lain, hingga tak lama kemudian ke dua mobil tersebut mulai berhenti, diikuti dengan beberapa orang yang berbusana cukup rapih terlihat turun dari mobil.

"Salwa, ayo…pak Fahri dan keluarga sudah ada didepan tuh!" ucap umi yang kelabakan sambil berlari kecil lalu mengetuk-ngetuk pintu kamarku.

“Bentar umi, ini Salwa lagi siap siap” tuturku sangat kesal.

“Daritadi lagi siap siap, ini udah mau dua jam loh kamu dikamar Salwa!”

“Iya umi bentar, ini udah mau selesai…” dengan wajah kesal, aku langsung bergegas membuka pintu, saat berhadapan dengan umi, sejenak umi menatap penampilanku sambil memperbaiki beberapa kerutan dihijab yang aku kenakan saat ini.

“Gimana kebayanya? Pas kan?”

“Humm…” sahutku tak bertenaga, sebenarnya aku cukup kesal atas permintaan umi yang memaksaku untuk mengenakan kebaya jadul ini, bayangkan saja tren kebaya modelan ini ada dizaman waktu dulu umi yang masih berumur 17 tahun, alasannya ya simpel, kebaya ini juga yang dulu pernah dipakainya saat abi datang melamar.

“Ayok…” umi lekas memboyongku ke ruang tamu untuk menemui keluarga besar pak Fahri.

“Jangan gitu mukanya, senyum dong…” tegur umi sambil mencubit pinggangku, spontan akupun langsung melancipkan senyuman meski dalam keadaan terpaksa.

Saat aku dan umi sudah berada diruang tamu, semua mata mulai tertuju pada kami, aku dan umi bersegera duduk mengikuti yang lain, pandanganku mulai beredar memantau satu per satu anggota keluarga pak Fahri yang turut hadir disini, namun sepertinya aku tak melihat penampakkan laki-laki sialan itu, terpantau pria yang hadir hanyalah pak Fahri dan dua orang pria paruh baya lainnya, sepertinya mereka adalah kakak ataupun adik dari pak Fahri.

Di sebelah kanan pak Fahri, terlihat isteri beserta ke dua anak perempuannya yang duduk melipat kaki, sambil matanya mengamati kesegala arah dengan tatapan sangat menggelikan, gestur mereka juga terlihat jelas seakan risih jika harus duduk dirumah kumuh ini.

“Ini Salwa ya?” Tanya pak Fahri, dan langsung kusahuti.

“Iya om”

"Salwa! Salwa sudah tau kan maksud kedatangan om kesini?"

"Iya om!" ucapku sambil menunduk.

"Jadi om dan keluarga kesini hanya ingin mendengar langsung jawaban Salwa, sayangnya anak om yang akan om jodohkan dengan Salwa tidak sempat datang hari ini" aku langsung mengangkat pandangan, rasanya laki-laki itu sedikit pengecut sampai dia tak punya nyali untuk bertemu langsung denganku.

"Uum, memangnya dia kemana om?" tanyaku sedikit memastikan.

"Hari ini kebetulan bertepatan dengan jadwal penerbangannya jadi dia hanya sempat kirim salam sama salwa dan juga keluarga disini" terus saja pak Fahri tersenyum di hadapanku.

"Ouw memangnya dia berangkat kemana om? apa keberangkatannya itu gak bisa ditunda?" tanyaku sedikit cerewet, namun ternyata hal itu langsung mematik reaksi sinis dari ketiga wanita yang sedang duduk disamping pak Fahri saat ini, sebenarnya aku juga tidak ingin ambil tau tentang laki-laki itu, sayangnya rasa geramku semakin bertambah saat dia tak ada disini.

"Aaam, sebenarnya...dia Pilot, jadi jadwal keberangkatannya memang sudah terjadwal dan hanya bisa ada perubahan jadwal ketika ada konfirmasi dari pihak pimpinan" terang Fahri, yang cukup membuat air liurku meleleh dalam mulut saat mengetahui profesi laki-laki itu, rasanya kegeraman ini mulai berubah menjadi rasa sungkan.

”Owh, gitu ya om…”

“Salwa sekarang umur berapa?” Isteri pak Fahri menindih.

“22 tahun tante”

“Masih muda ya, emangnya Salwa udah selesai kuliah?”

“Mah…” Pak Fahri langsung memotong pertanyaan isterinya tersebut, namun aku tetap menjawab pertanyaan itu dengan sopan.

“Saya gak kuliah tante, setelah lulus SMA saya langsung bekerja”

“Ow yah? Kerja apa?”

“Pelayan kopi tante…” mendengar jawabanku barusan, sontak isteri pak Fahri beserta anak sulungnya terlihat sama sama kompak bereaksi kaget sambil mengatakan kalimat yang sama.

"Hah? Pelayaan cofee?" Disebelahnya, pak Fahri sedikit tak enak melihat kelakuan dua wanitanya itu, dan langsung buru-buru mencairkan suasana.

"Om sudah tau, abi kamu sudah banyak bercerita tentang kamu Salwa, lagi pula om tidak pernah memandang calon menantu om dari status sosial maupun status ekonominya, yang om tau Salwa anak yang baik!" aku cukup terkesima atas pujian pak Fahri kali ini.

“Jadi gimana? Apakah Salwa mau menerima pinangan Om?” Ku tatap wajah umi dan abi sesaat, dengan mata yang hampir berkaca-kaca, pun hati yang penuh dengan tekanan, terpaksa harus ku angguki permintaan pak Fahri tersebut.

“Mah cincin mana?” Lanjut pak Fahri, seketika isteri pak Fahri mulai melotot ke arah suaminya.

“Tapi pah…” isteri pak Fahri sedikit menyela, sambil membisikan sesuatu, kelihatannya ia sangat tak setuju atas perjodohan ini, aku melihat sedikit ada perdebatan disana, namun tak lama kulihat isteri pak Fahri itu mulai mengeluarkan kotak cincin sambil menggeser tubuhnya menghampiriku, dengan tatapan datar ia memintaku untuk menjulurkan jari jemari, akupun dengan sangat terpaksa menyedorkan jari jemari untuk disarungkan cincin tersebut, tepatnya dijari manis.

Eeeiiiittts..🙋Kasih Like👍 dan Komentar🤬 dulu sebelum Next ke Episode berikutnya😊🧐

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

harusnya abinya Salwa sadar kalau kelebihan Salwa adalah mandiri dan mau bekerja utk membantu orang tuanya kalau yg cerdas akademis belum tentu dia mandiri dan mau bekerja sbg pelayan pembuat cofee

2024-02-01

0

Eti Guslidar

Eti Guslidar

salwa anak yg baik walau d segi lain.. abinya. blm. sadar.

2020-06-20

0

Fathonah Larakesi

Fathonah Larakesi

ok besok udh up ya readers😊

2020-04-21

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!