*Empat Tahun Kemudian
"Selamat ya Syah, akhirnya kamu udah sarjana juga…” saat ini aku tengah bercengkrama di telpon dengan Fasya yang baru saja menyelesaikan sidang skripsi beberapa jam yang lalu, dan aku adalah orang ke tiga yang diberi kabar bahagia ini setelah ke dua orang tuanya, tak lupa Fasya juga memberiku undangan untuk turut menghadiri acara wisudanya minggu depan, tentu dengan senang hati akupun mengiyakan undangan tersebut.
Akhirnya satu demi satu teman-teman seangkatanku sudah menyandang gelar sarjana dan diploma, sementara aku hanya sebatas menduduki bangku SMA saja, dikota metropolit seperti ini sangat sulit untuk mencari pekerjaan yang sedikit layak jika hanya mengandalkan ijazah SMA saja, paling jatoh-jatohnya hanya sekedar menjadi pelayan toko, pelayan restaurant, laundry ataupun pelayan warung cofee seperti yang sudah kugeluti saat ini.
Sejak lulus SMA, hampir setiap tahunnya aku selalu memohon pada abi agar aku bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang strata satu, namun abi masih setia dengan jawabannya yang hanya satu kata itu "La" yang berasal dari bahasa arab tersirat makna "Tidak" dalam bahasa indonesia, dengan kondisi kak Hilwa yang seakan tak ada mukzizat untuk pulih dari koma, rasanya permintaanku itu sangat mustahil untuk dikabulkan oleh abi.
Beberapa kali aku coba mengikuti tes berbasis online disalah satu perguruan tinggi negeri, yang katanya bebas biaya termasuk biaya SPP tiap semesternya, sudah pasti masuk dalam jalur beasiswa, dan aku sendiri bahkan tidak yakin kalau aku akan punya peluang untuk lulus, dan benar saja namaku sama sekali tidak tertera dalam daftar kelulusan, kuyakinkan diriku dengan seribu anggukkan karena yang memiliki nyali untuk mengikuti jalur beasiswa hanyalah orang-orang dengan IQ diatas rata-rata, bukan orang-orang yang sepertiku, mungkin aku hanya sebatas bermimpi dan mencoba, hasilnya tetap bukan yang terbaik.
Bertatap wajah dengan teman-teman yang saat ini sudah mengenakan pakaian rapih dan terlihat berwibawa, tentunya menimbulkan sedikit rasa kecanggungan untukku bertegur sapa dengan mereka, entahlah akhir-akhir ini aku merasa segala sesuatunya bercampur aduk, terkadang aku merasa bangga melihat mereka yang sudah sukses namun tak mengingkari rasa aku juga lebih sering merasa kecewa dengan diri ini yang hanya bergerak di titik nol saja, bahkan sulit bagiku untuk melangkah ke angka selanjutnya.
"Umi! kira-kira baju apa ya, yang cocok aku pakai nanti ?" tanya ku pada umi, dengan berhamburan beberapa lembar pakaian yang saat ini ku bandingkan untuk memilih yang pantas aku pakai di acara tersebut.
"Memangnya Salwa mau kemana?" tanya umi dengan tatapannya sedikit berbeda, fikirku mungkin umi sedikit mencurigaiku kalau-kalau aku akan bertemu seseorang yang tentunya bukan mahromku.
"Ini, Fasya ngundang aku di acara graduation day nya nanti minggu depan umi" terangku
"Ouw!!! yang itu aja, kelihatannya cocok untuk Salwa pakai di acara itu" pungkas umi, bagaimana bisa aku akan mengenakan baju yang direkomendasikan umi, bukan apa-apa hanya saja aku sedikit minder, sudah cukup lama aku tidak lagi membeli pakaian baru, diantara semua baju-bajuku, baju itu pula yang hampir setiap hari kupakai.
*******
Usai sholat maghrib, kami bertiga umi dan abi tengah menikmati makanan buka puasa terlihat hanya beberapa hidangan menu sederhana saja, saat ini memang belum waktunya menyambut bulan ramadhan namun sudah menjadi rutinitas kami untuk selalu berpuasa sunah dihari senin dan kamis bahkan puasa-puasa sunnah lainnya.
"Salwa?" kali ini abi memanggilku terdengar sangat lembut.
"Iya abi?" ucapku dengan terus mengunyah makanan.
"Tadi, teman abi sempat melihat Salwa di masjid, dan dia titip salam juga sama umi dan Salwa!" kali ini abi terlihat sedikit canggung.
“Teman abi yang mana yah?”
“Pak Fahri, Salwa tahu kan orangnya?”
"Ouw yang pak Fahri itu yah bi? masya Allah alaika wa alaihissalam, pak Fahri itu orang yang baik yah bi!"
Rasanya seperti percakapan yang biasa-biasa saja akupun terus melanjutkan kunyahanku, seketika suasana mulai terlihat hening lagi, kali ini ku arahkan pandanganku pada umi dan abi, terlihat wajah umi seakan memberikan isyarat pada abi begitupun sebaliknya dengan abi.
"Umi? Abi? ada apa sih?" ku tatap satu demi satu wajah mereka, tingkah abi dan umi semakin menimbulkan berbagai pertanyaan di kepala ini.
"Jadi gini Salwa, tadi abi dengan pak Fahri mengobrol cukup lama, segala macam obrolan kita bahas termasuk masalah menjemput jodoh terbaik sesuai tema tausiah abi sore ini”
“Salwa tahu kan, pak Fahri itu bukan orang sembarangan, dia itu seorang direktur dan dia punya banyak hotel di Jakarta….” Sejenak abi menyetop seraya menatap umi namun kali ini firasatku mulai merasa aneh, apa kaitannya status pak Fahri dengan aku.
“Terus?” Tuturku yang masih penasaran dengan kelanjutan cerita dari abi.
"Sejak awal pak Fahri melihat Salwa, dia sudah sangat suka dengan kamu nak, dia ingin kita menjadi bagian dari keluarganya” sontak akupun mengernyitkan alis seraya menatap sinis ke arah abi, apa iya abi akan menjodohkanku dengan pria yang seumuran dengannya, yang layaknya ku sapa dengan sebutan om.
"Maksud abi?" tanyaku sedikit mempertegas.
“Jadi begini, abi dan pak Fahri sudah sama-sama sepakat untuk mengenalkan Salwa dengan anak laki-lakinya!" Lanjut abi, hampir saja jantungku meledak, untung dugaan ku meleset, namun tetap saja tidak ada ekspresi bahagia yang kusuguhkan dihadapan abi dan umi melainkan tatapan mata yang tak bergairah dengan mulutku yang terus membungkam.
"Salwa, gimana nak?” Tanya umi, namun tiba-tiba disamping abi kembali melanjutkan.
“Pak Fahri juga berjanji kalau nanti kalian berjodoh dia akan menanggung semua biaya rumah sakit kakak kamu?"
“Membayar semua biaya rumah sakit?” Ku ulangi kalimat poinnya, mataku mulai berkaca-kaca, namun aku masih cukup bertenaga untuk menatap tegang ke arah abi, aku sedikit tak percaya atas ucapan abi barusan, mungkinkah abi berniat menjualku pada orang kaya itu.
“Iya nak, jadi Salwa gak usah capek-capek lagi untuk kerja di warung kopi itu…” ucapan santai yang keluar dari mulut abi, seolah menggampangkan semuanya, aku yang mulai tersulut emosi lantas bersuara.
"Abi? apa abi masih menganggapku sebagai anak abi?”
“Sampai-sampai masa depan Salwa pun abi sanggup gadaikan dengan nilai rupiah?”
“Abi melakukan semua ini semata-mata hanya untuk kak Hilwa, abi gak pernah sekalipun memikirkan perasaan salwa!" Ku todong abi dengan kalimat-kalimat lantang itu, sembari berlinang air mata, mungkin kali ini ucapanku terdengar sangat kasar, tetapi itulah simpulan yang aku cerna dari kalimat abi, umi hanya mentapku dengan wajah sedihnya tanpa berucap apa-apa.
"Keterlaluan kamu Salwa! 'tapraaak!' " rupanya abi sangat geram, sampai ia berani melayangkan sebuah tamparan di pipi kiriku, aku belum pernah melihat abi se marah ini, pun ini pertama kalinya aku mendapatkan kekerasan fisik dari abi, umi yang meyaksikan perlakuan kasar abi terhadapku, seketika bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiriku, umi tak bisa berbuat apa-apa selain terus menangis dan memelukku.
"Anak seperti kamu tuh, gak tau diuntung!”
“Masih mending ada orang kaya diluar sana yang suka sama kamu”
“Disuruh hidup enak malah gak mau, kamu mau hidup menderita terus-terusan?”
“Cukuplah saja umi dan abi yang menderita, mau gak mau, suka gak suka minggu depan kalian tetap ta'aruf, itu keputusan abi" belum lagi hilang rasa panas dipipi kiriku, abi terus mengarahkan jari telunjuknya padaku, dengan tatapannya yang tajam membuatku semakin takut untuk melihatnya.
"Abi, sudah abi, hiiikss...hiiikss, umi gak nyangka kalau tangan abi sampai berani menyentuh anak-anak umi" hanya sekedar larangan lembut yang keluar dari mulut umi, sambil sesekali ia menyeka air mataku.
Abi hanya menatapku dengan sinis kemudian ia bergegas menuju kamar, rasanya kali ini, cukup panjang ku nikmati makan malam sampai-sampai harus terpaksa mengeluarkan air mata.
Eeeiiiittts..🙋Kasih Like👍 dan Komentar🤬 dulu sebelum Next ke Episode berikutnya😊🧐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
pena_sf:)
gak pantes di sebut abi kelakuan kayak preman
2024-04-13
0
N Wage
orangtua yg egois☹
2024-02-10
0
Sabilla Sabil
lanjuttt
2020-04-17
1