*Ijab Kabul
"Saya terima nikahnya salwa jannatun adwiyah binti abdul umar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" lantunan itu, menandakan bahwa seluruh tanggung jawab abi terhadapku kini telah berpindah tangan kepada pria yang baru saja melafadzkan ijab kabul tersebut.
"Sah..!!!" teriakan merdu orang-orang disekelilingku membuat tubuhku merinding seketika, hati siapa yang tak terenyuh saat menyaksikan kenyataan manis ini tengah berpihak kepadaku, tangan abi yang ia genggam begitu eratnya seraya melafadzkan janji dihadapan allah dan semua orang-orang yang hadir di walimahan ini, semakin membuatku terhipnotis saja atas aura-aura pernikahan yang sangat drama anggap ku seperti itu.
Namun aku juga tak bisa memungkiri kalau pria yang saat ini sudah sah menjadi suamiku tampaknya tidak begitu nyaman dengan semua perosesi ini, sejak awal upacara pernikahan adat jawa dilakukan, ia terlihat seperti orang yang tidak tenang dan gelisah tak menentu, yapp kesimpulannya karena dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini digelar.
Saat ini kami tengah melakukan prosesi dulangan, dimana kedua pasangan mempelai saling kompak menyuapi pasangannya dengan makanan yang sudah tersaji di atas dulang, tak jarang prosesi ini sering disebut-sebut dengan prosesi super sweet, yapp khususnya bagi pasangan-pasangan yang menikah atas dasar cinta, karena faktanya kami hanyalah sebuah pasangan dengan alasan pengecualian.
"Nuge, ayo disuap!" dari depan terdengar suara geram pak Fahri yang memberi isyarat pada qiyas, karena sedari tadi ia seperti enggan untuk menyuapiku.
"Ayo mas biar cepat selesai acaranya, mas gak malu diliatin ma orang-orang disini?" dengan suara pelan akupun turut membujuknya untuk segera menyelesaikan prosesi dulangan ini, iapun dengan terpaksa menyuapiku, egoisnya aku entah kenapa aku sangat bahagia meski aku sadar, bahkan 1000% sadar bahwa apa yang dia lakukan semuanya atas dasar keterpaksaan bukan karena cinta.
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi sungkeman atau permohonan do'a restu dari ke dua orang tua kami.
"Nak, tolong jaga anak umi sebaik mungkin, jaga dia sebagaimana umi dan abi menjaganya, umi percayakan Salwa sama kamu nak!" tak sengaja aku mendengar umi berbisik di telinga mas Qiyas, dengan kalimatnya yang cukup menggetarkan hati, rasanya kali ini air mataku benar-benar lancang untuk menetes tanpa seizinku, dengan tekun ku amati anggukan mas Qiyas yang penuh dengan keraguan itu, setelah umi entah siapa lagi yang akan memberikan kepercayaan terhadapnya, bahkan aku sendiri ragu atas kesanggupan mas Qiyas untuk memenuhi janji-janjinya.
Memang bukan hal yang mudah bagi seorang Qiyas Fathir Anugerah untuk melupakan wanita sebaik suster Kiran, terlebih lagi wanita itu ialah wanita yang sangat dicintainya, rasanya terlalu sial jika hubungan mereka yang selama ini sudah berjalan sekitar tujuh tahun kandas hanya karena seorang pelayan cofee sepertiku.
Aku bahkan tertampar malu saat melihat suster Kiran dengan tegarnya turut memberikan do'a restu atas pernikahan kami, ia bahkan merekahkan senyuman di hadapanku dengan cemennya aku hanya bisa menunduk tanpa berani melihat wajahnya yang semakin meyadarkanku betapa terlukanya ia saat ini.
****
Tepat pukul 21.00 WIB, akhirnya segala prosesi pernikahan terselesaikan juga, saat ini aku dan mas Qiyas seperti patung bernyawa yang sedang terjebak didalam kamar yang sudah didekor sedemikian rupa, melihat pernak-pernik yang ada, malah semakin membuat keadaan terasa lebih canggung, terus saja mas Qiyas berdiri didekat lemari sembari menatap layar handhphonenya, sementara yang aku lakukan hanyalah duduk diatas tempat tidur sambil sesekali tersenyum memandangi wajah datarnya itu.
"Ayo mas kita sholat sunnah dulu!" pungkasku seketika.
"Haa! Sama aku?" ujarnya sedikit terkejut sambil menatapku aneh.
"Iyalah, mas!"
"Gak apa-apa kamu sholat duluan aja deh!" ia mulai bertingkah aneh lagi, meskipun aku tahu, saat ini dia juga sama canggungnya sepertiku, tapi entah kenapa setiap tingkahnya selalu membuatku senyum-senyum tak menentu.
"Loh, mas kan suami aku, sudah seharusnya mas mengimami aku untuk sholat" segera saja ia memelototiku, namun sebaliknya yang aku lakukan hanyalah tersenyum malu dibuatnya, tak ada kalimat bantahan lagi yang bisa ia ucapkan, segera saja kami menunaikan sholat sunah.
"Assalamu'alaikum..warahmatullah!" usai sholat sebagai tanda bakti seorang isteri terhadap suami segera saja kugapai tangan kanannya, tak tanggung-tanggung akupun kemudian mencium punggung tangannya, namun hal yang tak kusangka mulai terjadi, sontak saja ia menarik tangannya lalu berbicara tegas dihadapanku.
"Hei! lain kali kamu gak usah kek begini lagi ya, aku gak suka!" segera saja ia terperanjat lalu menghindariku, mungkin saja aku terlalu naif menganggap remeh untuk melakukan sesuatu yang jelas-jelas tidak dia sukai.
"Ow yah, yang perlu kamu ingat adalah aku menikah dengan kamu bukan atas dasar suka, tapi karena papah aku, jadi kamu gak usah berharap banyak sama aku, aku hanya mampu memberimu nafkah lahir saja, tapi tidak dengan nafkah batin" oh my god, rasanya kepalaku akan meledak mendengar ucapannya saat ini, kata-katanya seakan tancapan tombak demi tombak yang menusuk tembus sampai ke tulang belakangku, namun tak banyak yang bisa ku lakukan selain memperbanyak istighfar di dalam hati.
*****
Jarum jam seakan tak mau berkompromi dengan keadaanku saat ini, bahkan sudah selarut ini mas Qiyas masih saja berdiri disamping lemari, rasanya aku mulai paham sebagian cara berfikirnya seperti yang sudah dia katakan tadi, dia hanya mampu memberikanku nafkah lahir saja, karena sedih dan bahagiaku itu bukan urusan dia.
"Kalau mas gak mau tidur di ranjang sama aku, terus mas mau tidur dimana?" saat aku bersuara, ia hanya memandangku sekilas tanpa memberikan jawaban atas pertanyaanku barusan, lama-lama aku mulai kasihan melihat anak orang kaya ini, yang mungkin saja dia sedang merasa tersiksa disini.
Tak banyak kata lagi, akupun segera bergegas membuka lemari dan mengambil sebuah kelambu untuk kupasang di setiap sudut tempat tidurku.
"Itu apaan?" tanyanya sedikit penasaran.
"Ini kelambu!"
"Kamu gak kepanasan apah tidur pake itu?"
"Huum! Aku udah biasalah, hampir tiap malem aku tidurnya pake ini, soalnya disini tuh banyak nyamuk" ujarku sambil mengikat tali kelambu pada beberapa paku yang ada di dinding.
"Taraaang!! udah jadi! ayo mas tidur" ajakku sekali lagi, dengan ekspresi kegiranganku yang cukup garing itu, tentu saja mas Qiyas enggan untuk berpindah posisi apalagi dengan jarak yang sangat dekat denganku.
"Huuftt, jadi mas mau berdiri disitu aja sampai besok pagi?" rasanya aku kehabisan kata-kata dan hampir menyerah dengan sikap bapak pilot tampan yang ada di depan ku saat ini.
"Aam! aku mau tidur dibawah aja, kamu punya tikar gak?"
"Ada, tapi dikamar umi, kalo mereka nanyain, aku mau jawab apa?"
"Hallah! pintar-pintarnya kamu ajalah mau ngomong apa"
Segera saja ku turuti kemauannya, dengan beralaskan selembar tikar dan sehelai sarung gadjah duduk mas Qiyaspun segera merebahkan tubuhnya.
"Nanti mas kedinginan loh, terus banyak nyamuk lagi, mas yakin mau tidur disini?" sekali lagi aku seperti tak tega melihatnya harus berbaring dibawah.
"Sudahlah kamu tidur sana, ngapain sih masih berdiri disitu" ujarnya sedikit kesal, tak ingin membuatnya semakin kesal akupun segera beranjak ke atas tempat tidur.
*****
"Ngiung..ngiung...ngiung" terdengar suara nyamuk yang terus saja menggelitik ditelinga mas qiyas, terkadang sesekali ia harus menepok dan menggaruk beberapa bagian tubuhnya yang sempat digigit nyamuk.
"Salwa? Salwa?" suaranya terdengar samar-samar.
"Salwa bangun Salwa" terus saja ia menepok bahu kiriku hingga aku terbangun setengah sadar.
"Duuh! kenapa sih?" ujarku mulai kesal dengan suara yang cukup serak tanpa membuka mata.
"Kamu punya anti nyamuk gak?" rasanya saat ini mata dan mulutku sulit untukku buka, lagi-lagi ia mengganggu tidur nyenyakku.
"Salwa? " kali ini suaranya benar-benar lebih mengesalkan dari pada ngiangan nyamuk yang beterbangan disekitar kelambu.
"Gak ada ihh, udah dibilangin tidur pake kelambu keras kepala" spontan akupun bersuara kasar saat menyahuti mas Qiyas, aku sama sekali tak peduli entah apa yang akan ia pikirkan atas sikapku kali ini, karena satu-satunya yang ku butuhkan saat ini ialah sleeping time.
*Udah Follow Akun Aku? yook Follow dulu biar nanti dapet notifikasinya yah 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Indah Sukmawati
geregetan ya JD ny
2024-03-01
0
kavena ayunda
peran utama lemb3k oon lagi
2022-08-04
1