*Dia Terlalu Cantik
Suasana dimalam hari, kini memerlihatkan aktivitas pak Fahri diruang tamu, dengan secangkir kopi yang tersaji diatas meja, pria paruh baya itu tengah duduk seorang diri sambil menulis-nulis beberapa kebutuhan yang harus dipersiapkan untuk pernikahan putra semata wayangnya itu, hingga tak beberapa lama Qiyas mulai terlihat berjalan menuju pintu.
"Mau kemana?" Tanya pak Fahri sambil merapihkan posisi kacamata, sontak Qiyas yang tak menyadari keberadaan ayahnya disitu langsung tertegun dan bersuara pelan terhadap sang ayah.
"Mau keluar bentar pah!"
“Mau keluar kemana?”
“Biasalah pah, hang out bareng teman-teman”
“Bareng teman-teman atau sama perempuan itu?”
“Hum…kalau sama Kiran juga emangnya kenapa pah..”
“Ya kamu gak akan pernah berubah, nanti pulang pulang mabok lagi kan?” Pak Fahri langsung bereaksi tak suka, sepertinya ia cukup hafal dengan tabiat Qiyas saat bertemu dengan Kiran, yang menurutnya wanita itu hanya akan membawa pengaruh buruk dalam kehidupan Qiyas, itulah satu-satunya alasan mengapa selama ini pak Fahri tak pernah menyetujui hubungan mereka.
“Terserah papa lah mau beranggapan apa…” Qiyas langsung memegang gagang pintu dan berencana akan bergegas keluar namun sang ayah kembali menahan langkahnya.
“Nuge?”
“Hum apalagi sih pah?”
“Ini papa lagi buat persiapan untuk acara pernikahan kamu nanti, bagusnya kita…” belum selesai pak Fahri berbicara, sontak Qiyas semakin kesal langsung menindih dengan reaksi tak sabar ingin segera berlalu darisitu.
“Halah…terserah papa aja mau dibuat gimana, aku ngikut kemauan papa”
"Ini nih, yang papah gak suka dengan kamu, kamu kan baru aja pulang fly, ini udah mau keluar lagi, kapan sih kamu punya waktu untuk membahas soal pernikahan kamu?"
"Pah…Nuge gak pernah menginginkan pernikahan itu" ujarnya sangat santai, tanpa perdebatan panjang lagi, Qiyas segera beranjak meninggalkan ayahnya.
*****
Malam ini Qiyas berupaya menepati janjinya untuk menemui kiran di sebuah restoran yang sering mereka datangi, sesampainya di restoran tersebut, dari kejauhan ia berlari menghampiri kiran sementara kiran seolah buang muka, Qiyas sangat menyadari saat ini Kiran terlihat kesal atas kelalaiannya untuk datang tepat waktu namun tetap saja Qiyas masih melontarkan pertanyaan basi yang sering di gunakan oleh para pemolor waktu.
"Sorry yah telat, udah lama nunggu ya?" culasnya sembari tersenyum masem dihadapan Kiran.
"Huum! lumayanlah meskipun aku udah mulai kapok!" cetus Kiran dengan majasnya yang terdengar sedikit membingungkan.
"Hmm? maksudnya?"
"Sampai kapan sih, aku terus seperti ini? menunggu kamu tanpa kejelasan?"
"Sayang? kita hanya butuh sedikit waktu lagi, aku janji setelah semuanya selesai, kita akan menikah ok?" saat ini Qiyas menempati vase tersulit untuk menentukan keputusan, dengan ruang gerak yang sangat terbatas tentunya menjadikan qiyas selalu merasa bersalah atas apa yang akan ia lakukan.
"Huuffft! terus Salwa gimana? kamu udah ketemu ama dia?" tanya kiran yang mulai memfokuskan pembicaraan untuk memperjelas hubungan mereka.
"Udah, tapi gak ada respon apa-apa dari dia"
"Sayang? Kamu gak kasar kan ngomong sama dia?"
"Udah tiga kali aku bermohon dan bersuara lembut dihadapan dia, tapi sama aja"
"Huum! udah aku duga dia pasti suka sama kamu, iyalah siapa yang gak suka dengan Qiyas Fathir Anugerah kan? ya udah kalau hubungan kita ngegantung terus seperti ini, mending aku memilih mundur aja dari pada harus terus-terusan aku yang tersiksa seperti ini" kini ke dua bola mata kiran mulai terlihat berkaca-kaca, rasanya melepaskan seorang qiyas adalah hal terberat yang akan ia lakukan.
"No sayang, aku gak pernah mencintai perempuan lain selain kamu, dan kamu harus tau, sampai kapanpun gak ada yang bisa gantiin posisi kamu please don't leave me!" pintanya merasa tak rela jika Kiran dengan mudahnya harus mengakhiri hubungan mereka, ia lalu menggenggam erat kedua tangan Kiran.
"Aku gak bisa menjamin kata-kata kamu sayang, dia itu terlalu cantik untuk berdiri disamping kamu setiap harinya"
"Sayang? hubungan kita udah berjalan selama tujuh tahun, dan kamupun tau, aku bukan baru pertama kali bertemu dengan wanita cantik, yang kamu harus ingat adalah..kamulah satu-satunya wanita yang ada disini" ucapannya terdengar serius sambil menempatkan telapak tangan di dada sebelah kirinya yang cukup membuat Kiran tertawa semringah berasa terkesima atas kata-kata puitisnya kali ini.
Setelah drama kesedihan itu terlewati, kini mereka tengah menyantap sajian cake yang sedari tadi belum tersentuh oleh keduanya, dengan topik cerita yang berbeda kali ini mereka terlihat sangat menikmati couple dinner sembari terdengar tawa yang sesekali keluar dari mulut Kiran, usai couple dinner mereka bergegas ke tempat karaoke disana ke duanya bernyanyi dan bersuka ria melepaskan segala puing-puing kehidupan yang cukup menyiksa diameter kepala saat ini.
*****
"Kreeeeek!!!" terdengar suara pintu, Qiyaspun segera masuk kedalam rumah dengan jalannya yang cukup sempoyongan.
"Dari mana aja kamu?" tanya Bela, yang sedari tadi masih terjaga karena menunggu kepulangannya.
"Uum! kak Bela kayak gak tau aja, yah ketemu ma Kiran lah"
"Hum! kalau ketemu sama perempuan tua itu, ya gak perlu nyusahin orang dalem rumah lah, kamu tau gak seberapa besar khawatirnya papah sama kamu?" Bela sangat geram atas tingkah adik kesayangannya itu sampai-sampai ia mulai meninggikan suara di tengah malam yang sudah selarut ini.
"Ok, aku minta maaf!" qiyas segera mengangkat tangannya, ungkapan maafnya mungkin terlihat tulus, namun tetap saja bagi kakak ke duanya itu, tingkah qiyas yang sedang mabuk tentu lebih menjijikkan dari apapun.
"Kamu minum lagi kan?"
"huuftt! iya dikit aja, ya sudah aku mau tidur dulu" tak tanggung-tanggung ia bergegas meninggalkan bela, namun Bela yang tak tega jika harus melihat Qiyas menapaki anak tangga dengan jalannya yang sangat sempoyongan itu, sesegera mungkin ia menggiringnya menuju kamar.
Kini jam dinding telah menunjukkan pukul 08.15 WIB pagi, seluruh anggota keluarga saat ini tengah menikmati sarapan pagi, namun tatapan pak Fahri seakan tak luput dari wajah anak lelaki semata wayangnya itu.
"Kenapa sih pah?" ujar Qiyas yang merasa tak nyaman atas sikap ayahnya.
"Semalam Nuge darimana?"
"Biasa lah pah, keluar sama perempuan tua itu, terus pulang-pulang mabok!" cetus kakak ke duanya (bela), rasanya kegeraman semalam belum lagi terselesaikan, Qiyas hanya bisa menatap sinis bela tanpa mampu berkata apa-apa.
"Papah bukannya apa-apa, dari dulu papah memang gak pernah setuju hubungan kamu dengan Kiran, karena masalahnya Nuge pasti akan terus seperti ini"
"Semua orang bisa berubah pah!" Qiyas langsung menindih ucapan ayahnya.
"Kapan? sudah berapa kali papah kasih kesempatan sama Nuge, tapi Nuge masih saja seperti ini"
"Huum! gimana dengan Salwa?" lanjut pak Fahri.
"Gimana apanya pah?" serasa moodnya semakin terganggu saat mendengar nama Salwa yang selalu saja disebut-sebut oleh ayahnya.
"Orangnya gimana menurut Nuge?"
"Biasa aja"
"Nuge? Salwa itu anak yang baik, dia juga wanita yang pekerja keras"
"Pah? kenapa sih papah bersikeras menjodohkan nuge dengan dia, yang jelas-jelas Nuge tu gak suka sama dia" kali ini nada bicara Qiyas mulai terdengar menjulang.
"Huuwhh! Nuge, apa yang kita suka belum tentu itu yang terbaik buat kita, begitupun sebaliknya"
"Susah pah! mau dapet wanita sebaik Kiran"
"Hwaah!!! baik? umm kalau memang wanita tua itu baik, dia gak akan mungkin menjerumuskan Nuge ke hal-hal yang gak baik" sontak saja Bela menyambar ucapan adiknya itu dengan kalimat nyinyir.
"Kak, bisa gak sih, jangan sebut Kiran dengan sebutan perempuan tua!"
"Kenapa? emang nyatanya dia udah tua kan? aku kalau berada diposisi Nuge, aku memang lebih memilih Salwa dari pada perempuan tua itu" terus saja bela berceloteh.
"Kak Bela!!!" Qiyas berteriak sembari memukul meja, reaksinya saat ini tentu mengejutkan semua anggota keluarga yang menyaksikan luapan emosinya itu.
"Hei Nuge, calm down please!" Sheila mencoba menenangkan qiyas.
"Mamah memang gak pernah setuju Nuge menikah dengan perempuan tua itu, tapi bukan berarti dengn bebasnya papah juga harus menjodohkan Nuge dengan pelayan cofee itu" kini bu lela pun mulai bersuara.
"Mah, stop please! mah, pah, kamu juga Bela, udah gak usah di besar-besarkan masalahnya, toh Nuge juga udah bersedia menikah dengan pelayan cofee itu, kita sekarang lagi sarapan bukannya mengunyah tulang tau gak!" Sheila pun turut geram atas perdebatan demi perdebatan yang telah terjadi, berasa sarapan pagi bagaikan tengah mengunyah kalimat-kalimat yang hanya menurunkan selera makan.
*Udah Follow Akun Aku? yook Follow dulu biar nanti dapet notifikasinya yah 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Putikah Putikah
kasian salwa dari kecil hidupnye udah sengsara..semoga suatu saat nanti Qiyas bisa nerima dan mencintai salwa dgn tulus
2023-05-23
0