*Tak Teringinkan
Seperti biasa pagi ini kami dipertemukan lagi diruangan yang sama bersama kak Qiyas, sesuai kesepakatan hari ini dia akan membahas tentang materi ekonomi. Ku dengarkan dengan tekun setiap penjelasannya, sesekali ia juga menampilkan sedikit senyuman saat itu pula rasanya aku ingin berteriak gemesh sekencang-kencangnya, kedengarannya sedikit gila, tapi itulah yang aku rasakan.
Kelihatannya hari ini aku cukup bersemangat, setidaknya aku sedikit memahami tentang materi ekonomi, pun semalam sudah kuhabiskan waktuku selama tiga jam untuk membaca materi tersebut, meskipun bagiku membaca buku bagaikan nyanyian nina bobok yang selalu mengundang rasa kantukku namun dengan tegar hati kulawan kedua bola mataku untuk terpejam.
"Dalam ilmu ekonomi ada yang namanya Kebutuhan dan Keinginan, coba jelaskan tentang kebutuhan dan keinginan beserta contohnya, ayok siapa yang bisa jawab?" kak Qiyas melontarkan sebuah pertanyaan yang saat ini aku hanya bisa bilang alhamdulillah dengan ke dua kaki yang terus ku hentakkan dilantai akibat kegirangan, lalu kuancungkan jari telunjukku dan mencoba untuk menjawab pertanyaan itu.
"Menurut Abraham Maslow (1970), kebutuhan dapat dibagi menjadi tiga; pertama kebutuhan fisik, kedua kebutuhan rasa aman, dan ketiga kebutuhan sosial, dengan kata lain kebutuhan adalah hal yang paling utama yang harus kita penuhi, contoh kecilnya seperti sandang dan pangan" jawabku, seketika aku mengambil jedah waktu untuk mengatur nafas, aku terlihat sangat gerogi kali ini.
"Secara umum, yang dimaksud dengan keinginan adalah segala sesuatu yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan untuk melanjutkan kelangsungan hidup, namun mampu memberikan kesejahteraan, kecukupan, dan kenyamanan" merasa jawabanku sudah cukup, akupun kembali duduk sembari menarik nafas dalam untuk menenangkan tubuhku yang sedikit gemetar ini, dari kejauhan ku lihat kak Qiyas memberikan beberapa aplos untukku, rasanya hatiku semakin tak menentu.
"Contohnya?" terdengar salah satu siswa yang melontarkan pertanyaan, yaa aku sempat lupa menyebutkan contoh dari penjelasan ku tentang Keinginan tadi, akupun kembali terperanjat dari tempat duduk untuk melengkapi jawabanku.
"Contohnya sebuah keinginan tentang kenyamanan, aku akan merasa nyaman ketika setiap hari bersama kak Qiyas" entah apa yang membisikku untuk meberikan contoh seperti itu, sontak semua teman-teman tertawa terbahak-bahak, bahkan kebanyakan dari mereka terlihat sedang meledek dan menghinaku.
"Siapa nama kamu?" seketika itupun kak Qiyas menghampiriku dengan ekspresi wajahnya terlihat kak Qiyas seperti tidak menyukai ucapanku yang sangat memalukan itu
"Aaam! sa ... Salwa Jannatun Adwiyah!" ucapku terbata-bata sembari menunduk cemas.
"Salwa, saat ini saya tidak sedang bercanda, kalau kamu datang kesini hanya untuk bermain-main, lebih baik kamu gak perlu datang untuk pertemuan berikutnya" ucapnya dengan wajah yang cukup serius, cukup lama aku duduk terdiam menyesali ucapan memalukan yang baru saja kulontarkan itu sambil sesekali kukerutkan dahiku, rasanya aku tak berani melihat semua wajah yang ada dikelas ini.
Saat kelas usai akupun berjalan menuju halte dengan mata yang sendu, ku ingat lagi kejadian yang cukup memalukan tadi, rasanya begitu menjengkelkan, tak ingin membayangkan hal itu, beberapa kali ku tepok kepalaku untuk menenangkan fikiran ku yang sangat kacau ini.
"Salwa?" panggil Gafin dari kejauhan, dia salah satu teman sekelasku kami sempat akrab namun terasa asing lagi saat kami berbeda kelas.
"Eeh! fin, kamu gak dijemput?" tanyaku, meski jujur saja aku sedikit malu dengannya akibat kejadian tadi.
"Gak, hari ini mami aku lagi sibuk, jadi gak sempat jemput aku" jawabnya pelan.
"Ouuum!" aku tak mau terlalu banyak berbicara, aku sangat takut jangan sampai terkhilaf kata kami akan membahas tentang kejadian tadi.
"Aku tahu kok kamu sedang mengagumi kak Qiyas, tapi dengan caramu yang seperti tadi, kamu tidak hanya mempermalukan dirimu sendiri, tapi juga kak qiyas!!!" aku sangat tertampar dengan ucapannya, mungkin maksud dia ingin menghampiriku hanya sebatas memberiku tamparan kata.
******
Dikamar yang tak banyak pernak-pernik itu, kucoba untuk memejamkan mata, namun tetap saja aku terus dihantui dengan rasa bersalah tak banyak berfikir lagi, segera ku langkahkan kaki menuju ruang tengah, disana terdapat sebuah komputer legend milik abi, meskipun komputer itu terlihat sangat tua, namun masih bisa difungsikan dengan baik.
Akupun segera membuat alibi dengan mengirimkan beberapa pertanyaan tentang materi ekonomi, seketika ku ketik alamat email kak Qiyas yang sempat kutulis pada secuil kertas, tak tanggung-tanggung segera ku kirim pesan tersebut, dengan harapan semoga saja dia mau mereply emailku.
Hampir satu jam sudah ku duduk termenung didepan komputer, namun tak satupun terlihat balasan email kak Qiyas yang masuk, aku sangat paham mungkin saja dia masih marah atas sikapku tadi, benar kata gafin mungkin dia merasa sedang dipermalukan atas jawaban konyol ku itu.
Dengan segera ku tekan tombol turn off pada komputer legend itu, lalu begegas kembali ke kemar, kupaksakan mata ini untuk terpejam dengan menyimpan bantal diatas wajahku, semakin berputar nya waktu, yang kurasakan saat ini aku mulai terlelap.
"Salwa! Salwa! bangun sholat ashar, udah adzan tuh" terdengar suara umi membangunkan ku, namun mataku terasa sangat berat untuk ku buka, terus saja umi membangunkan ku namun lagi-lagi aku hanya bergerak tak menentu sambil kedua tanganku menggaruk-garuk kepalaku, dengan terpaksa umi menarik ke dua tanganku dan saat itu akupun terduduk dengan mata yang masih saja terpejam.
"Salwa kamu kenapa Nak tidur sampai gak tau waktu, emang semalam Salwa begadang?" tanya umi.
Tak menjawab pertanyaan umi, segera ku langkahkan kakiku untuk berwudhu, usai sholat, ku buka lagi komputer legend abi, sudah pasti tujuanku untuk melihat balasan email dari kak Qiyas, namun hasilnya tetap nihil.
"Gak apa-apa salwa, dia kan sibuk, mungkin besok dia akan reply" gumamku lirih sambil berusaha menguatkan hati.
Eeeiiiittts..🙋Kasih Like👍 dan Komentar🤬 dulu sebelum next ke episode berikutnya😊🧐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments