*Perpisahan
Tak terasa dua minggu sudah waktu terlewati, itu artinya bahwa hari ini merupakan hari terakhir pertemuan dengan kak Qiyas dalam les privat ini, apakah mungkin aku masih punya keberuntungan lagi untuk bertemu dengannya? Aku bahkan tak bisa memberikan kesan yang baik diingatannya, pertemuan hari ini tentunya lebih pendek dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, tidak ada lagi materi yang diberikan melainkan ia datang hanya untuk melakukan evaluasi terkait pembelajaran kami selama dua minggu ini dan hasilnya nanti ia akan umumkan lewat email.
Kami diberi waktu selama satu jam untuk menyelesaikan soal sebanyak 50 nomor, entah kenapa kali ini aku sedikit merasa enteng dalam mengerjakannya, mungkin saja aku benar-benar menyimak dengan baik selama kak Qiyas menerangkan semua materi-materi itu, seketika akupun tersenyum saat menatap soal-soal yang sebagian besar aku tau jawabannya, namun hal yang manusiawi jika ada beberapa soal lagi yang membuatku sedikit menggaruk kepala.
"Waktu habis, ayok dikumpulkan semua lembar jawabannya" ujar kak Qiyas mengingatkan.
Para siswa segera berebutan berlari ke depan untuk mengumpulkan lembar jawaban, sementara aku hanya dengan langkah yang tertatih seakan tak ada gairah hidup, tepat berhadapan dengan kak Qiyas yang tengah duduk sambil merapihkan lembaran-lembaran ujian yang sudah terkumpul itu, dengan pelan ku sedorkan lembar ujianku namun seperti biasa jangankan berbicara, melihatku saja rasanya tak sudi, anggapku seperti itu.
"Tentunya saya akan merindukan kalian semua!" ucapnya menutup kata, aku sedikit tak menyukai kata-kata seperti itu.
Kucoba tenangkan diri dengan menarik nafas dalam beberapa kali, setelah itu terlihat suasana sedih dan haru saat kak Qiyas menyampaikan kesan dan pesannya untuk kami, tak lupa ia selipkan harapan besar terkait nilai semester kami nantinya, saat ia tengah berpamitan saat itupun air mataku mulai menetes membasahi ke dua pipi, bukannya lebay tapi aku memang tak ingin berpisah dari kak Qiyas, saat ini tak berhenti ku salahkan waktu yang terlalu cepat berputar hingga semua kejadian mulai berubah jadi kenangan.
Aku keluar dari kelas seraya diam-diam menyusul kak Qiyas dengan tatapan mata yang bergulir kesegala arah, takutnya ada siswa lain yang mencurigai aksi konyolku ini, beberapa kali aku berusaha mengintip pergerakannya dari kejauhan yang tengah menuju mobilnya dihalaman parkiran, tentu saja aku tak berani menghampirinya secara langsung karena saat ini ia tengah dikawal oleh dua orang satpam sekolah.
Sesaat sebelum kak Qiyas masuk kemobil, ia sempat mengobrol kecil dengan ke dua satpam tersebut seperti tengah menyampaikan salam perpisahan satu sama lain, setelah selesai ke dua satpam itupun bergegas pergi darisitu, menyadari mereka akan melintas kearahku sontak aku langsung memperbaiki posisi lalu bersembunyi dibalik tembok, setelah aman aku kembali mengintip ke area parkiran sekedar memastikan situasi, sayangnya harapanku tak semulus kulit semangka.
Masih ditempat yang sama, ku amati kak Qiyas yang kembali berbicara dengan seseorang yang ada didalam mobil, sampai orang tersebut mulai turun dari mobil yang ternyata ia adalah seorang wanita, dengan ciri-ciri bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat dengan rambut lurus hitam panjangnya hanya sebahu, ia juga memakai kacamata riben, keduanya lalu bertukar kursi, aku tak bisa menerawang dengan jelas siapa wanita itu.
“Siapa tuh? Pacarnya kah?” Batinku penasaran, namun yang pasti aku mendadak cemburu buta, mendadak putus asa dan langsung mengurungkan niat untuk bertemu dengan kak Qiyas.
*****
Sore itu umi hendak menyuruhku mengambil sisa dagangan kue yang ia titipkan di warung tetangga, aku sedikit tercengang saat melihat dua box kue dagangan umi yang masih tersusun di lemari kaca seakan tak tersentuh oleh pelanggan.
"Nih uangnya, dagangan ibu kamu hanya laku sepuluh ribu hari ini!" ujar pemilik warung tersebut.
"Iya makasih pak!" balasku pelan.
Aku duduk sejenak, memikirkan dagangan umi yang masih banyak ini, seketika terbesit di otakku saat ini bagaimanapun caranya semua kue-kue ini bisa habis terjual, tak berlama-lama lagi segera kutapaki panjangnya jalan raya, tepat di simpang empat, ku coba tawari satu demi satu para pengendara yang saat ini sedang menunggu lampu hijau, beberapa dari mereka membeli daganganku dan beberapa lainnya terlihat acuh bahkan tak berniat untuk membelinya.
"Salwa? Salwa?" terdengar dari kejauhan seperti ada yang tengah menyapa, segera kugulirkan pandangan ini ke segala arah, hingga terhenti pada sebuah mobil mewah, dari kejauhan terlihat suster Kiran yang tengah melambaikan tangan, sambil tersenyum kecil kearahku.
“Sini…” dengan penuh semangat aku berlari kencang menghampirinya.
"Suster Zakiran?" Ucapku dengan suara yang engap.
"Salwa kamu ngapain disana?" tanyanya dengan lembut sembari memerhatikan dagangan kue yang hendak ku pegang saat ini.
"Ini sus aku lagi jualan!"
“Jualan apa?”
“Ini, jualan kue sus”
"Sus, sas, sus, sas, panggil kak Kiran aja inikan bukan di rumah sakit" Aku hanya tertawa kecil mendengar ucapan suster Kiran barusan,
“Ini semua dagangan Umi?” Lanjutnya, yang langsung kubalas dengan anggukan kepala, titihan peluh yang terus berjatuhan sesekali ku usap dengan telapak tangan.
"Ya udah, Salwa hitung semuanya berapa, kak Kiran beli semuanya" ucapannya sungguh membuat penat dan letih seakan hilang seketika.
“Hah? Serius kak Kiran mau beli semua?”
“Hu’um!” Seperti baru saja menerima mood bosster, dengat semangat menggebu-gebu langsung ku buka tutup box kue itu lalu menghitung jumlahnya dengan teliti.
"Semuanya seratus lima puluh ribu kak!" jawabku sembari menyedorkan semua kue-kue itu, kak Kiran yang masih saja sibuk mengambil uang didompetnya, tiba-tiba ia meminta tolong pada seorang pria yang duduk tepat disampingnya untuk mengambil semua kue yang kusedorkan saat ini.
Pria yang sejak tadi tak kuhiraukan itu, tiba-tiba menampakkan diri dengan jelas dihadapanku, sungguh jantungku seakan tertumbuk sejuta pukulan, mataku langsung membulat tak percaya saat mengetahui pria itu ternyata kak Qiyas, sialan aku mulai dag dig dug tak jelas lagi, tanganku dengan kentara memerlihatkan gerakan yang tak beraturan saat memegang box itu.
“Eh pak Qiyas?” Aku menyapa dengan suara yang gemetar, namun teringat akan sesuatu aku kembali menatap fokus ke outfit yang dikenakan suster Kiran saat ini, benar saja wanita yang tadi kulihat diparkiran sekolah bersama kak Qiyas ternyata suster Kiran.
“Iya..” kak Qiyas menyahut, sambil tersenyum satu detik kearahku seraya mengambil semua kue yang aku sedorkan itu.
“Jadi kalian sudah saling kenal?” Tambah suster Kiran yang ternyata juga ikut menyimak.
"Iya” aku langsung menyahut.
”Kenal dimana?”
“Pak Qiyas-kan ngajar les privat disekolahku kak!”
“Ow yah?”
“Berarti yang tadi itu sekolahnya dia dong?” Lanjut suster Kiran bertanya serius kearah Qiyas, namun reaksi yang ditunjukkan Qiyas seperti tak terlalu mengenali wajah Salwa.
“Mungkin”
“Loh kamu kok gak tau sih, siswa siswa kamu!”
“Aku mana hafal, siswa privatku kan banyak”
“Owh, Jadi pak Qiyas ini adiknya suster Kiran yah?" tanyaku yang spontan menyimpulkan, sontak kak Qiyas dan suster Kiran kompak menatap kearahku dengan reaksi kaget.
"Ahm, bu…bukan!” Jawab suster Kiran agak gelagapan.
“Hmm?”
“Dia...dia pacar kak Kiran!" ucapnya dengan senyum yang terlihat sedikit aneh.
"Ow yah?" aku sangat terkejut, mulutku menganga untuk beberapa saat, rasanya seperti mimpi yang masih abu-abu tapi terlihat nyata, baru saja aku merasakan terbang dalam kebahagiaan namun kali ini aku terjatuh lagi, seketika wajahkupun berubah menjadi lesuh dengan mata yang sayu tak bersemangat ku alihkan tingkahku dengan menyusun kembali box-box yang sudah kosong itu ke dalam parsel.
"Salwa, nih uangnya, kak Kiran jalan dulu yah?" ia sedikit mengejutkanku lagi-lagi aku hanya mengangguk seakan tak habis fikir dengan semua ini.
Badanku masih saja terasa dingin, serasa baru saja aku ditimpa besi seberat 37 kg hingga meremukkan semua tulang belulangku, yang aku tahu jarak usia mereka terpaut lima tahun tentunya kak Kiran jauh lebih dewasa dari kak Qiyas, kali ini akal sehatku seakan tak berfungsi, bagaimana bisa orang seperti kak Kiran harus memacari seorang berondong, apa karena dia silau dengan hartanya, ketampanannya atau mungkin ketenarannya, rasanya kisah cinta seperti ini hanya orang buta yang berani mendefinisikan sebagai cinta yang tulus.
Eeeiiiittts..🙋Kasih Like👍 dan Komentar🤬 dulu sebelum Next ke Episode berikutnya😊🧐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Xixi
pasti sakit hati bangett tuh
2020-11-02
3