*Perpisahan
Tak terasa dua minggu sudah waktu terlewati, pertanda bahwa hari ini juga hari terakhir pertemuan ku dengan kak Qiyas dalam les privat ini, apakah mungkin aku masih punya keberuntungan untuk bertemu dengannya lagi.
Pertemuan hari ini tentunya lebih singkat dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, tidak ada lagi materi yang diberikan melainkan ia datang hanya untuk melakukan evaluasi terkait pembelajaran kami selama dua minggu ini dan hasilnya nanti ia akan umumkan lewat email.
Kami diberi waktu selama satu jam untuk menyelesaikan soal sebanyak 50 nomor, entah kenapa kali ini aku sedikit merasa enteng dalam mengerjakannya, mungkin saja aku benar-benar menyimak dengan baik selama kak Qiyas menerangkan semua materi-materi itu, seketika akupun tersenyum saat menatap soal-soal yang sebagian besar aku tau jawabannya, namun hal yang manusiawi jika ada beberapa soal lagi yang membuatku sedikit menggaruk kepala.
********
"Waktu habis, ayok dikumpulkan semua lembar jawabannya" ujar kak Qiyas mengingatkan
Sontak yang lainnya segera berebutan berlari ke depan untuk mengumpulkan lembar jawaban, sementara aku hanya dengan langkah yang tertatih seakan tak ada gairah hidup, tepat berhadapan dengan kak Qiyas yang tengah duduk sambil merapihkan lembaran-lembaran ujian yang sudah terkumpul itu, dengan pelan ku sedorkan lembar ujianku namun seperti biasa jangankan berbicara, melihatku saja rasanya tak sudi, anggapku seperti itu.
"Tentunya saya akan merindukan kalian semua!" ucapnya menutup kata, seketika jantungku berulah lagi dengan pelan ku pegang dadaku yang terus berdebar itu, kucoba tenangkan diri denga menarik nafas dalam, setelah itu terlihat suasana sedih dan haru saat kak Qiyas menyampaikan kesan dan pesannya untuk kami, tak lupa ia selipkan harapan besar terkait nilai semester kami nantinya, saat ia tengah berpamitan saat itupun air mataku mulai menetes membasahi ke dua pipiku, saat ini tak berhenti ku salahkan waktu yang terlalu cepat berputar hingga semua kejadian mulai berubah jadi kenangan.
Dengan berlari kecil ku coba menghampiri kak Qiyas yang dikawali dua orang bodyguard tengah menuju mobilnya dihalaman parkiran belakang, belum sempat ku sapa, dari kejauhan tampak seorang wanita yang tengah menghapirinya, dengan berat hati ku urungkan niatku untuk bertemu dengannya, aku hanya bisa menatap mobilnya dari kejauhan hingga sudah tak terlihat lagi.
Tanpa kata maaf yang berani terucap dari mulutku perpisahan itu terjadi begitu saja, ku ingat-ingat lagi kilas balik saat aku bertemu dengan kak Qiyas, maka semakin besar pula rasa bersalah ini terhadapnya, dengan lancang aku hanya bilang mungkin karena aku terlalu pandai dalam berbuat kesalahan dan aku terlalu takut untuk meminta maaf.
********
Sore itu umi hendak menyuruhku mengambil dagangan kue yang ia titipkan di warung, aku sedikit tercengang saat melihat enam box kue dagangan umi yang masih tersusun di lemari kaca seakan tak tersentuh oleh pelanggan.
"Nih uangnya, dagangan ibu kamu hanya laku sepuluh ribu hari ini!" ujar pemilik warung tersebut.
"Iya makasih pak!" balasku pelan.
Aku terduduk sejenak, memikirkan dagangan umi yang masih banyak ini, seketika terbesit di otakku saat ini bagaimanapun caranya semua kue-kue ini bisa habis terjual, tak berlama-lama lagi segera kutapaki panjangnya jalan raya, tepat di simpang empat, ku coba tawari satu demi satu para pengendara yang saat ini sedang menunggu lampu hijau, beberapa dari mereka membeli daganganku dan beberapa lainnya terlihat acuh bahkan tak berniat untuk membelinya.
"salwa? salwa?" terdengar dari kejauhan seperti ada yang menyapaku, kuarahkan pandanganku ke segala arah, hingga pandanganku terhenti pada sebuah mobil mewah dari kejauhan terlihat suster kiran yang tengah melambaikan tangannya dengan segera ku berlari menghampirinya.
"Suster Zakiran yeah?" ucapku sembari menundukkan kepala.
"Salwa kamu ngapain disana?" tanyanya dengan lembut sembari memerhatikan dagangan kue yang hendak ku pegang saat ini.
"Huw huw huw! ini suster aku lagi jualan!" ucapku sedikit ngos-ngosan.
"Gak usah panggil suster inikan bukan di rumah sakit, panggil kak Kiran aja, ini semua dagangan Umi?" tanyanya lagi, akupun membalasnya dengan anggukan kepala yang penuh dengan titihan peluh yang terus berjatuhan sesekali ku usap dengan telapak tanganku.
"Ya udah, Salwa hitung semuanya berapa, kak Kiran beli semuanya" ucapannya sungguh membuat penat dan letih seakan hilang seketika.
"Semuanya seratus lima puluh ribu kak!" jawabku sembari menyedorkan semua kue-kue itu, kak kiran yang masih saja sibuk mengambil uang didompetnya, tiba-tiba ia meminta tolong pada seorang pria yang duduk tepat disampingnya itu untuk mengambil semua kue yang kusedorkan saat ini, sungguh jantungku seakan tertumbuk sejuta pukulan, saat mengetahui pria itu ternyata kak Qiyas.
Saat kak Qiyas mengambil semua kue itu, tak kata yang diucapkannya namun dia menyuguhkan sedikit senyuman kepadaku, seketika aku langsung menunduk semabari kupejamkan sedikit mata ini, faktanya aku memang tidak sanggup untuk melihat senyuman manis yang allah titipkan padanya, lagi-lagi aku terlihat salah tingkah dibuatnya.
"Ouw! jadi kak Qyas ini adiknya suster Kiran?" tanyaku spontan dengan tingkah yang sedikit kegirangan.
"Aaam! bukan, dia ...dia pacar kak Kiran!" ucapnya dengan senyum yang terlihat sedikit aneh.
"Ouw yah!" aku sangat terkejut, rasanya seperti mimpi yang masih abu-abu tapi terlihat nyata, baru saja aku merasakan terbang dalam kebahagiaan namun kali ini aku terjatuh lagi, seketika wajahkupun berubah menjadi lesuh dengan mata yang sayu tak bersemangat ku alihkan tingkahku dengan menyusun kembali box-box yang sudah kosong itu ke dalam parsel.
"Salwa! nih uangnya, kak Kiran jalan dulu yah?" ia sedikit mengejutkanku lagi-lagi aku hanya mengangguk seakan tak habis fikir dengan semua ini.
Badanku masih saja terasa dingin, serasa baru saja aku ditimpa besi seberat 37 kg hingga meremukkan semua tulang belulangku, yang aku tahu jarak usia mereka terpaut lima tahun tentunya kak Kiran jauh lebih dewasa dari kak Qiyas, kali ini akal sehatku seakan tak berfungsi, bagaimana bisa orang seperti kak Kiran harus memacari seorang berondong, apa karena dia silau dengan hartanya, ketampanannya atau mungkin ketenarannya, rasanya kisah cinta seperti ini hanya orang buta yang berani mendefinisikan sebagai cinta yang tulus.
Eeeiiiittts..🙋Kasih Like👍 dan Komentar🤬 dulu sebelum Next ke Episode berikutnya😊🧐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Xixi
pasti sakit hati bangett tuh
2020-11-02
3