Episode 15

*Ternyata Dia

"Mbak white cofeenya satu yah?" teriak salah satu pelanggan padaku, hari ini sangat ramai pengunjung, aku cukup kewalahan bahkan beberapa kali aku sempat salah mengantarkan orderan, sangat jarang ditempat ini akan ramai pelanggan seperti ini, tentunya suasana beginilah yang paling dinanti oleh semua pekrja disini, bukan apa-apa sih, setidaknya upah yang kita perolah juga bisa sedikit bertambah dari biasa.

"Permisi!" terdengar sapaan datar dari seorang pelanggan wanita di depan sana, yang langsung di sahuti oleh salah satu pelayan disini, namanya Lisya dengan suara yang ramah.

"Iya mbak!"

"Mana pemilik kafe ini?"

"Aam...silahkan duduk dulu mbak, di meja sudah tersedia buku menu, barangka..." tiba-tiba pelanggan wanita tadi memotong ucapan Lisya dengan suara tegas hingga mulai memancing perhatian pelanggan lainnya.

"Gak usah, saya kesini bukan mau minum kopi, saya mau ketemu sama bos kamu, mana dia?"

Sejenak ku coba perhatikan wajah pelanggan judes itu dari sini, namun sangat sulit untuk ku terawang wajah pelanggan itu, hingga akhirnya aku tidak terlalu menghiraukan perdebatan mereka, terus saja ku antarkan beberapa orderan cofee yang sudah tersaji di baki yang saat ini masih kupegangi.

"Ok mbak, tapi sebaiknya mbak duduk dulu, kebetulan kami disini punya 5 menu baru dengan harga yang bervariasi dan..."

"Saya tanya bos kamu mana? kamu ngerti gak sih dengan pertanyaan saya? kok bisa ya orang seidiot kamu dipekerjakan disini?" lagi-lagi wanita itu bertingkah galak dan sombong dihadapan Lisya yang tengah melayaninya saat ini, tentu saja kebanyakan mata pelanggan disini menyorotinya dan sebagian lainnya bahkan merasa tidak nyaman dengan kehadiran wanita itu.

Sontak fokus pak Gege mulai teralihkan, dan langsung bergegas menghampiri wanita itu, aku hanya bisa menyaksikan dari kejauhan saja sembari menyedorkan beberapa cangkir cofee lagi di meja bagian sudut, meski tengah berhadapan dengan pak Gege, ia seakan enggan untuk memelankan suaranya, baru saja aku akan berpindah ke meja lainnya tiba-tiba Lisya terlihat menghampiriku sambil bersuara sedikit berbisik.

"Salwa, kamu dipanggil bos!"

“Hah aku?”

“Iya…”

“Tapi ini aku masih ada orderan yang mau diantar ke meja 13…”

“Sini biar aku saja, udah kamu cepetan kedepan” tak banyak kata lagi segera Lisya meraih baki yang saat ini masih kupegangi, dengan dada yang mulai berdebar-debar akupun bergegas menghampiri pak Gege.

“Iya pak?” Seketika tatapanku mengarah ke wanita itu, sumpah aku sangat terkejut kenapa bisa anak sulung pak Fahri sampai nekad mendatangiku disini, meskipun ini kali ke dua aku bertemu dengannya namun masih terekam jelas wajah angkuhnya itu di ingatanku.

"Salwa, kamu kenal dengan wanita ini?" dihadapan pak Gege ku anggukan kepala dengan sedikit ragu-ragu.

"Saya boleh bawa dia keluar sebentar gak?" dengan lagaknya ia melontarkan pertanyaan itu pada pak Gege, sebaliknya pak Gege belum langsung menanggapi pertanyaannya.

“Bisa gak? Cepatanlah pak, saya gak bisa lama-lama disini” Pak Gege menatap cukup sinis.

“Ini masih jam kerja…” Bahkan orang sabar seperti pak Gege saja kelihatannya sudah mulai bertanduk saat menghadapi sikap minus calon kakak iparku itu.

"Ouw masih jam kerja? Ya udah nanti saya bayar deh sisa waktunya, anda butuh berapa perjam-nya?" Sambil mengelurakan dompet hitam dari tasnya, kak Sheila terlihat begitu serius atas ucapannya, sementara aku hampir pingsan mendengar kata-katanya tersebut, pun pak Gege tak memberikan respon apa-apa lagi terhadapnya.

"Pergi Salwa, jangan buat keributan disini!" dengan pelan pak Gege menyampaikan kalimat itu padaku, lalu buru-buru beranjak meninggalkan kami.

Seketika itu, kak Sheila langsung menarik paksa lenganku untuk bergegas menuju mobil, iapun membawaku disalah satu restoran mewah, yang sudah pasti tempat-tempat seperti ini sudah menjadi kegemaran orang-orang berduit seperti mereka, setelah mendapatkan meja ia lalu memesan makanan dan minuman, karena aku tidak terlalu tau tentang makanan-makanan Sultan seperti ini, akupun ikut menyamakan menu serupa dengan menu makanannya.

"Oke, uhuum to the point aja, kamu butuh duit berapa banyak? biar kamu mau batalkan perjodohan itu? tenang aja aku langsung transfer sekarang kok ke rekening kamu" serasa kalimatnya makin kurang ajar saja ia lontarkan terhadapku.

"Huum! maaf kak, saya tidak butuh uang dari kakak, saya masih bisa bekerja kok untuk mendapatkan uang sendiri”

"Huum bullshit! Gak butuh uang? Serius kamu?" dengan cepat ia menyambar ucapanku, sambil menebarkan senyum meremehkan.

“Iya sih selain jadi pelayan kopi, job terbaru kamu sekarangkan jual diri ke papah saya, biar bisa nikah dengan adik saya, sekalian deh numpang hidup” cukup keterlaluan, dadaku semakin meletup-letup saja mendengar kalimat hinaan itu, memangnya dia pikir aku ini perempuan seperti apa?

“Astaghfirullahaladzim, maaf ya kak saya gak serendah itu, lagipula saya gak pernah menginginkan perjodohan ini”

“Ow yah? Ya udah tinggal dibatalin aja gampang kan?” Timpalnya, sementara aku jelas tak punya wewenang untuk membatalkan perjodohan ini kecuali abi, dan sudah pasti itu akan sulit terjadi.

"Kenapa diam? Kamu ya, sudah susah, sok-sok'an lagi, kamu pikir saya gak tahu, berapa abi kamu menjual diri kamu pada papah saya, seharga biaya rumah sakit kakak kamu kan?" serasa ucapannya penuh cabai semua, bahkan kedua bola mataku mulai berkaca-kaca.

"Kamu pikir adik saya suka sama kamu? Ngaca deh…"

"Sadar…kamu tuh cuma pelayan cofee, kamu pikir orang seperti kamu pantas bersanding dengan adik saya? huuft...gak pantes sama sekali tau gak?" terus saja ia berteriak di telingaku tanpa berfikir malu saat semua pelanggan mulai menyoroti kami.

"Batalkan perjodohan itu, atau kamu akan lebih menderita dari pada ini!" daun telingaku serasa menggigil mendengar ungkapan kasarnya itu.

*****

Tepat pada pukul 13.00, WIB aku baru saja sampai di rumah, dengan wajah yang datar aku terus saja memikirkan ucapan kak Sheila tadi, rasanya beban hidupku semakin bertambah, saat aku akan bergegas kekamar ternyata umi yang kebetulan tengah menikmati makan siang dengan abi didapur mulai menyadari kedatanganku.

"Salwa?”

“Hmmm…” kusahuti umi dengan suara yang tak bertenaga.

“Sini nak, makan…" ajak umi, meski tengah tak bernafsu untuk makan, tetap saja kuhampiri umi disana.

"Salwa udah kenyang mi!" ujarku pelan, sembari mengambil tempat duduk, sepertinya ini saat yang tepat untuk membahas kembali tentang perjodohan ini, mungkin saja abi akan berubah pikiran atas keputusan yang tentu banyak menaruh luka hati dibeberapa orang, termasuk aku sendiri.

“Loh makan dimana?”

“Tadi ditraktir sama temen, umi…”

“Owh…”

Dengan ragu-ragu, kuperhatikan abi yang sejak tadi hanya fokus dengan santapannya, ia bahkan tak melontarkan satu bait kalimat padaku, mau tidak mau aku yang harus memberanikan diri untuk memulai pembicaraan ini.

"Bi?”

“Humm?” Abi mendongak ke arahku, namun tak lama.

“Apa abi serius mau melanjutkan perjodohan ini?" tukasku sedikit serius, sontak abi berhenti mengunyah, lalu menghembuskan nafas cukup keras sambil menatapku cukup dingin.

"Salwa? kenapa tiba-tiba tanya abi seperti itu?"

"Abi, Salwa rasa mereka gak suka dengan Salwa bi, lagi pula coba abi pikir, orang kaya seperti mereka gak akan pernah cocok dengan orang susah seperti kita bi!"

”Mereka itu siapa? Kamu gak liat gimana baiknya pak Fahri kemaren?” Abi mulai meninggikan suara.

“Tapi bi…”

"Salwa!" lagi-lagi abi berteriak lantang dihadapnku, rasanya berbicara dengan abi memang tidak akan pernah ada solusi, yang ada hanya semakin membuatku sakit hati saja, seketika itu akupun bergegas menuju kamar.

"Kring..kring..kring..!" dering telponku terus saja berbunyi, seketika ku amati layar handphone tertera 12 angka tapa nama yang tak ku kenali, kubiarkan saja terus berdering tanpa satupun panggilannya ku jawab, namun semakin lama aku semakin risih dengan nomor baru yang terus saja menelpon itu, dengan perasaan geram ku jawab panggilannya.

"Hallo, Assalamu'alaikum!"

"Waalakumsalam!" terdengar suara seorang pria yang baru saja menyahutiku, sontak ku kernyitkan kening seraya memungkiri tidak mungkin pria di balik telpon ini ialah Arief, suaranyapun berbeda jauh dengannya.

"Dengan siapa nih?"

"Ini saya..." sahut pria itu, yang semakin membuatku naik pitam saja.

"Saya? saya siapa?" tegasku.

"Nuge" tuturnya singkat, merasa tak mengenali nama itu, akupun semakin meninggikan suara.

"Nuge siapa?"

"Saya anaknya pak Fahri, kamu Salwa kan? yang rencananya akan di jodohkan dengan saya?"

"Ouw, kenapa?" jawabanku seakan menepis dua pertanyaannya barusan.

"Saya di depan rumah kamu sekarang, ada beberapa hal yang mau saya omongin langsung sama kamu" pintanya sedikit membuatku geleng-geleng kepala, pikirku seketika, tidak kakak tidak adik semuanya sama saja.

"Kamu gak punya sopan santun ya? udah didepan kenapa gak masuk?" ujarku dengan nada yang sedikit kasar.

"Oke" tuturnya seraya mengakhiri obrolan, mengetahui laki-laki itu ada didepan rumah, segera ku perhatikan penampilanku pada cermin lemari yang hanya sepotong itu, tak lupa ku taburi sedikit bedak pada wajahku, jujur saja aku cukup penasaran dengan tampang laki-laki itu.

"Assalamu'alaikum!" Pria itu mulai mengucapkan salam dari luar, yang masih bisa kudengar dari arah kamar, sontak jantungku mulai berdebar-debar, rasanya saat dia sudah ada disini aku semakin tak punya nyali untuk menemuinya.

“Walaikumsalam…” umi menyahut, seraya menghampiri pria itu didepan pintu.

“Siapa ya?” Tanya umi, jelas saja umi tak mengenalinya, karena selama ini kami hanya mendengar desa desus pria itu hanya dari cerita pak Fahri saja.

“Saya Nuge, bu…”

“Nuge? Owh Nuge anaknya pak Fahri?”

“Iya bu”

“Ya ampun, sini, sini, masuk nak…” umi cukup bersemangat menyambut dia, dengan sikap sungkan umi langsung menyilahkan pria itu untuk duduk dikursi kayu.

“Bentar ya, umi panggilin Salwa dulu” ia hanya mengangguk kecil seraya tersenyum pada umi.

"Salwa?” Teriak umi dari luar sambil mengetok pintu kamar.

“Iya umi…”

“Ayo sini nak, cepetan ada tamu istimewa yang datang nih"

“Iya, bentar umi”

Namun tak beberapa lama, umi kembali mengetuk seraya terus memanggil dibalik pintu, sementara yang aku lakukan disini hanyalah berdiri duduk dan duduk berdiri sembari mondar-mandir tak menetu, namun akhirnya akupun mencoba untuk menemuinya, saat pintu kubuka, umi langsung menggeleng kepala.

“Ngapain sih didalem? Tuh calon suami udah lama nunggu…” pungkas umi, yang tak kuhiraukan.

Tubuhku tepat berada diruang tamu, tiba-tiba saja langkahku terhenti, saat melihat dengan jelas wajah laki-laki itu yang saat ini tengah bercengkrama dengan abi, sesekali kucoba tepok kedua pipi mungkin saja aku tengah bermimpi, seketika itu pandangannyapun tak sengaja mengarah padaku, aku semakin gerogi dibuatnya, rasanya segala sesuatu yang kulakukan saat ini terlihat serab salah.

"Salwa? kok berdiri disitu sih, ayo sini duduk" panggil umi yang sudah lebih dulu mengambil tempat dudukdisitu, dengan senyumannya yang merekah-rekah, seketika akupun begegas mengambil tempat duduk disamping umi.

"Ya udah kalian ngobrol-ngobrol dulu ya, umi sama abi mau ke belakang bentar, ayo bi…" umi sedikit ngeles untuk memberikan kami waktu.

"Sepertinya saya kenal dengan kamu?" dengan ekspresinya yang masih saja terus berpikir itu, semakin membuatku salah tingkah bahkan pandanganku beberapa kali kuarahkan ke tempat lain untuk mengalihkan rasa gerogiku ini.

"Ouw ya? kakak masih mengenali ku?" tanyaku sedikit girang

"Kalau gak salah, kamu penjual kue yang waktu itu kan?" yang benar saja, apa iya yang tersisa di ingatannya tentangku hanya sekilas itu.

"Hehe iya kak!" ucapku sedikit malu.

"Panggil Qiyas aja!"

"Jujur saja, maksud kedatangan saya kesini, saya mau minta tolong sama kamu, tolong pikirkan lagi masalah perjodohan ini, saya yakin kamu pasti kenal dengan Kiran, sampai saat ini saya masih mencintai wanita itu, dan saya sangat mencintai dia" tatapannya terlihat sangat tulus ia memohon padaku, namun setelah aku mengetahui laki-laki itu adalah kak Qiyas fathir anugerah, orang yang selama ini aku impi-impikan yang dulu sempat ku sangka sebuah angan yang sia-sia, jujur saja aku mulai menyukai rencana perjodohan ini, namun dalam hati masih bertanya-tanya, apakah berlian ini pantas bersanding denganku yang layaknya butiran pasir di malam hari.

****Coba deh readers kalau misalkan kalian berada diposisi salwa, kira-kira apa keputusan kalian?

kasih pendapat kalian dibawah yah🤗****

Terpopuler

Comments

Feni Andriyani

Feni Andriyani

q tetap pada Arif.. lope you sekeboon...

2024-03-02

0

Marhamah

Marhamah

thor berilah Salwa jodoh yg super masyaa allah.udah cukup penderita'an ya thor

2020-11-03

1

Yulia Astutik

Yulia Astutik

kalau gitu thor pertemukan salwa dg orang yg tulus mncintsinya

2020-05-16

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!