Mimi Si Gadis Bayi

Mimi Si Gadis Bayi

Bertemu Dengan Calon Ibu

...****************...

Dinar duduk sendiri disebuah kafe halaman pada malam hari tepat pukul 20.00. ditemani dengan secangkir kopi susu hangat & camilan berupa kentang goreng. Gadis cantik berkulit putih ini memiliki rambut pendek sebahu bewarna pirang keemasan tertiup angin sepoi-sepoi. Tubuhnya yang kurus dengan buah dada yang berukuran sedang, tertutupi kaos putih lengan pendek bergaris hitam. Juga celana jeans pendek berwarna biru tua dan bersepatu kets warna putih. Membuat lengan dan kakinya tampak terlihat putih mulusnya.

Suasana kafe yang tak terlalu ramai, malam juga cukup dingin, agak mendung, tak ada satupun bintang dan bulan. Wajah Dinar menunjukkan sikap jenuh, menunggu sahabat yang hingga saat ini belum datang.

"Hai Dinar, maaf baru datang, nih!" Tiba-tiba Putri datang dari belakang menghampiri Dinar, kemudian langsung duduk di kursi menghadap Dinar.

Putri yang berkulit putih berambut panjang lurus sepinggang agak sedikit keriting bewarna hitam, mengenakan jaket kain berwarna biru yang menutupi tubuh kurusnya dan berbuah dada berukuran kecil. Juga celana panjang warna hitam beserta sepatu kets berwarna biru. Gadis cantik ini nafasnya tampak berhembus kencang karena baru saja datang tergesa-gesa.

"Lama banget kamu! Ada satu setengah jam aku nungguin kamu disini. Hampir aja aku pulang!" Kata Dinar dengan wajah kesalnya.

"Waduh, maaf ya! Maklum tadi ada sesuatu yang penting. Dan hari ini aku mau ceritakan sama kamu." Jawab Putri dengan senyum manisnya.

"Apaan?" Tanya Dinar heran

"Tebak donk!" Kata Putri dengan senyuman khasnya.

"Apaan sih! Pake tebak-tebakan segala lagi! Nyebelin banget! Ya udah aku pulang aja!" Dinar langsung berdiri dan seketika Putri langsung memegang tangannya untuk menghalanginya.

"Eh, tunggu! tunggu! tunggu! Wih, gitu aja ngambek nih!" Kata Putri

Dinar kembali duduk dikursinya, "Jadi apaan nih?"

"Hmm.. tadi Aryan temui aku... Hmm.. terus tiba-tiba dia..........." Putri mejelaskan dengan sedikit malu-malu

"Apa? Nembak kamu?" Tebak Dinar

"Hmmm... iya.. dia tadi bilang cinta sama aku.."Jawab Putri dengan wajah sumringah.

"Terus? Kamu terima?" Dinar semakin penasaran.

"Hmmm.. iya!" Jawab Putri dengan wajah malu-malu.

"Jadi, kamu dan Aryan resmi jadian?" Tanya Dinar yang semakin penasaran.

"Ya, aku resmi pacaran sama Aryan." Jawab Putri.

"Wiiihhh...!! Selamat ya...!!" Dinar tampak ikut kegirangan dan langsung memeluk Putri.

Tiba-tiba suara guntur dari langit menggelegar, tanda bakal hujan.

"Tampaknya, bakal hujan nih! Pulang yuk!" Ajak Putri yang mulai cemas.

"Hmmm.. padahal aku baru aja pengen tahu ceritanya gimana kejadian pas Aryan nembak kamu." Kata Dinar dengan wajah cemberutnya.

"Tenang! kan besok hari minggu, malam ini nginap di kost ku aja yuk! Nanti aku ceritakan di kost aja." Ajak Putri lagi.

"Hmmm.. Oke deh!" Dinar langsung bersiap untuk pergi dari bangkunya untuk meninggalkan kafe itu.

"Oh ya, aku numpang sama kamu aja ya! Aku tadi nggak bawa sepeda motor, sepeda motorku masih di bengkel." Kata Putri

"Waduh! Tapi aku cuma bawa satu helm nih. Kamu nggak bawa helm?" Tanya Dinar.

"Aku tadi naik taksi, makanya nggak bawa helm." Jawab Putri

"Jadi gimana nih? Nanti kita ditilang polantas nih kalau kamu aku bonceng nggak pake helm. Ada Polisi mangkal di pertigaan itu." Kata Dinar

"Tenang, kita lewat jalan tembus aja, aku tahu kok jalannya. Aku kadang lewat situ kalau malas pake helm." Ujar Putri.

"Lewat jalan kecil yang sering kamu ceritain itu? Itu melewati hutan. gelap banget kalau malam-malam begini." Dinar agak takut

"Tenang, disitu aman kok! Aku sering lewat situ, kadang sendirian meskipun malam, tapi aman-aman aja, nggak pernah terjadi apa-apa." Kata Putri

"Ok deh, ayo buruan! Nanti keburu kehujanan!" Seru Dinar

Mereka langsung ke arah parkiran menuju sepeda motor milik Dinar yang diparkir. Setelah berada didepan motornya, Dinar langsung menyalakan mesin motornya, dan Putri langsung duduk dibonceng dibelakang Dinar. Ketika semuanya siap, mereka langsung bergegas meninggalkan kafe menuju kost milik Putri melewati jalan kecil kearah hutan agar cepat sampai hingga tidak kehujanan.

...****************...

Ditengah perjalanan, Dinar yang mengendarai sepeda motor pun melirik keadaan sekitar. Tak ada satupun rumah penduduk dan lampu jalanan disekitarnya. Hanya cahaya lampu sepeda motornya yang mereka andalkan untuk digunakan cahayanya. Kanan dan kiri hanya dipenuhi pepohonan rimbun. Suasana semakin gelap membuat hati Dinar menjadi deg-degan. Dinar langsung tancap gas sepeda motornya lebih kencang lagi agar bisa segera melewati jalan itu.

Tak lama kemudian, hujan datang seketika dengan sangat deras membahasi pepohonan, jalanan, hingga tubuh mereka.

"Duh, hujan nih! Gimana dong??" Dinar tampak kebasahan, dan menyulitkan pandangan matanya karena wajahnya diguyur air hujan.

"Ya udah, kita berteduh aja yuk!" Putri pun juga ikut kebasahan karena diguyur air hujan.

"Mau berteduh dimana? Disini nggak ada tempat berteduh!" Dinar semakin kebasahan. Apalagi Dinar hanya memakai kaos dan celana pendek, sehingga lekukan tubuh dan bra di dadanya cukup terlihat karena basah di seluruh tubuhnya.

"Kita cari dulu aja! Dingin banget soalnya!" Tubuh Putri mulai menggigil kedinginan.

Pakaian mereka semua basah Kuyup, sementara hujan semakin deras dan membuat mereka semakin menggigil kedinginan.

Putri melihat seseorang mengenakan jas hujan berjalan kaki dipinggir jalan sambil memegang senter untuk mendapatkan bantuan cahaya sedang berjalan kaki sendirian, "Din, Dinar, coba lihat deh, ada orang dipinggir itu. Ayo kita dekatin!"

"Hah? Nggak salah? Memangnya siapa yang berani jalan kaki ditengah gelap begini sendirian?! Nggak! Nggak berani aku!" Kata Dinar yang terus mengendarai sepeda motornya, meskipun kecepatan sepeda motornya dikurangi karena suasana semakin dingin.

"Kita deketin aja dulu perlahan, siapa tau dia tinggal didekat sini dan ngasih kita tempat buat berteduh sebentar, sampai hujan reda." Kata Putri

"Enggak, ah! Takut! Kita sudah terlanjur basah juga, mending kita tetap jalan aja biar cepat sampai." Jawab Dinar dengan perasaan gelisah.

"Deketin aja dulu! Disini semakin dingin, nih! Aku nggak kuat." Putri mengeluh kedinginan.

"Ah, lemah nih kamu!! Ya deh!" Dinar langsung mengarahkan sepeda motornya, mendekati seseorang yang mengenakan jas hujan tersebut.

"Permisi!" Putri menyapa orang yang mengenakan jas hujan itu.

Orang itu langsung menoleh kearah mereka, ternyata orang yang mengenakan jas hujan itu adalah seorang wanita berkulit hitam, berwajah bulat dan gemuk, juga tubuhnya agak tinggi dari mereka. Dari wajah wanita itu diperkirakan berusia 35 tahun keatas.

"Ada apa?" Tanya wanita gemuk berkulit hitam itu.

"Di daerah ini ada nggak tempat yang bisa digunakan untuk berteduh?" Tanya Dinar

"Ayo ikut aja kerumah saya. rumah saya ada diujung sana!" Wanita itu menunjukkan jarinya kearah dalam hutan.

Dinar membisikkan sesuatu ke telinga Putri, "Yakin nih kita berteduh dirumah orang ini?"

"Ya, ikutin aja dulu!"Jawab Putri

"Gimana? Jadi berteduh nggak? Anakku sendirian dirumah. Nggak bisa aku tinggal terlalu lama." Kata Wanita berkulit hitam itu

"Ehm.. ya Bu, jadi kok!" Kata Putri. Sementara itu si Dinar merasa ragu-ragu. Tapi karena kemauan si Putri, terpaksa Dinar mengikuti arah Wanita berkulit hitam yang mengenakan jas hujan itu.

"Ayo ikuti saya!" Ajak Wanita berkulit hitam itu dengan wajah yang sangat dingin. Wanita itu berjalan kaki menuju kedalam semak-semak kecil, dan Dinar yang mengendarai sepeda motornya sambil membonceng si Putri, mengikuti wanita itu secara perlahan.

Hujan terus mengalir deras, bahkan kali ini didampingi suara petir yang cukup keras. Perjalanan cukup jauh, dan tanpa sadar mereka semakin masuk kedalam hutan.

...****************...

Beberapa menit kemudian, tampak sebuah rumah tembok sederhana dari kejauhan. Rumah itu seperti seorang diri dan tidak ada satupun rumah lain selain rumah itu. Rumah itu sangat gelap dan tak ada sedikitpun cahaya lampu yang terpancar.

"Itu rumah saya." Wanita itu menunjuk arah kerumah yang hanya sendirian itu. Tak ada satupun tetangga disekelilingnya. Dan tak ada satupun cahaya lampu yang mengitari.

Mereka semakin mendekati rumah itu, rumah itu tak terlalu besar, temboknya belum diplester hingga masih terlihat tumpukan-tumpukan batu bata. Rumah itu tampak gelap dan tak ada lampu.

Dinar langsung memarkirkan sepeda motornya dihalaman rumah yang hanya beralaskan rerumputan. Kemudian kedua gadis cantik berkulit putih ini langsung menuju teras rumah itu untuk berteduh. Baju mereka yang kebasahan, membuat lekukan tubuh mereka sedikit terlihat.

Wanita berkulit hitam itu langsung membuka jas hujannya, ternyata wanita itu terlihat lebih gemuk setelah melepas jas hujannya, tubuhnya lebih tinggi, tinggi tubuh Dinar dan Putri hanya sebahunya saja jika berdiri sejajar, buah dadanya yang sangat besar terlihat menggumpal dibalik baju daster lusuh dan ada sobekan kecil dibawah ketiaknya yang hijau motif bunga-bunga yang dikenakannya. Pinggulnya pun sangat besar, jika wanita itu berjalan bokongnya tampak terlihat naik turun.

Wanita itu mengambil kunci rumah dari sakunya dan langsung membuka pintu rumahnya.

"Ayo masuk!" Ajak wanita gemuk itu kepada kedua gadis itu.

Dengan pakaian yang basah kuyup, Dinar & Putri masuk kedalam rumah mengikuti Wanita berkulit hitam itu. Tetesan air dari pakaian basah kedua gadis ini berjatuhan kelantai mengikuti arah mereka melangkah.

Didalam rumah itu tampak sangat gelap, wanita itu mengambil korek api dan menyalakan lampu semprong jadul yang berada dipasang setiap dinding ruangan. sehingga rumah itu mulai terang dari cahaya lampu semprong jadul itu.

Dinar berbisik kepada Putri, "What?? lampu semprong? Berarti dirumah ini nggak ada listrik?"

"Waduh, barusan aja aku mau numpang ngeces HP, karena HP ku mati." Kata Putri sambil berbisik juga.

"Sama donk! HPku juga mati, padahal aku mau numpang ngeces HP juga. Mau ngabarin orang tua dirumah, kalau malam ini aku mau nginap di kostmu." Kata Dinar.

Mereka melihat seisi rumah. Rumah itu tampak kumuh, bahkan sofa yang mereka duduki adalah sofa tua yang sangat lusuh dan tampak ada beberapa bagian yang robek, sehingga busa mebel dan rangka kayunya kelihatan.

Beberapa menit kemudian, wanita itu datang kehadapan mereka dengan membawa dua cangkir teh hangat, dan dua lembar handuk yang disandarkan di bahunya. Wanita itu menaruh kedua cangkir itu keatas meja kayu dihadapan kedua gadis itu, kemudian melepas kedua handuk yang bersandar di bahunya untuk dipinjamkan kepada kedua gadis itu.

"Ini ada handuk untuk kalian, pakailah!" Kata Wanita gemuk berkulit hitam itu sambil menyodorkan handuk itu.

Dinar dan Putri mengambil handuk yang di pinjamkan oleh wanita itu, kemudian mengusapkan handuk itu ke rambut, wajah, dan bagian tubuhnya yang basah. Handuk itu sedikit bau dan ada cukup banyak noda bintik hitam yang nggak bakal hilang meskipun dicuci berkali-kali.

"Pakaian kalian basah, saya nggak punya pakaian yang seukuran tubuh kalian. Kalau kalian mau, kalian boleh lepas pakaian basah kalian dan tutupi tubuh kalian dengan handuk aja, biar tubuh kalian nggak kedinginan karena berlama-lama pakai baju yang basah." Kata Wanita itu.

Dinar dan Putri saling menatap sejenak untuk berfikir. Kemudian mereka melepas seluruh pakaian mereka dan menutupinya dengan handuk yang dipinjamkan oleh pemilik rumah itu. Kini kedua gadis itu hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh mereka.

Wanita itu juga meminjamkan jemuran kecil dari bahan aluminium, untuk menjemur pakaian mereka yang kebasahan. Kemudian jemuran yang menampung pakaian basah itu diangkat ke pojok ruangan. Setelah itu mereka kembali duduk di sofa bersama.

"Minumlah tehnya! Biar kalian hangat. Hujannya masih deras diluar." Kata wanita bertubuh gempal itu.

Dinar dan Putri mengambil teh hangat dihadapan mereka dan meminumnya secara perlahan.

"Maaf bu, ibu tinggal disini sendirian?" Tanya Putri

"Aku hanya tinggal berdua dengan bayiku yang baru berusia 7 bulan." Jawab Wanita Gempal berkulit hitam itu.

"Ibu punya bayi? Dimana bayinya bu?" Tanya Putri

"Ada didalam kamar, masih tidur." Jawab Wanita gempal berkulit hitam itu.

"Berarti tadi bayinya ibu, ditinggal gelap-gelapan?" Dinar terkejut.

"Ya, saya sudah hafal kapan anak saya terbangun dan kapan anak saya akan tidur. Makanya nggak masalah jika terkadang saya tinggal sendirian. Oh ya, kalau boleh tahu, siapa nama kalian?" Wanita itu balik bertanya kepada mereka.

"Saya Putri, Bu. Dan ini sahabat saya, Dinar." Putri memperkenalkan diri dan sahabatnya, "Maaf bu, saya boleh tahu nama ibu?"

"Kinasih, itu nama saya. Tampaknya kalian masih anak sekolah?" Tanya Wanita gempal itu yang ternyata namanya adalah Bu Kinasih.

"Nggak, kami berdua sudah berusia 19 tahun. Kami masih kuliah sambil kerja di perusahaan swasta." Jawab Putri

"Kalau boleh tahu, suaminya ibu kok nggak ada kelihatan?" Tanya Dinar

"Suamiku sudah meninggal baru dua minggu yang lalu."Jawab Bu Kinasih.

"Oh, maaf bu, saya nggak tahu. Kami turut berdukacita." Jawab Dinar

"Nggak apa-apa. Diusia saya yang sudah menginjak 38 tahun ini, hanya bayi saya harta saya satu-satunya. Sejak saya menikah dengan almarhum suami saya, kami baru dikaruniai anak setelah 15 tahun pernikahan. Bayi saya perempuan, cantik banget." Curhatan Bu Kinasih

Bu Kinasih melanjutkan curhatannya, "Dulu saya bekerja di rumah sakit anak, hanya sebagai tukang sapu sih, tapi saya bahagia. Karena jujur saya sangat suka melihat anak-anak yang lucu. Tangisan mereka menggemaskan, rasanya saya ingin menggendong dan memilikinya. Apalagi pada saat itu saya masih belum punya anak. Terkadang saya berfikir, kapan saya memiliki anak sendiri? Apalagi belasan tahun menikah saya belum pernah merasakan hamil.

Akhirnya, ketika saya mengetahui kalau saya hamil, saya sangat bahagia. Apalagi suami saya langsung mencium perut saya berkali-kali sangking bahagianya. Karena saya hamil anak pertama, dan saya hamil diusia yang cukup tua, suami saya terlalu khawatir, sehingga saya disuruh berhenti bekerja. Katanya biar dia saja yang mencari nafkah. Saya cuma disuruh fokus menjaga kandungan saya hingga saya melahirkan."

"Jadi setelah suami ibu meninggal, apa pekerjaan ibu untuk mencari penghasilan?" Tanya Putri

"Saya ini hanya tamatan SMP, susah nyari kerja di zaman sekarang. Makanya saya hanya berjualan sayuran. Itu dibelakang rumah saya ini ada kebun sayuran. setiap hari saya pilih yang siap untuk dijual. meskipun penghasilnya nggak seberapa, setidaknya masih bisa cukup untuk makan." Jawab Bu Kinasih

Putri dan Dinar jadi prihatin mendengar cerita dari Bu Kinasih.

"hmmm.. Anakku menangis dikamar, tampaknya dia terbangun. Tunggu sebentar ya, saya mau netekin anak saya dulu dikamar." Kata Bu Kinasih yang langsung berdiri menuju kamarnya.

Dinar berbisik kepada Putri, "Memangnya kamu ada dengar suara tangisan? Kok aku nggak ada dengar ya?"

"Ya sih, aku juga nggak ada dengar suara tangisan bayi dari tadi." Jawab Putri yang juga ikutan heran.

...****************...

Sudah hampir setengah jam tetapi hujan masih tetap lebat, sedangkan malam semakin larut dan mencekam. Bu Kinasih masih menyusui anaknya didalam kamar, dan belum keluar kamar hingga sekarang.

"Duh, hujannya lama banget! Aku mau berak lagi." Kata Dinar sambil menahan rasa sakit diperutnya karena ingin buang air besar (BAB).

"Kalau begitu izin aja dulu numpang berak ke pemilik rumah." Kata Putri

"Tapi gimana? Bu Kinasih masih didalam kamar. Masa mau aku teriakin dari luar?!" Dinar semakin kebelet buat BAB.

Tak lama kemudian Bu Kinasih keluar dari dalam kamar. Tampak Bu Kinasih masih belum mengancing bajunya hingga belahan dadanya yang sangat besar berwarna hitam terlihat. Bu Kinasih juga tampak tidak pakai bra, karena terlihat agak tembus pandang dari balik baju daster yang basah di bagian dada akibat bekas Asi yang bocor saat menyusui.

Dinar yang kebelet langsung mendekati Bu Kinasih, "Maaf bu, bisa izin pinjam toiletnya? saya mau numpang BAB"

"Kamu masuk lurus aja paling ujung sebelah kiri." Jawab Bu Kinasih sambil menunjukkan arah dimana toilet itu berada.

Tanpa pikir panjang lagi, Dinar langsung berlari ke arah toilet yang dituju. Dinar berhasil menemukan toiletnya, ketika Dinar membuka pintu toilet, tampak toilet itu sangat gelap karena tak ada cahaya lampu. Kebetulan ada lampu semprong yang menempel di dinding, kemudian Dinar mengambil lampu semprong itu dan membawa masuk kedalam toilet. Suasana toilet begitu kumuh, bau, dan kotor. Dinar tampak jijik melihat suasana toiletnya. Rasanya ingin memilih BAB di toilet rumah sendiri atau di toilet kost milik Putri saja. Tetapi karena sudah sangat kebelet ingin BAB, Dinar tidak mempedulikan suasana itu. Dinar langsung BAB sambil menutup hidungnya.

Sementara itu Putri masih duduk diruang tamu ditemani oleh Bu Kinasih sang pemilik rumah. Bu Kinasih memandang wajah Putri dengan sangat tajam. Sadar jika dirinya dipandangi terus menerus, Putri jadi merasa gelisah.

"Ehm, ada apa ya bu? Kok ibu melihat saya seperti itu?" Tanya Putri

"Kamu sangat cantik, orangtuamu pasti bangga sama kamu." Kata Bu Kinasih

"Ah, biasa aja bu. Hehehe.." Putri makin gelisah karena tatapan tajam mata Bu Kinasih tetap tertuju ke wajahnya, tetapi Putri tetap berusaha untuk tenang.

"Seandainya kamu anakku, kamu pasti nggak akan aku izinkan keluar malam-malam. Dan nggak ku izinkan kamu keluar rumah jika nggak bersamaku." Kata Bu Kinasih

Mendengar perkataan Bu Kinasih itu, Putri mejadi heran dan merasa aneh tentang apa yang Bu Kinasih katakan.

"Ah, nggak usah dipikirkan kata-kataku tadi. Aku hanya berandai-andai jika seandainya punya anak secantik kamu." Kata Bu Kinasih.

"Oh ya bu, nggak apa-apa." Jawab Putri dengan senyum terpaksa.

"Oh ya, maukah kamu melihat anakku? Anakku ada didalam kamar. Sebenarnya anakku juga sama cantiknya denganmu." Bu Kinasih mengajak Putri untuk melihat bayinya.

"Hmmm.. boleh aja bu." Jawab Putri.

Bu Kinasih berdiri dan mengajak Putri masuk kedalam kamar.

Bu Kinasih membuka pintu kamarnya dan membawa Putri masuk kedalam kamar. Isi dalam kamar itu tidak ada ranjang untuk tidur, tak ada meja rias untuk bersolek. Hanya ada lemari pakaian tua yang lusuh dengan kaca yang agak buram, dan kasur kapuk yang terlentang dilantai dipojok dinding.

"itu bayiku, sedang tidur." Bu Kinasih menunjuk kearah bayinya yang berbaring dilantai beralaskan kasur kapuk yang terbentang, seluruh tubuhnya ditutupi selimut putih lusuh bewarna putih kekuningan, sehingga tubuh bayinya sama sekali tak terlihat.

Bu Kinasih mendekati bayi itu dan mengangkat tubuhnya. kemudian didekatkan kepada Putri.

"Inilah bayiku, silahkan jika ingin menggendongnya." Bu Kinasih memberikan Bayi yang terbungkus kain putih kekuningannya kepada Putri untuk digendong.

Putri dengan perlahan menggendong bayi milik Bu Kinasih. Putri merasakan keanehan, kok bayi berusia 7 bulan tubuh begitu ringan sekali. bahkan tak bergerak sedikitpun. Putri penasaran seperti apa rupa bayi itu. Sambil menggendong bayi itu, Putri membuka kain yang membungkus tubuh bayi itu, dan saat Putri baru saja melihat wajah bayi itu,

"AAAAKKHH.." Putri berteriak karena terkejut melihat rupa bayi itu, dan tanpa sengaja menjatuhkan bayi yang digendongnya.

"TIDAAAAKKK...!!! KAMU MENJATUHKAN BAYIKU..!!" Bu Kinasih langsung teriak histeris melihat bayinya jatuh dari tangan Putri tepat dihadapannya.

Putri tampak ketakutan, ternyata bayi itu......................................

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

rizky nandala

rizky nandala

hemmm...... menarik untuk seorang psikopat gila😈😈😈😈😈

2024-04-23

0

$uRa

$uRa

salam.....baca ahhh
sepertinya lain dari yang lain

2022-02-28

1

Esa Aurelia

Esa Aurelia

waduh serem nih 😌

2022-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!