ABDL

"Nggak mungkin aku mengganggu Bu Rebecca sekarang. Paling nanti setelah makan siang aku akan segera memberitahukannya." Ujar Bu Kinasih dalam hati.

...****************...

Bu Kinasih terus menunggu dan memantau kapan waktu yang tepat untuk berbicara dengan Dokter Rebecca.

Ketika jam makan siang, Dokter Rebecca justru tidak ada ditempat. "Kemana perginya Dokter Rebecca, ya?!" Kata Bu Kinasih dalam hati.

Hingga akhirnya pada jam 15.00 telah tiba, ruangan Dokter Rebecca telah sepi karena sudah menunjukkan jam pulang. Bu Kinasih bergegas masuk menuju ruangan Dokter Rebecca.

Bu Kinasih membuka pintu ruangan Dokter Rebecca. "Permisi, Bu Dokter. Bolehkah saya masuk?"

"Oh, silahkan Bu Kinasih." Dokter Rebecca yang sedang duduk di kursi kerjanya mempersilahkan Bu Kinasih masuk kedalam ruangannya.

Bu Kinasih memantau keluar terlebih dahulu untuk memastikan tak ada orang di depan ruangan, agar tak ada yang menguping pembicaraan mereka. Setelah merasa aman Bu Kinasih menutup pintu ruangan dengan rapat, kemudian menghampiri Dokter Rebecca.

"Silahkan duduk, Bu Kinasih!" Dokter Rebecca mempersilahkan Bu Kinasih untuk duduk dihadapannya.

Bu Kinasih duduk dihadapan Dokter Rebecca, sambil menoleh keluar ruangan lagi, untuk memastikan situasi benar-benar aman.

"Ada apa Bu Kinasih?" Dokter Rebecca bertanya kepada Bu Kinasih.

"Aku tadi mendengar perkataan mantan suami Bu Rebecca." Kata Bu Kinasih.

"Benarkah? Apa yang Pak Dwija katakan?" Tanya Dokter Rebecca.

"Sepertinya dia mengirim orang untuk memata-matai Bu Rebecca." Jawab Bu Kinasih.

"Oh, begitu.. Ternyata dia benar-benar mencurigaiku." Jawab Dokter Rebecca.

"Tampaknya untuk sementara Bu Rebecca jangan kerumah saya dulu. Aku tadi sempat mendengar bahwa Mantan Suami Bu Rebecca menyuruh orang yang memata-matai Ibu untuk segera menghubunginya apabila Bu Rebecca pergi ke suatu tempat yang asing." Kinasih menjelaskan apa yang didengarnya.

"Baiklah, setidaknya aku tidak kerumahmu dulu selama beberapa minggu." Ujar Dokter Rebecca.

"Ya Bu Dokter, sampai semua benar-benar sudah merasa aman." Jawab Bu Kinasih.

"Oh ya, Untuk soal proyek impianmu terhadap Mimi, aku sudah menghubungi sahabatku dari luar kota untuk memesan alat pelumpuh dan obat penghenti datang bulan buat Mimi." Kata Dokter Rebecca.

"Dokter memesannya kepada orang lain?! Bagaimana kalau dia curiga dengan rencana ibu jika ibu memesan benda seperti ini? Itu bisa berbahaya, Bu Dokter." Ujar Bu Kinasih.

"Aku nggak bodoh, Bu Kinasih! Kamu nggak perlu khawatir. Aku mengenalnya dengan baik sejak masih kuliah dulu. Dia juga sebenarnya adalah salah satu oknum dokter nakal yang sering melakukan praktek ilegal." Ujar Dokter Rebecca.

"Bagus kalau begitu. Kira-kira barangnya kapan datang, Bu?" Bu Kinasih bertanya.

"Kalau soal barang, itu gampang. Paling besok atau lusa sudah sampai. Kamu fokus sembuhkan demamnya Mimi dulu. Sebab dosis obat ini cukup keras. Kalau kita berikan pada saat kondisi fisik masih kurang fit, khawatirnya bakal berakibat fatal pada bayimu itu." Ujar Dokter Rebecca.

"Baiklah, Bu. Saya akan tunggu Mimi sembuh dulu dari demamnya." Jawab Bu Kinasih.

"Oh ya, satu lagi. Kemarin kamu mau pesan baju bayi untuk Mimi, tapi kamu nggak tahu cara menggunakan internet, ya khan?! Mana, sini linknya! Aku aku akan pesankan lewat online.!" Ujar Dokter Rebecca.

"Saya nggak tahu apa itu link, Bu Dokter. Saya sama sekali nggak ngerti sama yang begitu-begituan. Tapi saya hanya ingat, kalau Manika cuma pernah sebutkan empat huruf kunci dalam komunitas mereka." Kata Bu Kinasih.

"Empat huruf? Huruf apa aja itu?" Dokter Rebecca bertanya.

"Yang saya ingat hanya A, B, D, L.. Empat huruf itu yang sering disebutkan oleh Manika. Saya dulu pernah diperlihatkan komunitasnya melalui laptop miliknya." Jawab Bu Kinasih

"A, B, D, L..?? Maksudnya ABDL..??" Tanya Dokter Rebecca.

"Ya bu." Jawab Bu Kinasih.

"Kemari, Bu! Duduk angkat kursi ibu dan duduk di sampingku. Biar ibu juga bisa melihat." Dokter Rebecca mengajak Bu Kinasih untuk duduk disampingnya.

Bu Kinasih mengangkat kursinya, dan ditaruh di samping Dokter Rebecca, dan duduk di samping Dokter Rebecca.

Dokter Rebecca segera membuka laptopnya yang sudah dihubungkan internet. Setelah itu dia membuka aplikasi browser di laptopnya itu.

Baru saja, Dokter Rebecca membuka aplikasi browsernya, lagi-lagi Bu Kinasih melihat ada bayangan di jendela.

Bu Kinasih langsung membisikkan sesuatu ke telinga Dokter Rebecca. "Bu, sepertinya ada yang menguping pembicaraan kita lagi."

"Kira-kira siapa dia yang suka menguping pembicaraan kita?" Dokter Rebecca merasa heran.

"Saya tahu siapa orangnya, Bu. Dari bentuk bayangannya, jelas itu adalah Faida." Jawab Bu Kinasih.

Bu Kinasih bangkit dari tempat duduknya, "Tampaknya saya harus menemui dia, Bu. Untuk memberinya peringatan."

"Baiklah, kamu temui saja temanmu itu. Biar saya carikan link yang kamu maksud." Jawab Dokter Rebecca.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Bu." Kata Bu Kinasih dan segera meninggalkan ruangan Dokter Rebecca.

Memang benar Faida yang mengintip Dokter Rebecca dan Bu Kinasih. Faida yang melihat Bu Kinasih yang bergegas menuju keluar, Faida langsung berlari untuk bersembunyi.

Bu Kinasih keluar dari ruangan Dokter Rebecca, dan mengetahui dimana Faida bersembunyi.

"Jangan bersembunyi di balik tembok itu, Faida..!! Aku tahu kamu sembunyi disitu. Keluarlah sekarang!" Perintah Bu Kinasih kepada Faida yang sedang bersembunyi.

Faida akhirnya keluar dari persembunyiannya dari balik tembok.

"Kenapa kamu suka ingin tahu urusan orang Faida? Bukankah aku sudah memberi tahu kamu, untuk jangan suka ikut campur urusan orang yang bukan urusanmu?!" Bu Kinasih tampak marah kepada Faida.

"Ma..maaf Bu!" Jawab Faida dengan perasaan tak enak hati kepada Bu Kinasih.

"Bukankah aku pernah ngasih tahu kepadamu juga, ada kalanya rahasia orang lain itu tidak boleh dibongkar meskipun kepada sahabat sendiri, tapi mengapa kamu masih belum mengerti?!" Seru Bu Kinasih. Faida yang merasa tak enak hati hanya bisa tertunduk malu kepada Bu Kinasih.

"Apakah kamu mau hidup terus-terusan seperti itu?! Selalu pengen tahu urusan orang lain, pengen tahu rahasia orang lain, supaya apa? Apakah bagus jika punya sifat seperti itu!!" Lanjut Bu Kinasih.

"Maafkan aku ya, Bu!" Faida hanya bisa tertunduk malu.

"Ingat, Faida! Sekali lagi kamu seperti itu, jangan harap aku mau menjadi sahabatmu lagi!" Lanjut Bu Kinasih.

"iya, bu! Aku janji nggak lagi. Maaf ya, Bu!" Kata Faida yang meminta maaf sambil tertunduk malu.

"Baiklah, ayo kita kembali bekerja! Jam pulang kita masih lama." Ajak Bu Kinasih kepada Faida untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

...****************...

Sementara itu, Dokter Rebecca mencoba browsing di internet dengan menggunakan kata ABDL di kolom pencarian Google.

Ternyata, ada beberapa link yang serupa menampilkan tentang ABDL. Dokter Rebecca mencoba membuka di menu google gambar. Ternyata banyak sekali menampilkan gambar orang-orang dewasa yang berpakaian bayi baik itu pria ataupun wanita. Mereka sangat senang dan bangga memakainya. Bahkan banyak yang menjual aksesoris-aksesorisnya, seperti baju bayi, empeng, ikat rambut, popok, dan lain sebagainya yang berukuran dewasa.

"Sebelumnya aku pernah mendengar sindrom ini, tapi nggak pernah aku telusuri lebih dalam. Tapi ternyata.............." Dokter Rebecca tak menyangka ternyata banyak yang menjual kebutuhan-kebutuhan untuk penderita sindrom ini, yang menunjukkan bahwa penderita sindrom ini cukup banyak.

Dokter Rebecca kemudian mencari informasi lebih dalam tentang ABDL melalui pencarian google. Ada banyak Link yang menjelaskan tentang ABDL. Dia membuka salah satu Link yang dianggap bisa menjelaskan lebih detail tentang ABDL. Ternyata ABDL adalah sebuah singkatan, yang kepanjangannya adalah Adult Baby Diaper Lover. Dan bu Rebecca terus menelusuri tentang komunitas mereka.

Dokter Rebecca pun turut menelusuri di pencarian instagram bahkan YouTube, ternyata ada lebih banyak orang-orang lagi yang tergolong didalam ABDL.

Dokter Rebecca yang terheran-heran akhirnya berbicara didalam hati, "Bu Kinasih, apakah dirimu perlakukan Mimi secara paksa untuk seperti bayi ini karena terobsesi ingin menggantikan posisi bayimu telah yang meninggal, atau karena terobsesi ingin menggantikan posisi Manika si penderita sindrom ini yang telah meninggal juga di hatimu?"

...****************...

Saat sudah menunjukkan jam 18.00, berarti sudah waktunya cleaning servis selesai bekerja dan dipersilahkan untuk pulang.

Bu Kinasih mencoba memeriksa ruangan Dokter Rebecca, apakah Dokter Rebecca masih berada di ruangannya.

Dan ternyata benar bahwa Dokter Rebecca masih berada di ruangannya. Bu Kinasih membuka pintu ruangan Dokter Rebecca, dan melihat Dokter Rebecca masih berada didepan laptopnya.

"Bolehkah saya masuk, Bu Dokter?" Sapa Bu Kinasih yang masih berdiri didepan pintu.

"Oh, silahkan masuk Bu Kinasih. Justru dari tadi aku menunggumu." Jawab Dokter Rebecca.

Bu Kinasih kemudian masuk dan menghampiri Dokter Rebecca.

"Kemarilah, Bu Kinasih! Duduklah di sampingku!" Dokter Rebecca menyuruh Bu Kinasih duduk disampingnya dan bergegas memperlihatkan sesuatu di layar laptopnya.

"Lihatlah komunitas ini, apakah Manika salah satu dari komunitas ini!" Dokter Rebecca memperlihatkan layar laptopnya yang menampilkan situs komunitas pecinta ABDL.

"Ya, tepat sekali. Manika sering berkomunikasi dengan mereka, saling curhat, bahkan saling menyebarkan foto-foto dan video-video mereka disitu." Jawab Bu Kinasih.

Rebecca terheran-heran melihatnya karena tak menyangka bahwa penghuni komunitas rahasia ini cukup banyak. Menandakan bahwa ternyata ada banyak orang di dunia ini yang menderita sindrom Paraphilic infantilism ini, sehingga mereka membuat komunitas sendiri agar mereka punya wadah dan teman yang bersifat sama dengan mereka, sehingga mereka tidak malu mengekspresikan obsesi mereka.

Mereka didalam komunitas rahasia itu melakukan dengan kemauan sendiri dan tampak sangat bahagia berpenampilan dan bersikap seperti bayi sungguhan. Bahkan ada dari mereka yang membayar atau menyewa seorang pengasuh untuk menjadi ibu buat mereka.

Berbeda dengan Mimi yang hanya dipaksa mengikuti obsesi Bu Kinasih untuk berpenampilan dan bersikap seperti bayi.

Rebecca langsung menggeserkan keypad laptopnya untuk beralih ke situs online belanja perlengkapan pecinta bayi dewasa / ABDL.

Rebecca memperlihatkan banyak pakaian-pakaian bayi dewasa dan aksesoris-aksesorisnya di toko online.

"Silahkan Bu Kinasih pilih aja yang ibu suka!" Dokter Rebecca menyuruh Bu Kinasih untuk bebeas memilih pakaian atau aksesoris apapun untuk Mimi.

"Sebenarnya di toko online lokal juga ada yang jual, tetapi modelnya tidak terlalu banyak. Ini saya tunjukkan di toko-toko online luar negeri." Ujar Dokter Rebecca.

Bu Kinasih akhirnya memilih hanya tiga baju model jumper bayi dan beberapa aksesoris seperti empeng berukuran besar, dot bayi, ikat rambut dan pita, celemek, sarung tangan dan kaos kaki bayi dewasa.

"Hanya itu yang mau kamu beli?" Tanya Dokter Rebecca.

"Sebenarnya banyak yang mau saya beli, Bu. Tapi saya lihat harganya cukup mahal, makanya saya beli sedikit demi sedikit dulu aja. Nanti pas gajian baru saya beli lagi." Jawab Bu Kinasih.

"Kamu pesan aja beberapa lagi! Nanti aku yang bayar semuanya!" Ujar Dokter Rebecca.

"Beneran, Bu?" Bu Kinasih berusaha memastikan.

"Ya, tentu saja. Pilihlah beberapa lagi!" Ujar Dokter Rebecca lagi.

"Aku jadi banyak berhutang sama Bu Dokter." Kata Bu Kinasih.

"Tidak, Bu! Justru ini membuat kita impas! Anggap aja ini adalah sebagai bayaran sewa gudangnya ibu untuk menampung Adya. Karena aku menyimpan Adya di gudang ibu." Jawab Dokter Rebecca.

"Baiklah, Bu! Terimakasih atas kebaikannya Bu Dokter." Kata Bu Kinasih yang kemudian memilih beberapa lagi untuk perlengkapan Mimi selama menjadi bayi dewasa.

...****************...

Malam hari menjelang tidur dirumahnya, Bu Kinasih telah selesai makan malam dan juga telah selesai memberikan makan kepada Mimi, bahkan sudah memberikan obat demam anak kepada Mimi.

Kini Bu Kinasih didalam kamar yang hanya memakai bra warna hitam sedang duduk di atas kasur kapuk sambil bersandar di tembok, dan membaringkan Mimi dipangkuannya sambil menyusui Mimi.

Mimi yang tampak tenang menyusu langsung di buah dada Bu Kinasih tanpa perlawanan, dengan kondisi tangan dan kakinya tetap terikat dengan rantai.

"Nggak lama lagi, Mimi akan mendapatkan banyak baju baru, bahkan mainan. Soalnya Mama sudah pesankan semuanya buat kamu, nak!" Ujar Bu Kinasih sambil menyusui Mimi yang berbaring dipangkuannya.

Sedangkan Mimi hanya bisa memandang wajah Bu Kinasih dari bawah buah dada Bu Kinasih, karena mulutnya sedang menghisap putingg susu Bu Kinasih yang mengeluarkan Asi yang cukup deras dan membasahi lidah serta memenuhi rongga mulutnya.

"Mama jadi nggak sabar tunggu pesanan Mama datang. Dan perlu Mimi ketahui, semua barang yang Mama belikan untuk Mimi ini adalah barang impor, looh..!" Lanjut Bu Kinasih.

"Mungkin Mimi heran, ya?! Kok bisa Mama belikan barang impor buat Mimi, padahal jelas harganya mahal, ya?! Mama dibayarin sama Tante Rebecca, sayang! Tante Rebecca itu baik banget sama Mimi. Berarti, Tante Rebecca juga sayang sama Mimi. Jadi Mimi juga harus sayang ya sama Tante Rebecca!" Ujar Bu Kinasih.

Mimi tak mempedulikan perkataan induk susunya itu. Dia hanya fokus menyusu di buah dada Bu Kinasih agar nggak kehausan. Karena Mimi nggak pernah lagi diberikan minuman lain selain Asi dari buah dada Bu Kinasih. Dan juga agar tidak dihukum oleh Bu Kinasih karena menolak disusui olehnya.

Setelah setengah jam Mimi disusui oleh Bu Kinasih, akhirnya Bu Kinasih melepaskan putingg susunya dari dalam mulut Mimi. Tampak sisa air susunya masih sedikit menetes ke wajah Mimi, dan Bu Kinasih memasukkan kembali buah dadanya kedalam bra hitam yang dikenakannya.

Mimi yang dipangku Bu Kinasih, masih disandarkan di buah dada Bu Kinasih yang besar dan empuk sambil didekap dengan erat oleh Bu Kinasih.

Mimi tampak tenang dalam dekapan Bu Kinasih, "Lekas sembuh ya, nak! Mama punya rencana besar buatmu. Yang akan mengubah hidupmu lebih baik lagi."

Mimi yang didekap dengan erat itu, hanya memejamkan kedua matanya, dan akhirnya tertidur nyenyak di dekapan Bu Kinasih.

"Tidurlah, sayang! Mimi indah! Hadirkan Mama selalu didalam mimpimu, nak!" Bu Kinasih mengayun-ayunkan tubuhnya untuk menimang tubuh Mimi yang sedang tertidur dipangkuannya sambil didekap dengan erat.

"Hamm...hmmm.hmm..mm..hmmm.." bibir Kinasih pun mengalunkan nyanyian nada lembut, nyanyian nada tidur untuk Mimi.

...****************...

Jam 05.30 pagi, Bu Kinasih yang tidur hanya tertutup sarung bersama Mimi yang juga tertidur pulas bersandar di dadanya.

Bu Kinasih yang lebih dulu terbangun dari tidurnya, melirik Mimi yang masih tertidur pulas di dadanya. Bu Kinasih melepaskan tubuh Mimi di pelukannya secara perlahan agar Mimi tak terbangun dari tidurnya.

Setelah berhasil melepaskan tubuh Mimi dari pelukannya, Bu Kinasih membelai rambut Mimi dan segera bangkit sambil memperbaiki posisi sarungnya agar lebih sempurna menutupi tubuh gemuknya.

Karena suasana masih cukup gelap, Bu Kinasih mengambil lampu senter dan menuju ke gudang tempat Adya disekap. Sambil melihat kondisi Adya, karena Dokter Rebecca untuk saat ini tidak menemuinya dulu.

Sesampainya di gudang, Bu Kinasih membuka pintu gudangnya, dan segera masuk kedalam gudang yang gelap.

Dengan lampu senternya, dia melihat Adya yang masih dalam kondisi terikat dengan rantai dan tali di setiap tubuhnya masih tertidur dilantai yang dingin. Tubuhnya menekuk sangking dinginnya suasana itu.

Adya terbangun dari tidurnya karena terkena silau cahaya senter milik Bu Kinasih. Kondisinya sangat memperhatikan, tampak kusam dan kotor karena sudah beberapa hari tidak dimandikan, dan yang lebih memprihatinkan lagi tercium bau kotoran tinja yang menyengat.

Bu Kinasih mempeloroti celana Adya, dan melihat ada banyak kotoran tinja yang menggumpal di memenuhi isi sempakknya.

"Hahahahha....." Bu Kinasih tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat Adya merasa sangat malu.

"Aku membayangkan bagaimana jika aku memanggil Dokter Rebecca untuk melihatmu sekarang. Pasti Dokter Rebecca akan mengambil kamera ponselnya, dan memotret kamu untuk di sebarkan ke calon suamimu dan teman-temanmu. Pasti seru!" Ujar Bu Kinasih. dengan kegirangan.

"Jangan! Tolong lepaskan aku.. Hikks .hikss..hikss..!!" Tangisan Adya terisak-isak dengan penuh belas kasihan.

"Aku akan mengabari Dokter Rebecca pagi nanti, biar dia semakin penasaran untuk segera melihatmu sekarang. Hahahahah...!!" Ujar Bu Kinasih sambil tertawa terbahak-bahak.

Adya yang tak berdaya hanya bisa menangis tersedu-sedu karena tak bisa berbuat apa-apa dan merasa sangat malu.

Bu Kinasih melihat tumpukan rumput kering masih cukup banyak untuk Adya makan, dan wadah berisi air hujannya pun masih cukup banyak.

Bu Kinasih akhirnya pergi meninggalkan Adya sendirian didalam gudang tersebut, yang membiarkan sempakk yang dipakai Adya dipenuhi kotoran tinjanya, dan sengaja tidak dibersihkan oleh Bu Kinasih agar dibiarkan mengering didalam sempakk yang dipakai Adya tersebut.

"Tolong lepaskan aku! Tolong..!!" sambil menangis Adya berseru untuk minta dilepaskan, tetapi Bu Kinasih tetap menutup pintu gudang itu dan kembali menguncinya dengan gembok.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

ayolah Thor kapan Mimi bebas nafasku terasa sesak

2022-01-04

2

Afdy

Afdy

lanjut thor ,jgn lama2 up nya

2022-01-01

1

Safa Safa

Safa Safa

makin seru dan makin penasarn👍🏻

2021-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!