Hari Ulangtahun

Bu Kinasih kemudian membaringkan Mimi di atas kasur, dan mengambil handuk bayi untuk bersiap memandikan Mimi. Bu Kinasih melepas pakaian Mimi, saat Bu Kinasih melepas popok yang dipakai Mimi, Bu Kinasih terkejut tiba-tiba ada bekas cairan bewarna keruh yang mengering di dalam popoknya.

"Apa ini?" Bu Kinasih heran melihat bekas cairan bewarna keruh itu.

"Mama pasti tahu itu apa, aku haid ma!" Jawab Mimi.

"Haid? Anak bayi tak mungkin bisa Haid!" Bu Kinasih mulai tak terima kenyataan.

"Ya, tepat sekali! Anak bayi tak mungkin bisa haid! Itu karena aku memang bukanlah anak bayi!" Kata Mimi.

"DIAM KAU..!!" Bu Kinasih mendadak marah dan langsung mencekik Mimi. Tatapan matanya melotot kearah mata Mimi.

Mimi membuka mulutnya karena tak bisa bernafas akibat dicekik oleh Bu Kinasih. Melihat Mimi yang kesulitan bernafas, akhirnya tatapan mata Bu Kinasih luluh dan melepaskan tangannya dari lehernya.

"UHUK!! UHHUKK..!!" Mimi terbatuk-batuk.

"Kamu tidak boleh haid!" Kata Bu Kinasih.

"Percuma saja mama marah kepadaku, siapa yang bisa menghalangi kodrat wanita untuk haid?!" Tanya Mimi.

...****************...

Setahun telah berlalu, Mimi yang rambutnya botak kini telah tumbuh kembali seukuran leher. Rambut yang telah tumbuh belum terlalu panjang ini dikepang dua oleh Bu Kinasih kiri dan kanan. Sudah satu tahun pula, Mimi mendekam dalam kamar Bu Kinasih tanpa bisa meloloskan diri. Rantai yang mengikat tangan dan kakinya masih mengikat kuat dan tak pernah sekalipun terlepas. Makan bubur bayi dan minum Asi sudah menjadi kebutuhan pokoknya setiap hari agar tidak kelaparan dan kehausan.

Tepat jam 12.00 tengah hari, seperti biasa Bu Kinasih memerah Asinya menggunakan alat perah Asi didalam WC secara diam-diam, kemudian menyembunyikan botol berisi Asi itu kedalam tas hitam yang akan diminumkan kepada Mimi ketika pulang bekerja nanti. Kegiatan ini pun juga menjadi rutinitas Bu Kinasih setiap hari dalam setahun terakhir ini.

Bu Kinasih sedang duduk di ruang tunggu seorang diri, menonton sebuah berita di Televisi tentang hilangnya dia orang gadis yang hingga sekarang belum ditemukan, yaitu Dinar dan Putri.

Di dalam berita itu menjelaskan, akhirnya kedua orang tua Dinar yang kaya raya itu menyerah untuk mencari anaknya yang hilang. Termasuk kedua orang tua Putri yang juga terpaksa harus pasrah karena sudah setahun ini anaknya menghilang dan tak ada satupun tanda-tanda penculikan, ataupun kecelakaan. Sudah banyak uang yang dihabiskan dan tenaga yang dikerahkan untuk mencari kedua gadis cantik itu selama setahun ini, tetapi hasilnya tetap nihil.

Tapi banyak yang menerka kalau mereka kecelakaan di suatu tempat yang tak diketahui hingga mayat mereka tak bisa ditemukan, karena satu unit sepeda motor yang dikendarai mereka juga hilang tanpa jejak.

"Apabila mereka sudah meninggal dunia, saya hanya bisa berdoa semoga arwah mereka berdua diterima disisi-Nya. Amin." Kata Ayahnya Putri dengan pasrah, sedangkan sang ibu hanya bisa menangis.

Kasus hilangnya kedua gadis cantik ini terpaksa harus ditutup. Bu Kinasih yang telah selesai menyaksikan berita itu, kemudian berdiri dan kembali bekerja lagi dengan tenang.

...****************...

Hari telah senja, waktu menunjukkan jam 18.30 dan seluruh ruangan rumah mulai gelap karena tak ada yang menyalakan lampu semprong. Berarti tak lama lagi Bu Kinasih akan tiba dirumah setelah seharian bekerja di sebuah Rumah Sakit Anak.

Rencana yang selama ini diharapkan oleh Mimi ternyata tak berhasil. Dia pikir ketika Bu Kinasih bekerja di Rumah Sakit Anak, Bu Kinasih bakal bisa move-on atas kehilangan bayinya dahulu karena setiap hari sering melihat anak kecil, dan akhirnya membebaskan dirinya. Ternyata tidak berpengaruh apa-apa hingga setahun ini, malah semakin memotivasi obsesi Bu Kinasih untuk semakin bersemangat memperlakukan Mimi seperti bayi.

Terdengar suara sepeda motor dari luar kamar yang sudah bisa dipastikan bahwa Bu Kinasih telah sampai kerumah. Bu Kinasih menyalakan lampu semprong di setiap ruangan agar rumahnya mendapatkan sedikit cahaya. Bu Kinasih juga masuk kedalam kamar dan menyalakan lampu semprong jadul itu.

Setelah ruangan mendapatkan sedikit cahaya, Bu Kinasih menghampiri Mimi yang sedang duduk di atas kasur kapuk itu dengan posisi tangannya dirantai ke bagian depan dan kakinya dirantai yang disangkutkan ditembok dengan panjang 1,5 meter.

Seperti biasa Bu Kinasih mengeluarkan dua botol yang berisi Asi yang diperah langsung dari buah dadanya saat bekerja tadi. Bu Kinasih membaringkan tubuh Mimi dan mendekapnya dengan erat, kemudian meminumkan Asi langsung dari botol itu menggunakan dot yang dipasang di atas botol itu. Setelah satu botol berisi Asi itu habis diminum oleh Mimi, Bu Kinasih langsung meminumkan botol yang kedua kepada Mimi hingga semua botol berisi Asi itu habis.

Setelah selesai meminumkan Asi dari dalam botol kepada Mimi, Bu Kinasih bangkit dan meletakkan tubuh Mimi kembali di atas kasur kapuk, kemudian Bu Kinasih berdiri menuju keluar kamar untuk mengambil sesuatu.

Tak lama kemudian, Bu Kinasih masuk kembali kedalam kamar dengan membawa sebuah kotak kecil yang akan diberikan oleh Mimi.

"Mimi sayang, coba tebak apa yang mama bawa?" Bu Kinasih menunjukkan kotak kecil itu dihadapannya. Mimi pun melirik kotak itu dengan dengan rasa penasaran.

"Apa itu ma?" Mimi juga nggak mengetahui apa isi kotak itu.

"Mimi penasaran?! Nih Mama bukain." Bu Kinasih membuka kotak kecil yang sedang dipegangnya itu.

"SELAMAT ULANGTAHUN YANG PERTAMA UNTUK MIMI ANAKNYA MAMA..!!" Seru Bu Kinasih dengan penuh kegirangan. Ternyata isi kotak itu adalah kue ulangtahun bergambar boneka Barbie, dan ada sebuah lilin berbentuk angka satu di atasnya.

Bu Kinasih mengeluarkan korek api dari dalam sakunya dan menyalakan api di atas lilin tersebut. Mimi hanya terdiam menyaksikan kegilaan Bu Kinasih tersebut.

"Tiup lilinnya..!! Tiup lilinnya..!! Tiup lilinnya sekarang juga..!! Sekarang juga..!! Sekarang juga...!!" Bu Kinasih yang kegirangan menyanyikan lagu ulangtahun untuk Mimi dan menyuruh Mimi meniup lilin di atas kue ulangtahun itu.

"Ini bukan hari ulang tahunku. Ulang tahunku sudah lewat dua bulan yang lalu, yang ke 20 tahun." Jawab Mimi dengan menundukkan kepalanya.

"Ini adalah hari mama melahirkanmu, nak!" Kata Bu Kinasih.

"Aku masing ingat, ini adalah tanggal pertama kali mama menyekapku disini." Jawab Mimi yang seketika mengeluarkan air mata.

"Ya, menyekapmu sama dengan melahirkanmu, Puas.?! Sekarang tiup lilinnya sekarang! Jangan bikin hari bahagia ini menjadi rusak karena mama akan menghukummu." Ancam Bu Kinasih.

"Tiup lilinnya, sayang! AYO TIUUPP.!!" mendadak Bu Kinasih membentak Mimi.

Mimi terpaksa meniup lilin itu hingga apinya padam, dengan sedikit air mata menetes di pipinya.

"HOREE...!! Selamat ulangtahun bayi mama sayang!" Kata Bu Kinasih yang kegirangan, kemudian meletakkan kue itu dilantai dan memeluk Mimi dengan erat.

Sementara itu Mimi terus meneteskan air mata. Dia bersedih karena menyadari ternyata sudah setahun dia tak menghirup udara kebebasan, tak terasa sudah setahun pula dia tidak bertemu orang tua dan adik perempuannya, apalagi mendengar kabar keluarganya itu hingga sekarang.

Bu Kinasih yang memeluknya dengan penuh kegirangan, sedangkan Mimi tangisannya pecah karena sangat merindukan keluarganya. Dia juga mendadak teringat dengan Dinar sahabatnya yang telah tewas dibunuh oleh Bu Kinasih.

Mimi masih merasa bersalah kepada Dinar, karena merasa kesalahan dirinyalah yang terakhir bersamanya membawa Dinar kerumah ini, hingga bertemu Bu Kinasih si Psikopat gila yang akhirnya membunuh Dinar.

Bu Kinasih yang tampak kegirangan mengambil pisau kue kemudian memotong sedikit kue ulangtahun itu ke wadah piring plastik beserta sendok kecil. Setelah itu Bu Kinasih menyuapi kue itu ke mulut Mimi yang sedang menangis sehingga Mimi memakan kue yang disodorkan ke mulutnya itu.

Bu Kinasih yang tampak kegirangan, kembali memeluk Mimi dengan perasaan bahagia, sedangkan Mimi yang telah disekap selama satu tahun ini tak merasakan kebahagiaan sedikitpun.

"Di ulangtahun Mimi yang pertama ini, mama berdoa semoga Mimi makin sayang sama mama, makin cinta sama mama, selalu menjadi bayi yang lucu dan menggemaskan, dan yang terpenting, Mimi selalu bahagia jika bersama mama. Amin." Doa yang diberikan Bu Kinasih untuk Mimi.

Mimi hanya menangis tersedu-sedu, tidak merespon doa ngawur yang diucapkan oleh Bu Kinasih.

Bu Kinasih membagi kue kecil itu menjadi dua bagian. Satu potongan kue diambilnya kemudian dimakan olehnya sendiri. Setelah Bu Kinasih selesai makan kue yang dipotongnya itu, potongan kue sisanya diberikan oleh Mimi tentu memberi makan Mimi dengan cara menyuapinya. Ini untuk pertama kalinya Mimi diberi makan makanan lain selain bubur bayi bercampur Asi sejak disekap oleh Bu Kinasih. Selama ini Mimi hanya diberi makan berupa bubur bayi yang dicampur dengan Asi dan tak pernah diberi minuman lain selain Asi.

"Ma, dihari Ulang tahunku yang kesatu ini, bolehkah aku minta sesuatu?" Tanya Mimi sambil mengusap air matanya.

"Apa itu, nak?" Tanya Bu Kinasih.

"Tapi aku mohon, ma! Mama bilang, ini adalah hari ulang tahunku. Jadi apapun yang aku minta, mama nggak boleh marah. Kalau mama janji nggak bakal marah, aku akan katakan apa yang aku minta." Kata Mimi.

"Hmmm.. Oke deh, apapun yang Mimi minta mama akan dengarkan. Apa itu, nak?" Tanya Mimi.

"Izinkan aku bertemu keluargaku, sekali saja. Aku janji hanya sebentar, setelah itu aku akan kembali untuk menjadi milik mama lagi." Pinta Mimi kepada Bu Kinasih.

Mimi pun tak bisa menahan tangisnya kembali, "Aku kangen sama Mama dan Papa kandungku. Aku kangen sama adikku. Semenjak aku disini, aku nggak pernah mendengar kabar mereka lagi. Aku cuma ingin melihat mereka, ma! Aku janji aku nggak akan melarikan diri. Aku cuma ingin mengobati rinduku kepada mereka."

Tetesan air mata Mimi jatuh hingga kelantai karena tangisannya begitu menyedihkan, "Aku janji ma, nggak akan melarikan diri dari mama. Jika aku melanggar janji, mama boleh tak menuruti permintaanku lagi selamanya. Jika aku melanggar janji, mama boleh nggak mendengarkan permintaanku lagi. Aku mohon ma!"

Bu Kinasih hanya menatap Mimi yang sedang meratap kepadanya. Tangisan Mimi tampak tersedu-sedu sangking kangennya terhadap keluarganya. Bu Kinasih sebenarnya ingin marah atas permintaan Mimi, tapi karena sudah terlanjur berjanji untuk tidak marah karena hari ini adalah hari ulangtahun Mimi, terpaksa Bu Kinasih menahan amarahnya.

"Aku hanya ingin memperlihatkan diriku kepada keluargaku, bahwa aku baik-baik saja. Agar mereka nggak khawatir lagi. Karena aku yakin, selama setahun ini mereka pasti mencariku, ma. Mereka pasti mengkhawatirkan aku." Mimi memohon kepada Bu Kinasih.

"Tidak!" Jawab Bu Kinasih dengan tegas.

"Kenapa, ma? Bukankah ini adalah hari ulang tahunku?! Mama tadi janji akan mendengarkan apa permintaanku." Kata Mimi.

"Ya, bukankah mama sudah mendengarkan permintaanmu?! Sudah mama dengarkan, tapi belum tentu mama mengabulkan permintaanmu. Dan jawaban mama dengan tegas, yaitu tidak!" Jawab Bu Kinasih

"Kalau begitu, bagaimana jika aku hanya melihatnya dari kejauhan? Aku janji nggak bakal menyapa mereka, aku janji mereka nggak tahu jika aku sedang melihat melihat mereka. Setidaknya aku sudah melihat mereka untuk mengobati rasa kangenku aja, ma!" Mimi berusaha untuk membujuk Bu Kinasih.

"Tidak! Tidak akan pernah mama izinkan! Atau begini saja, bagaimana jika adikmu itu mama bawa kesini, dan mama akan menjadikannya adik untukmu untuk menemanimu disini? Dengan begitu, mama menjadi punya dua orang anak perempuan. Setuju?" Bu Kinasih memberi tawaran kepada Mimi.

"Jangan ma! Jangan! Jangan bawa adikku kesini. Enggak! Aku nggak mau adikku disini." Mimi nggak ingin adiknya bernasib sama seperti dirinya dirumah ini.

"Kalau begitu diamlah! Jangan pernah berfikir jika kamu punya keluarga lain diluar sana! Keluargamu hanya satu orang, yaitu adalah aku, mamamu! Paham!!" Kata Bu Kinasih

"Pa..paham." Jawab Mimi dengan pasrah.

"Nanti kalau kamu memohon seperti itu lagi, kamu lihat saja, kedua orangtuamu akan mama bunuh dan adikmu akan mama bawa kesini untuk menemani kamu disini selamanya." Ancam Bu Kinasih terhadap Mimi.

"Jangan ma! Jangan!" Mimi takut dengan ancaman Bu Kinasih.

"Kalau begitu, tadi adalah hari terakhir Mimi menjelaskan bahwa Mimi punya keluarga diluar sana selain mama! Ingat, keluargamu hanya Mama seorang, Hanya mama seorang! Paham?!" Kata Bu Kinasih.

"Paham" Jawab Mimi dengan rasa takut.

"Jadi siapa keluarga Mimi?" Bu Kinasih bertanya kembali.

"Mama." Jawab Mimi

"Mama yang mana??" Tanya Bu Kinasih lagi.

"Mama Kinasih!" Jawab Mimi dengan penuh ketakutan.

"Apakah kamu punya keluarga lain diluar sana?" Bu Kinasih bertanya lagi.

"Tidak. Tidak ada!" Jawab Mimi dengan penuh keterpaksaan.

"Jadi siapa aja keluargamu?" Bu Kinasih bertanya lagi.

"Hanya Mama Kinasih. Aku nggak punya keluarga lain lagi selain Mama Kinasih." Jawab Mimi dengan penuh keterpaksaan dan ketakutan.

"Bagus, anak pintar. Mama makin sayang sama Mimi. Apakah Mimi juga sayang sama Mama?" Bu Kinasih terus bertanya kepada Mimi

"Ya ma, sayang." Mimi semakin tertekan.

"Kalau begitu, sini peluk mama." Bu Kinasih kembali tersenyum dan menyuruh Mimi memeluknya.

Mimi terpaksa mendekati Bu Kinasih untuk bersandar di pelukannya, Kepala Mimi bersandar di dada bu Kinasih bersama dengan kedua tangannya yang dirantai didepannya. sedangkan Bu Kinasih kembali kegirangan setelah Mimi dengan sukarela bersandar di pelukannya.

"Oh ya, ada yang lupa. Tunggu sebentar ya, sayang!" Bu Kinasih bangkit dari duduknya untuk menuju keluar kamar.

Tak lama kemudian Bu Kinasih kembali masuk kedalam kamar sambil menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.

"Ayo tebak, mama kasih kado apa buat Mimi?" Bu Kinasih ingin memberikan Mimi kejutan.

Mimi hanya diam tak merespon sikap bahagia Bu Kinasih. Bahkan dia nggak ingin menjawab apa yang akan diberikan oleh Bu Kinasih.

"Lihat ini.!! Ini untuk Mimi!!" Bu Kinasih menampakkan sebuah boneka yang tadi disembunyikan dibalik punggungnya, yaitu boneka kelinci bewarna pink.

Bu Kinasih memberikan boneka kelinci itu kepada Mimi dengan penuh sukacita. Mimi kemudian memegang boneka itu dan hanya menatapnya saja.

...****************...

Malam semakin larut dan waktu menunjukkan jam 11.45, hujan deras dilengkapi dengan sahut-sahutan petir. Pepohonan, kebun kecil dan rumput sekitar rumah turut dibasahi oleh air hujan yang terjun sangat deras.

Mimi yang tidur berbaring di pelukan Bu Kinasih langsung terbangun karena terkejut mendengar sahutan petir. Dia melihat ke arah jendela yang hanya ditutupi jeruji besi, guyuran hujan yang begitu deras dan tampak kilat sesekali datang menerangi awan meskipun hanya beberapa detik saja.

Mimi kembali menyandarkan kepalanya lagi ke dada besar Bu Kinasih yang tengah mendengkur dan tertidur pulas. Hujan ini mengingatkannya pada saat pertama kali dia datang ketempat ini. Hujan deras juga mengguyur bersama suara petir yang bersahut-sahutan.

Mimi tentu masih ingat tanggal dia disekap oleh Bu Kinasih, yang ditetapkan oleh Bu Kinasih sebagai hari ulangtahunnya ini sebagai bayi. Sebab, hari ini bersamaan dengan hari spesialnya yaitu hari dia jadian dengan kekasihnya, Aryan.

Seharusnya hari ini adalah hari bahagia, karena hari jadi Mimi bersama kekasihnya Aryan, Tapi Bu Kinasih menghancurkan semuanya, angan-angan dan mimpi indah sepasang kekasih ini sirna, karena sang gadis disekap oleh Bu Kinasih sehingga sang gadis yaitu Mimi terpisah oleh kekasihnya hingga sekarang.

Mimi pun yang saat ini berbaring di pelukan Bu Kinasih yang sedang mendengkur keras karena tertidur pulas, sesungguhnya juga sangat merindukan Aryan. Apalagi pada saat itu mereka baru saja berpacaran yang jelas hati mereka masih segar berbunga-bunganya.

Mimi pun kembali mengeluarkan air matanya. Dia hanya bisa berdoa semoga ada cara untuk bisa menyelamatkannya dan bisa segera keluar dari penjara ini.

...****************...

Di siang hari, cuaca kembali panas. Matahari kembali terik menerangi sekitarnya. Di Rumah Sakit Anak tempat Bu Kinasih bekerja, dia mengepel lantai bersama Faida di sekitar ruang tunggu.

Di luar rumah sakit, tampak mobil mewah berwarna putih parkir di parkiran mobil. Tampak seorang pria muda keluar dari mobilnya, pria itu berkulit putih dan rambut hitam rapi menggunakan kemeja hitam dan celana panjang hitam bersepatu coklat, wajahnya pun sangat tampan.

Pemuda tampan itu masuk kedalam rumah sakit melalui pintu depan. Sontak semua wanita dari bagian kasir, Resepsionis, perawat yang kebetulan melintas, bahkan OB dan cleaning servis termasuk Faida yang sedang bersama Bu Kinasih langsung tak bisa berpaling memandang pemuda tampan itu. Hanya Bu Kinasih saja yang tidak mempedulikannya.

"Wiiihhh..!! Gantengnya..!!" Faida mulai histeris melihatnya. Tapi Bu Kinasih tetap fokus mengepel lantai untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Bu Kinasih, coba lihat siapa cowok itu..?? Duh, ganteng banget...!!" Faida yang histeris penasaran siapa pemuda tampan itu.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

bener bener kasihan putri

2021-12-24

1

putri

putri

Thor...ko ga ada POV nya Dinar...? ceritanya muter itu terus...🙏

2021-12-14

1

Miss Bonita

Miss Bonita

Bisa2nya tante larangw haid

2021-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!