Dokter & Cleaning Servis

Sementara itu, didalam rumah yang sangat gelap tanpa cahaya sedikitpun, secara tiba-tiba perasaan Mimi menjadi gelisah. Untuk pertama kalinya Mimi merasa gelisah jika Bu Kinasih belum datang. Tumben kali ini Mimi mengkhawatirkan induk susunya itu jika belum pulang. Dia berharap Bu Kinasih segera pulang dan menyalakan semua lampu semprong dirumah itu agar Mimi tidak kegelapan. Sebab Mimi sudah mulai semakin terasa telah mengidap Phobia terhadap gelap.

*****

Mimi yang saat ini sedang sakit demam, ditambah lagi dengan tangan dan kakinya diikat dengan rantai, berusaha menahan rasa takutnya dengan cara menutup matanya agar dia bisa segera tertidur, dengan harapan ketika dia bangun tidur nanti Bu Kinasih sudah datang dan menyalakan semua ruangan dengan lampu semprong yang sudah menempel di dinding setiap ruangan.

...****************...

Sementara itu, dua orang pria bertubuh besar dan kekar itu mengarahkan pistol ke arah Bu Kinasih, tapi bukannya takut atau langsung lari, Bu Kinasih justru hanya berdiri dengan santai.

"Letakkan saja pistol kalian, aku nggak bakalan lari." Kata Bu Kinasih yang justru malah mendekati mereka tanpa gentar sedikitpun.

"Eh, kamu sudah bosan hidup ya?!" Kata salah satu Pria bertubuh kekar itu, sambil mengarahkan pistol kearah kepala Bu Kinasih.

"Ngapain kamu disini?! Kamu tadi ngikutin aku dari belakang?!" Tanya Dokter Rebecca.

Sementara itu, Adya yang duduk dalam kondisi tangan dan kakinya terikat tali, hanya bisa menangis dan berharap mendapatkan pertolongan. Adya mengira Bu Kinasih datang sebagai pahlawan untuk menolongnya.

"Hanya sekedar memberikan penjelasan tentang sesuatu yang menyenangkan." Jawab Bu Kinasih.

"Apa maksudmu..!! Jangan coba menceramahi aku..!!" Dokter Rebecca memberikan ancaman kepada Bu Kinasih.

"Terlalu mudah untuk membunuhnya dengan cara seperti ini. Tinggal arahkan pistol, tarik pelatuk pistolnya, Doorr..!! Dan semua selesai. hehehhe... Nggak ada sensasinya." Kata Bu Kinasih.

"Jangan coba-coba mengajari aku..!! Jangan sampai aku berbuat gila kepadamu, karena itu bisa membunuhmu..!!" Dokter Rebecca memberikan ancaman kembali.

"Aku lebih gila daripada kamu, Bu Dokter! Seandainya ibu mengetahui, kalau yang ibu lakukan ini masih belum ada apa-apanya." Bu Kinasih memberikan penjelasan kepada Dokter Rebecca.

"Apa maksudmu ini belum ada apa-apanya?" Rebecca bingung dengan perkataan Bu Kinasih.

"Awas Bu, jangan terpengaruh dengan kata-katanya..! Dia ini sedang mencari celah untuk kabur..!!" Ujar salah satu Pria itu.

"Justru saya yang ikut menyarankan Bu Rebecca dalam hal ini!" Seru Bu Kinasih kepada Pria itu.

"Lalu kenapa kamu menggangguku, dan berkata ini terlalu mudah? Jadi apa maumu?" Tanya Dokter Rebecca yang semakin bingung dengan perkataan Bu Kinasih.

"Membunuh itu sangat mudah, Bu Dokter. Apalagi jika hanya menggunakan pistol. Tinggal tekan pelatuknya, lalu DORRR..!! maka permasalahan selesai. Sama sekali nggak ada keseruannya. Bukankah saya pernah katakan kepada ibu, balas dendamlah dengan cara yang menyenangkan!" Ujar Bu Kinasih.

"Maksudnya? Kata-katamu membingungkan!" Dokter Rebecca semakin tak mengerti dengan perkataan Bu Kinasih.

"Pendidikan ibu lebih tinggi jauh daripada aku. Seharusnya ibu bisa mengerti maksudku ini." Kata Bu Kinasih.

"Coba jangan berbelit-belit kalau ngomong..!! Atau aku akan menembakmu..!!" Ancam Dokter Rebecca kepada Bu Kinasih.

"Apakah ibu nggak berfikir lebih baik menyiksanya saja daripada harus membunuhnya?! Melihat dia tersiksa itu justru lebih menyenangkan, bu. Kita bisa melihat secara langsung penderitaannya, kesakitannya, tangisannya, teriakannya. Itu lebih terlihat menyenangkan dan lebih memuaskan daripada harus melihatnya mati." Ujar Bu Kinasih.

Bu Kinasih memandang arah Adya yang sedang duduk tak berdaya dalam keadaan diikat tangan dan kakinya.

"Jika dia mati, sakitnya hanya sekali. Itu tidak sebanding dengan penderitaan ibu selama ini. Jika dia hanya tersiksa, kita bisa melihat dia terus menderita setiap hari. Itu justru lebih baik. Bahkan sangat setimpal menurutku." Lanjut Bu Kinasih.

"Maksudmu aku harus seperti yang kayak di film psikopat gitu?! Yang justru lebih senang melihat korbannya menjadi bahan mainan untuk dibuatnya menderita begitu?!" Tanya Dokter Rebecca.

"Ya, seperti itu maksudku. Akhirnya ibu paham juga." Bu Kinasih tersenyum.

"Kamu ternyata cuma bisa ngomong saja tanpa bisa membuktikan apa-apa,ya?! Ngomong itu mudah, tapi kamu pikir melakukannya itu semudah seperti yang kamu bicarakan? Kamu cuma bisa ngomong saja.!" Jawab Dokter Rebecca kepada Kinasih.

"Ibu bilang kalau saya cuma ngomong saja?!" Tanya Bu Kinasih dengan sangat dingin.

"Ya, memang benar kan?!" Bentak Dokter Rebecca.

Adya yang mengira bahwa Bu Kinasih datang untuk menolongnya, ternyata dia salah. Bu Kinasih justru malah memberikan saran yang lebih parah dari itu.

"Tolong lepaskan saya. Aku janji akan pergi jauh dan nggak akan pernah mengganggu Pak Dwija lagi!" Adya memohon kepada Dokter Rebecca.

"Kalau Bu Dokter bisa sama-sama diajak bekerjasama dan saling menjaga rahasia. Aku akan membuktikannya. Gimana bu? Setuju?!" Ajakan Bu Kinasih kepada Dokter Rebecca.

"Oke, baiklah! Saya terima tantangan kamu untuk membuktikan mulut besarmu itu!" Kata Dokter Rebecca.

"Ok bu, deal ya?!" Bu Kinasih menyodorkan jari kelingking kanannya kepada Dokter Rebecca.

"Baiklah, deal!" Dokter Rebecca juga mengaitkan jari kelingking kanannya, ke jari kelingking Bu Kinasih sebagai tanda menerima persetujuan.

"Jadi untuk sementara, barang Bu Dokter ini disimpan dulu aja." Kata Bu Kinasih, yang dimaksud barang adalah Adya, korban yang diculik

"Dimana saya harus menyimpannya? Nggak mungkin saya bawa ke apartemen saya! Anak saya pasti nanti melihatnya." Jawab Bu Rebecca.

"Bisakah salah satu dari anak buahnya ibu ini yang menyimpannya untuk sementara?! Saya punya tempat khusus buat menaruh barang ibu ini. Besok aja ditaruh ditempat saya." Kata Bu Kinasih.

"Kenapa harus besok?! Nggak malam ini saja?!" Tanya Bu Rebecca.

"Karena saya nggak mau ada orang lain yang mengetahui rumah saya selain ibu Rebecca. Jadi biar besok saja kita berdua yang bawa barang ini." Saran Bu Kinasih.

"Untuk sementara, kamu simpan dulu gadis ini sampai besok." Bu Rebecca memerintahkan salah satu Pria suruhannya itu untuk menyimpan Adya sementara waktu.

"Kalau begitu biar kita berdua saja malam ini yang kerumahmu?" Dokter Rebecca bertanya kepada Bu Kinasih.

"Jalan masuk rumah saya itu tidak bisa dilewati satu mobil. Hanya satu sepeda motor saja yang bisa melewati jalan itu. Itupun nggak ada orang yang tahu."Jawab Bu Rebecca.

"Berarti besok aku harus menggunakan sepeda motor juga begitu?!" Dokter Rebecca bertanya lagi.

"Ya, tentu saja." Jawab Bu Kinasih.

Mereka akhirnya membahas untuk rencana besok, bagaimana cara membawa Adya yang mereka culik agar bisa dibawa kerumah Bu Kinasih.

...****************...

Malam semakin gelap, waktu menunjukkan jam 22.00. Mimi tak bisa melihat ruangan sekitar meskipun sudah melirik kanan dan kiri karena belum ada yang menyalakan lampu semprong ke seluruh ruangan. Bahkan perut Mimi pun sangat lapar dan haus karena belum ada yang memberikannya makan dan minum.

Tiba-tiba terdengar suara sepeda motor dihalaman, pertanda Bu Kinasih telah datang.

Perasaan Mimi agak lega karena akan ada yang menerangi lampu setiap ruangan sehingga rumah tidak kegelapan lagi.

Bu Kinasih masuk kedalam rumah dan langsung menyalakan semua lampu semprong di semua ruangan termasuk di kamarnya. sehingga seluruh ruangan bercahaya kembali meskipun cahaya tak seterang lampu listrik.

"Oh, sayang kegelapan ya dari tadi.?!" Bu Kinasih menghampiri Mimi dan langsung mengangkat tubuh Mimi dan membaringkan ke pangkuannya.

"Oww.. haus ya, nak? Ooh, anak mama.. maafin mama ya sayang pulangnya tadi terlambat." Biasanya Bu Kinasih secara rutinitas memberikan Asi yang sudah diperah didalam beberapa botol yang di perahnya siang tadi terlebih dahulu, setelah itu baru meminumkan Asi kepada Mimi langsung dari buah dadanya. Tapi kali ini Bu Kinasih dikarenakan Bu Kinasih sudah pulang terlalu malam hingga membuat buah dadanya merasa sangat nyeri karena terlambat menyusui, makanya Bu Kinasih menyusui Mimi langsung dari buah dadanya terlebih dahulu.

"ooww... pasti Mimi haus banget ya, nak..!! Kasihannya anak mama..!!" Bu Kinasih mengayunkan badannya untuk menimang-nimang tubuh Mimi yang sedang di susuinya.

Mimi yang sedang sakit tampak sangat lemah dengan wajah pucat dan kurang bertenaga.

Setelah setengah jam disusui, Bu Kinasih memeriksa isi dalam popok Mimi. Popok Mimi yang sudah diduga dipenuhi kotoran tinja dan air kencing yang sudah tertampung penuh dalam popoknya, Bu Kinasih langsung mengangkat tubuh Mimi ke kamar mandi untuk melepas popok kotornya sekaligus memandikan Mimi.

Setelah Mimi dimandikan, dan diganti popoknya serta memakaikan pakaian. Bu Kinasih memberi makan bubur bayi seperti biasa. Tetapi karena Mimi sedang sakit sehingga tubuhnya lemah, Bu Kinasih menyuapi Mimi sambil membaringkan tubuh Mimi dipangkuannya.

Setelah selesai makan, Bu Kinasih mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Minum obat dulu ya, sayang biar cepat sembuh!" Bu Kinasih memberikan obat demam sirup kepada Mimi. Tapi mirisnya yang diberikan oleh Bu Kinasih justru adalah obat sirup anak rasa stroberi untuk anak berusia 0-1 tahun, yang sudah jelas kadar dosisnya tidak sesuai dengan tubuh Mimi yang sudah dewasa.

Bu Kinasih menyuapi obat sirup anak itu ke mulut Mimi, "Cepat sembuh ya, nak!" Kata Bu Kinasih.

...****************...

Esok hari pada jam istirahat, Dokter Rebecca menemui Bu Kinasih yang sedang bersama temannya bernama Faida yang kebetulan sedang ngepel lantai di ruang tunggu.

"Bu, bisa keruangan saya sebentar?" Ajak Dokter Rebecca kepada Bu Kinasih.

"Baik, Bu." Jawab Bu Kinasih kepada Dokter Rebecca, kemudian langsung meninggalkan Faida.

"Tumben Bu Rebecca memanggil Bu Kinasih kayak gitu. Ada apa ya?" Faida penasaran, kemudian mengikuti mereka dari belakang.

Didalam ruangan Dokter Rebecca, Bu Kinasih duduk dihadapannya. Mereka mulai mengobrol soal rencana tadi malam. Faida yang penasaran secara diam-diam berdiri didepan pintu ruangan Dokter Rebecca untuk menguping pembicaraan mereka agar dia mengetahui apa yang mereka bicarakan.

Belum saja mulai mengobrol, Bu Rebecca secara kebetulan melirik didepan pintu ruangannya dan melihat ada sebuah bayangan seseorang didepan pintu, membuat Dokter Rebecca menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menguping pembicaraannya.

Dokter Rebecca membisikkan sesuatu kepada Bu Kinasih tepat didepan wajahnya, "Sepertinya ada seseorang yang sedang menguping pembicaraan kita. Bagaimana jika kita ngobrol di tempat lain aja?!"

"Terserah ibu aja baiknya gimana." Jawab Bu Kinasih yang menoleh ke arah pintu. Dari bayangannya saja Bu Kinasih sudah mengetahui siapa yang sedang menguping pembicaraannya dengan Dokter Rebecca itu, yang sudah dipastikan orang itu adalah Faida.

Dokter Rebecca dan Bu Kinasih akhirnya berdiri dari tempat duduknya menuju luar ruangan. Faida yang menyadari hal itu, kemudian langsung segera berlari agar tidak ketahuan jika dia sedang menguping pembicaraan mereka.

Dokter Rebecca mengajak Bu Kinasih menuju ke parkiran untuk masuk kedalam mobilnya. Sementara itu Faida jadi makin penasaran apa yang sebenarnya dibicarakan mereka.

"Kayaknya pembicaraan serius deh, kok sampai intim banget ngobrolnya. Tapi kok Bu Kinasih belum ada cerita ke aku, ya?! Jadi penasaran masalahnya apa." Kata Faida dalam hati.

Dokter Rebecca membawa Bu Kinasih makan di sebuah restoran yang sepi pengunjung. Mereka kemudian memesan makanan dan minuman untuk makan siang mereka.

"Bu Dokter nggak malu bawa saya kesini? Apa lagi saya berpakaian seragam OB." Tanya Bu Kinasih.

"Kalau aku malu, nggak mungkin aku mau membawamu kesini." Jawab Dokter Rebecca.

"Oh, begitu.. Jadi apa yang ingin Bu Dokter bicarakan?" Tanya Bu Kinasih.

"Mengapa kamu bersedia bahkan menawarkan diri jika Adya nanti malam untuk disekap di rumahmu..??" Dokter Rebecca bertanya dengan suara yang kecil.

"Karena saya memang punya tempatnya. Bahkan saya jamin rumah saya ini sulit ditemui orang." Jawab Bu Kinasih dengan santai.

"Tapi ingat, selama Adya disana, jangan sampai kamu lengah sedikit pun. Itu akan sangat berbahaya buat kita!" Rebecca mengingatkan Bu Kinasih untuk jangan sampai lengah.

"Heheheh... Bu Dokter nggak perlu ngajari saya soal itu. Seperti yang saya tadi malam katakan, sebenarnya saya lebih gila daripada ibu." Bu Kinasih tersenyum kecil karena merasa diremehkan oleh Dokter Rebecca.

"Apakah sebelumnya kau pernah melakukan hal ini?" Dokter Rebecca kembali bertanya dengan perasaan yang membingungkan.

"Begini aja, jika Bu Dokter masih meremehkan saya, bagaimana jika sore ini ibu kerumah saya dulu sekitar jam 3 sore, biar ibu bisa menilai tempat yang saya rekomendasikan. Kalau menurut ibu pas, malam ini ibu bisa bawa gadis itu kerumah saya. Jika menurut ibu nggak pas, terserah ibu mau apakan gadis itu. Mau ibu langsung bunuh ya terserah juga. Karena sudah dipastikan ibu nggak punya tempat untuk menyembunyikannya terlalu lama." Kata Bu Kinasih.

Dokter Rebecca berfikir sejenak. "Oke.. Kalau begitu nanti saya akan menghubungi rekan saya Jeevan, biar dia aja nanti yang menjemput anak saya pulang sekolah sore ini. Aku juga nanti akan pinjam sepeda motor salah satu anak buahku yang tadi malam, karena kamu bilang jalan menuju rumahmu hanya bisa dilewati satu sepeda motor aja."

"Ya bu, nggak mungkin kita berboncengan karena dipastikan orang pasti akan curiga sama kita. Sedangkan kita baru ngobrol dekat seperti ini aja, sudah ada orang yang penasaran bahkan ada mau menguping pembicaraan kita." Kata Bu Kinasih.

"Jadi sore nanti kita ketemuan dimana?" Dokter Rebecca bertanya kembali.

...****************...

Sore hari, waktu yang ditentukan itu tiba. Bu Rebecca dengan menggunakan sepeda motor sport warna hitam menunggu Bu Kinasih di sebuah pinggir jalan kecil yang dikelilingi pepohonan.

Tak lama kemudian Bu Kinasih datang dengan sepeda motor bututnya menghampiri Dokter Rebecca yang sudah menunggu.

"Dimana jalan masuknya?" Dokter Rebecca bertanya kepada Bu Kinasih yang baru tiba.

"Ayo Bu, ikut saya!" Bu Kinasih mengajak Bu Rebecca masuk di suatu jalan kecil menuju hutan dengan sepeda motor masing-masing.

Dokter Rebecca tampak gagah saat menggunakan motor sport yang dikendarainya, mengikuti arah jalan Bu Kinasih dari belakang.

Setelah masuk kedalam hutan cukup jauh, akhirnya telah sampai di halaman rumah Bu Kinasih.

"Silahkan masuk, Bu!" Bu Kinasih mengajak Bu Rebecca masuk kedalam rumahnya.

Bu Kinasih membuka pintu rumahnya kemudian masuk kedalam rumahnya mengajak Bu Rebecca, "Mari masuk Bu!"

Bu Rebecca yang masuk kerumah dan melihat suasana rumah Bu Kinasih yang sangat kumuh. Rumah tembok yang terlihat tumpukkan bata karena tak diplester, atap rumah tak berplafon bahkan ada beberapa titik kebocoran. Bahkan Bu Rebecca sempat melihat ada seekor tikus yang melintas sambil mengendap-endap dibalik tembok.

"Silahkan duduk bu, saya mau menemui bayi saya dulu dikamar." Bu Kinasih mempersilahkan Dokter Rebecca untuk duduk di sofa yang kumuh dan tampak beberapa sobekan dibeberapa bagian.

"Kamu punya bayi?" Bu Rebecca baru tahu jika Bu Kinasih masih mempunyai bayi.

"Ya bu,. sebentar ya!" Bu Kinasih kemudian masuk kedalam kamarnya.

Bu Kinasih menghampiri Mimi yang sedang terbaring lemah di atas kasur kapuknya karena masih sakit demam, suhu tubuh Mimi masih cukup tinggi.

"Tumben pulang cepat? Biasanya senja baru pulang." Mimi bertanya dengan wajah yang tampak lemas dan wajah yang pucat.

"Ya sayang, soalnya mama ada kedatangan tamu mama." Bu Kinasih sambil membuka tasnya dan mengeluarkan botol perah asi yang diperas dari buah dadanya yang rutin dilakukannya setiap siang. Yang diberikan untuk diminumkan kepada Mimi.

Dokter Rebecca menunggu diruang tamu sambil duduk di sofa sendirian.

"Maaf menunggu lama. Kenalin ini bayiku namanya Mimi." Kata Bu Kinasih yang keluar kamar menghampiri Dokter Rebecca sambil menggendong Mimi.

Dokter Rebecca sontak langsung terkejut melihat apa yang digendong Bu Kinasih. Matanya melotot melihat seorang gadis yang dirantai tangan dan kakinya, serta menggunakan popok layaknya bayi.

"i..ini...?? ini apa..??" Rebecca terkejut dengan apa yang dilihat dihadapannya.

Bu Kinasih duduk di sofa tepat dihadapan Dokter Rebecca sambil membaringkan Mimi dipangkuannya.

"Apakah anda masih mau meremehkan saya soal sekap-menyekap, Bu Dokter..?!" Bu Kinasih bertanya dengan sikap yang dingin.

Dokter Rebecca syok melihatnya, dan tak menyangka jika Bu Kinasih lebih berpengalaman soal menculik orang. Ternyata Bu Kinasih adalah orang yang nggak bisa diremehkan.

Dada Dokter Rebecca berdebar kencang. "Apa yang kamu lakukan kepada gadis itu..?"

"Aku membuatnya menjadi bayiku. Inilah yang disebut hal yang menyenangkan." Bu Kinasih menjawabnya dengan sangat dingin. Seolah berhasil menjawab anggapan Dokter Rebecca yang sebelumnya meremehkannya.

"Oh, sayang masih haus ya.?!" Bu Kinasih menyapa Mimi yang berbaring dipangkuannya sambil membuka kancing baju seragam kerjanya, kemudian mengeluarkan buah dada besarnya yang hitam dan bergegas menyusui Mimi.

Mulut Bu Rebecca sampai menganga sangking kagetnya melihat kegilaan yang dilakukan Bu Kinasih terhadap gadis yang diperlakukan bayi olehnya itu. Dokter Rebecca tampak miris melihat gadis yang disekap Bu Kinasih itu yang sedang menyusu kepada Bu Kinasih dan tampak seperti bayi besar.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

wah ternyata aq salah prediksi malah seorang dokter ikutan sedeng

2021-12-24

1

Palgunadi Rata

Palgunadi Rata

Gak tau kalau jadi putri tiap malam mimpi kayak apa

2021-12-19

1

Rindiani Wardanita

Rindiani Wardanita

buat dokter Rebecca kasian sama Mimi dong Thor, biar ditolongin Mimi nya. kasian Thor, 😭

2021-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!