Penyekapan Dua Gadis

"AAAAKKHH..!!" Putri berteriak karena terkejut melihat rupa bayi itu, dan tanpa sengaja menjatuhkan bayi yang digendongnya.

"TIDAAAAKKK...!!! KAMU MENJATUHKAN BAYIKU..!!" Bu Kinasih langsung teriak histeris melihat bayinya jatuh dari tangan Putri tepat dihadapannya.

Putri tampak ketakutan, ternyata bayi itu adalah mayat bayi yang sudah lama meninggal. Tubuhnya mulai mengering, dan ada beberapa kulit yang sudah terkelupas di bagian wajah dan dada hingga tulang tengkorak dan rusuknya mulai terlihat. Sebagian tubuhnya sudah menjadi tulang, bahkan mata di bagian kanannya sudah hilang.

"KENAPA KAMU JATUHKAN BAYIKU..!! KENAPA KAMU JATUHKAN BAYIKU..!!" Bu Kinasih semakin histeris.

Putri yang ketakutan langsung segera berbalik menuju pintu untuk keluar dari kamar itu tetapi pintu itu tak bisa dibuka. Ternyata tanpa disadari oleh Putri, pintu itu sudah dikunci oleh Bu Kinasih sejak awal Putri masuk dari kamar tadi. Bu Kinasih langsung bergegas menangkap Putri yang berusaha melarikan diri. Bu Kinasih mencekik leher Putri dari belakang lalu membenturkan kepala Putri dengan sangat keras ke tembok sehingga kening Putri mengeluarkan darah dan akhirnya Pingsan.

Sementara itu, Dinar keluar dari toilet secara terburu-buru karena mendengar suara teriakan tadi. Ketika telah sampai diruang tamu, Dinar tidak melihat Putri. Dinar hanya melihat Bu Kinasih yang sedang duduk sendiri di sofa sambil menikmati camilan biskuit.

"Bu, tadi saya dengar ada suara teriakan?! Dimana Putri?" Tanya Dinar dengan gugup.

"Oh, tadi temanmu itu teriak karena kaget melihat ada cicak jatuh di kepalanya. Gara-gara teriakannya anakku sampai terbangun. Itu dia ada didalam kamar. Aku suruh dia bertanggungjawab untuk menidurkan bayiku lagi. Gara-gara dia anakku jadi terbangun." Jawab Bu Kinasih.

Mendengar jawaban Bu Kinasih, Dinar ingin bergegas menuju kamar.

"Tunggu!" Kata Bu Kinasih

"Ada apa bu?" Tanya Dinar heran.

"Jangan masuk ke kamar dulu. Biarkan temanmu menidurkan anakku dulu. Paling kalau anakku sudah berhasil dia tidurkan, dia langsung kembali kesini." Kata Bu Kinasih.

"Kalau begitu, biarkan saya membantu teman saya untuk menidurkan anak ibu." Kata Dinar.

"Anakku itu tidak suka keramaian. Jika ada lebih satu orang didekatnya, dia malah nggak bisa tidur. Nanti malah lebih ribet lagi kalau anakku malah nggak bisa tidur. Duduklah disini! Saya yakin dia nggak akan lama lagi." Jawab

Bu Kinasih.

Dinar duduk dihadapan Bu Kinasih, dengan wajah yang penuh keraguan.

"Kalau seandainya kamu disuruh memilih, kambing, ayam, babi, hewan mana yang paling kamu sukai?" Tanya Bu Kinasih sambil menatap wajah Dinar dengan tajam.

"Maksudnya..??" Dinar tampak kebingungan.

"Jawab saja! Diantara tiga hewan ini, hewan mana yang paling kamu sukai? Kambing, ayam, atau babi?" Bu Kinasih bertanya lagi dengan tatapan tajamnya.

"hmmmm... kambing." Jawab Dinar

"Kenapa kamu memilih kambing?" Tanya Bu Kinasih.

"Entahlah! Sebenarnya tak ada yang aku suka dari tiga hewan itu. Tapi karena aku harus memilih dari ketiga itu, makanya aku memilih kambing." Jawab Dinar.

"hmm, begitu ya?!" Bu Kinasih tersenyum dengan tatapan yang tetap tajam.

Bu Kinasih berdiri perlahan lalu duduk tepat di samping Dinar, membuat Dinar semakin gelisah ketika Bu Kinasih duduk di sampingnya.

"Bu, bisakah saya mendatangi teman saya dikamar? Soalnya saya lihat, kamar tampak tenang, mungkin anak ibu sudah tidur dari tadi." Kata Dinar.

"Ya, silahkan..!" Jawab Bu Kinasih.

Dinar langsung berdiri menuju kamar Bu Kinasih. Tetapi baru saja didepan pintu kamar, tiba-tiba sebuah balok memukul lehernya sampai pingsan. Ternyata yang memukul menggunakan balok dari belakang itu adalah ibu Kinasih

...****************...

Pagi hari telah tiba, hujan sudah reda, dan matahari kembali terbit lagi. Rumput-rumput dihalaman rumah dan pepohonan masih terlihat segar karena masih basah habis diguyur hujan deras semalam.

Putri mulai sadarkan diri. Dia membuka matanya secara perlahan, setelah matanya terbuka, dia baru sadar bahwa masih berada didalam kamar Bu Kinasih dalam posisi tergeletak di lantai. Putri yang hanya masih mengenakan handuk untuk menutupi tubuh kurusnya mendadak terkejut, ketika dia menyadari ternyata kedua tangannya terikat dibelakang dan kedua kakinya pun juga terikat menggunakan rantai.

"Putri..!!" Tiba-tiba terdengar suara dibelakangnya, yang ternyata itu adalah Dinar, sahabatnya yang juga terikat dalam kondisi yang sama dengan rantai. kedua tangan dan kakinya terikat dengan rantai dan hanya mengenakan handuk yang semalam dia pakai. Kini Dinar dan Putri sama-sama tergeletak di lantai sebuah kamar.

"Dinar... Kau .??" Putri menjawab sapaannya.

"Putri, aku takut..!!" Dinar mulai menangis ketakutan. Membuat Putri pun menjadi ikut panik.

"Aku juga takut, tapi kita harus keluar dari sini!" Putri juga mulai mengeluarkan air mata dan menangis ketakutan.

Tak lama kemudian, Bu Kinasih yang datang memakai Daster panjang warna merah maroon tanpa lengan, dengan menampakkan kedua lengan besarnya yang berkulit hitam yang tampak kuat, datang sambil menggendong mayat bayinya yang terbungkus kain putih kekuningan itu, membuat kedua gadis itu semakin panik dan ketakutan. Bu Kinasih berjalan menuju kearah mereka. Lalu menyodorkan mayat bayinya kepada mereka.

"Lihatlah bayiku! cantik bukan?!" Kata Bu Kinasih sambil tersenyum.

"Hikk...!! Hikk..!! Hikk..!! To..tolong lepaskan kami bu .!! huaaa...!!" Dinar memohon sambil menangis. Tapi Bu Kinasih tak mempedulikan perkataannya.

"Oh ya, saya belum ngasih tau nama bayi cantikku ini ya?! Namanya Mimi. Nama yang bagus, bukan?!" Kata Bu Kinasih dengan tatapan tajamnya.

Bu Kinasih berdiri sambil menimang-nimang mayat bayinya yang ternyata bernama Mimi, dalam imajinasi Bu Kinasih, bayinya itu masih hidup dan bisa bergerak, padahal yang digendongnya itu hanyalah mayat bayi yang telah lama mati. Sedangkan kedua gadis yang tergeletak itu hanya bisa menyaksikan apa yang dilakukan Bu Kinasih itu sambil menangis ketakutan. Sambil menggendong mayat bayi Mimi, Bu Kinasih membuka sebuah lemari pakaian, kemudian mengambil sebuah parfum didalam laci lemari tersebut, setelah itu menyemprotkannya ke tubuh mayat bayi itu agar bau busuknya tidak terlalu menyengat.

"Oww.. anak mama sayang kok nangis terus sih...??" Kata Bu Kinasih yang berbicara kepada Mimi mayat bayinya itu. Padahal Mimi hanya terdiam membisu. Hanya imajinasi dari Bu Kinasih aja yang mengkhayal Mimi itu hidup dan sedang menangis.

Bu Kinasih membuka Kancing baju dasternya nya untuk menampilkan bra berukuran jumbo putihnya dan mengeluarkan buah dadanya yang hitam besarnya itu dari dalam bra nya. Tampak buah dadanya yang hitam pekat, kemudian Bu Kinasih langsung menyusui mayat bayi Mimi tersebut.

Putri dan Dinar yang menyaksikan Bu Kinasih sedang menyusui mayat Mimi dihadapan mereka itu tampak jijik. Apalagi saat Bu Kinasih menekan buah dadanya agar air susu segarnya keluar deras, tampak air susunya berjatuhan keluar dari mulut mayat Mimi, hingga membasahi pipi dan kain penutup bayi itu. Sebab, tak mungkin bayi yang sudah menjadi mayat bisa minum susu.

"Enak khan susunya mama?! Jangan nangis lagi ya, nak!" Kata Bu Kinasih kepada mayat Mimi yang disusuinya. Asinya terus tumpah, bahkan hingga ke lantai.

Beberapa menit kemudian, Bu Kinasih selesai menyusui mayat Mimi itu, lalu memasukkan kembali buah dadanya kedalam bra miliknya, dan memasukkannya kedalam daster tersebut tapi tidak mengancing bajunya, sehingga belahan dada hitamnya masih terlihat. Mulut mayat Mimi yang tetap menganga terlihat air susu yang menggenang disela-sela mulutnya, tampak terlihat air susu yang membasahi tubuh mayat itu.

Tatapan tajam mata bu Kinasih kembali tertuju kepada kedua gadis tadi. Kedua gadis yang masih tergeletak dilantai, tergeletak dalam keadaan hanya mengenakan handuk dengan rantai di kedua tangan dan kakinya pun ini semakin ketakutan karena tak bisa berbuat apa-apa.

"Maukah kalian bermain dengan Mimi?!" Bu Kinasih mendekati kedua gadis itu dan menyodorkan kembali mayat bayinya kepada mereka.

Putri dan Dinar yang tergeletak yang tak bisa berdiri karena kaki dan tangannya diikat, mereka menggeser tubuh mereka semakin ke pojok karena takut melihat mayat bayi itu.

"Jaa...jangan..!!" Putri memohon sambil menangis.

"Tolong jangan, kami nggak mau..!! Lepaskan kami...!!" Dinar ikut memohon sambil menangis.

"Jadi kalian tak suka bermain dengan Mimi?! Kenapa? Kenapa kalian tak menyukai Mimi?" Tanya Bu Kinasih kepada kedua gadis yang ketakutan itu.

Kedua gadis itu hanya menangis terpojok, sedangkan Bu Kinasih terus mendekat dan menyodorkan mayat bayinya.

"Ayo sini mendekatlah, Mimi ingin sekali bermain dengan kalian!" Bu Kinasih semakin memaksa mereka.

Bu Kinasih menyodorkan mayat Mimi kepada Dinar, "Ayo bermainlah! Sini!" Bu Kinasih kemudian menyodorkan mayat Mimi kepada Putri.

Putri yang semakin jijik melihat penampilan mayat bayi itu, "AAAAKKHH..!!" tiba-tiba secara refleks menendang mayat bayi itu secara kuat hingga terjatuh ke lantai. Karena mayat bayi itu sudah lama membusuk dan lama mengering, dengan mudah kepalanya terlepas saat terjatuh.

"AAAAKKHH..!! TIDAAAK...!!" Bu Kinasih yang histeris melihat mayat bayinya itu jatuh dan terlepas kepalanya, membuat dia semakin gila, dan langsung menendang dan menghajar tubuh Putri yang masih terikat hingga handuk yang dikenakan putri nyaris terlepas dari tubuhnya.

"PEMBUNUUUHH...!!" Bu Kinasih yang semakin gila memukul wajah dan kepala Putri, dan juga menghujani tendangan-tendangan ke arah perut, punggung, bahkan kepala Putri hingga babak belur.

"JANGAN BU..!! HENTIKAAN..!!" Dinar yang juga terikat juga hanya bisa memohon kepada Bu Kinasih yg untuk menghentikan serangannya kepada Putri.

"KAMU PEMBUNUUHH..!! KAMU PEMBUNUH ANAKKU...!!" Bu Kinasih terus menghajar Putri hingga darah segar mengalir dari dalam mulut dan hidungnya. Tubuh Putri yang sangat kurus, tentu tak kuasa menahan pukulan dan tendangan dari tangan dan kaki Bu Kinasih yang besar.

"HENTIKAN BU..!! HANGAN SAKITI TEMAN SAYAA..!! AKU MOHON BU..!!" Dinar menggeserkan badannya ke tubuh Putri untuk melindungi sahabatnya itu dari kegilaan Bu Kinasih, sehingga Dinar pun ikut merasakan serangan-serangan Bu Kinasih.

Bu Kinasih menghentikan serangan dan langsung mengambil kepala mayat bayi Mimi yang terlepas tadi. Kemudian memeluk erat kepala bayi itu.

"Mimi, jangan tinggalkan mama sendirian,nak! Jangan mati Mimi!" Bu Kinasih menangis histeris sambil memeluk erat kepala bayinya.

"KAMU MEMBUNUH ANAKKU...!!" Bu Kinasih menoleh kearah Putri dengan sangat marah. tatapan matanya semakin besar dan tajam kearah Putri. Putri yang babak belur dan mengeluarkan darah, tak berhenti ketakutan.

"BUKAN BU..!! BUKAN PUTRI YANG MEMBUNUH ANAK IBU..!! SEBENARNYA ANAK IBU ITU SUDAH LAMA MATI...!!" Jawab Dinar kepada Bu Kinasih.

"APA MAKSUDMU..!! KAMU SENDIRI LIHAT, SAHABATMU SENDIRI YANG MENJATUHKAN ANAKKU..!!" Jawab Bu Kinasih kepada Dinar dengan nada yang lantang.

"ENGGAK BU..!! ANAK IBU MEMANG SUDAH MATIII..!! IBU LIHAT BAYI IBU..!! HANYA TINGGAL KULIT YANG MENGERING DAN TULANG..!! TIDAK MUNGKIN ADA ORANG YANG HIDUP DENGAN KONDISI SEPERTI ITU..!!" Jawab Dinar yang berusaha meyakinkan Bu Kinasih.

Bu Kinasih langsung terdiam sejenak dan memerhatikan tubuh mayat bayinya yang sudah tanpa kepala. Kemudian dia mengambil tubuh mayat bayi tanpa kepala itu sambil memandangi seluruh tubuhnya.

"Jadi sebenarnya Mimi sudah lama mati?" Tanya Bu Kinasih sambil menggenggam mayat bayi tanpa kepala itu.

"i..iya bu.. anak ibu sebenarnya sudah lama mati." Jawab Dinar yang semakin meyakinkan Bu Kinasih.

Suasana menjadi tenang sesaat, tiba-tiba Bu Kinasih mengeluarkan air matanya dan menangis histeris sambil memeluk mayat bayi tanpa kepala itu.

"Kenapa kamu mati, nak! Mama sayang banget sama kamu, nak..!! HUAAAA...!!" tangisan Bu Kinasih tiba-tiba pecah. Putri dan Dinar menyaksikan kejadian itu dengan sangat miris.

"Sabar bu! Yang tabah bu! Anak ibu sudah tenang di alam sana. Anak ibu sudah bahagia di surga, dan nggak pernah merasakan sakit lagi bu!" Kata Dinar yang berusaha untuk menenangkan Bu Kinasih yang masih menangis.

Bu Kinasih menangis dengan cukup lama sambil memeluk mayat bayi Mimi tanpa kepala itu.

"Saya yakin, kalau Mimi juga sayang sama ibu. Tapi Tuhan sudah mengambilnya lama. Mimi pasti mendoakan yang terbaik untuk ibu." Kata Dinar lagi.

"Sudah lama aku menginginkan kehadiran anak, tapi kenapa satu-satunya anak yang aku miliki mengapa harus pergi? apakah aku nggak berhak memiliki anak?!" Bu Kinasih tampak sedih.

"Nggak bu, semua orang pasti berhak untuk memiliki apa yang diinginkan selama itu baik. Saya yakin, ibu pasti akan mendapatkan yang terbaik." Kata Dinar.

"Tapi aku butuh anak sekarang, aku nggak mau sendirian disini." Kata Bu Kinasih.

"Gampang bu, ada banyak panti asuhan, jika ibu melepaskan kami, kami berjanji akan membantu ibu mencarikan bayi untuk ibu, untuk menggantikan posisinya Mimi." Bujuk Dinar

"Ya bu, kami berjanji akan berusaha mencari bayi di panti asuhan agar bisa ibu adopsi untuk menggantikan posisi Mimi." Putri ikut membujuk Bu Kinasih.

"Tapi aku hanya mau bayi perempuan, sebab Mimi adalah bayi perempuan. Dan satu-satunya bayi yang pernah aku miliki." Pinta Bu Kinasih.

"Ya bu, kami berjanji, jika ibu melepaskan kami, kami akan berkeliling kota untuk mencari bayi perempuan yang cantik, yang ibu inginkan." Bujuk Dinar.

Bu Kinasih yang matanya merah dan berair karena habis menangis, kembali menoleh kepada kedua gadis itu dengan tajam.

"Tapi, aku ingin kalianlah yang menggantikan Mimi disini!" Kata Bu Kinasih dengan tatapan tajamnya yang membuat Dinar dan Putri kembali menjadi takut.

"Ma..maksud ibu?" Dinar tampak bingung dan gelisah.

"Salah satu dari kalian harus tinggal disini, menggantikan posisi Mimi untuk menjadi bayiku." Kata Bu Kinasih lagi.

kedua gadis itu terkejut, dengan apa yang dikatakan Bu Kinasih barusan.

"Kenapa kami bu? ibu lihat, tubuh kami besar, kami sudah dewasa. tubuh kami nggak menggemaskan karena sudah terlalu besar untuk menjadi bayi, bu!" Kata Dinar

Bu Kinasih mendekati kedua gadis yang masih terikat dengan rantai, dan memperhatikan wajah mereka dari jarak dekat. Dinar yang takut, langsung menundukkan kepala karena tak berani melihat tatapan mata Bu Kinasih. Sedangkan Putri membalikkan badannya dengan posisi tiarap, karena handuk yang dikenakannya hampir terlepas akibat serangan Bu Kinasih tadi. Oleh sebab itu Putri berbalik ke posisi tiarap untuk menutupi buah dadanya yang kecil dengan lantai. Karena dalam kondisi terikat, tak mungkin Putri bisa memperbaiki posisi handuknya.

"Aku sendiri yang memilih salah satu dari kalian mana yang lebih cocok untuk menggantikan posisi Mimi." Kata Bu Kinasih yang memperhatikan mereka satu persatu.

Pertama Bu Kinasih memegang wajah Putri yang tertunduk dan membalikkan wajah Putri kearah wajahnya. Bu Kinasih menatap wajah Putri dari jarak dekat. Mata Putri tak berani menatap matanya, sehingga mata Putri hanya tertuju kebawah.

"Aku nggak cocok bu! Jangan aku bu!" Kata Putri yang penuh rasa takut dan tak berani memandang wajah Bu Kinasih.

Setelah itu Bu Kinasih memegang wajah Dinar, dan memperlakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan terhadap Putri tadi. Bu Kinasih pun juga meraba pipi Dinar yang putih mulus.

"Ja..jangan aku, bu! Aku nggak cocok untuk jadi bayi ibu!" Dinar yang ketakutan, kembali mengeluarkan air mata.

Bu Kinasih bangkit dan berdiri dihadapan kedua gadis itu. Wajahnya kembali tersenyum.

"Saya sudah menemukan siapa diantara kalian yang cocok menggantikan bayi saya, dan tinggal disini bersama saya selamanya." Ujar Bu Kinasih

Dinar dan Putri hanya tertunduk, berharap bukan dirinya yang terpilih untuk tinggal ditempat seperti ini.

"Jika salah satu dari kami yang terpilih, lalu bagaimana dengan kami yang satunya?" Tanya Dinar

"Nggak mungkin saya membebaskan salah satu dari kalian, bukan?! Sudah pasti yang nggak terpilih akan mati!" Jawab Bu Kinasih yang menakuti mereka

"Jangan..!!" Ketakutan mereka semakin bertambah membuat mereka kembali menangis.

"Tolong lepaskan kami..!! kami janji akan carikan bayi yang tepat buat ibu..!! Lepaskan kami dulu..!!" Dinar memohon untuk dibebaskan

"Jangan bunuh kami..!!" Dinar merengek

"Sudah saya tetapkan siapa yang menetap disini. Dia adalah................" Bu Kinasih mulai memilih

"Jangan bu..!! Kami nggak mau tinggal disini..!! kami juga nggak mau mati..!!" Kata Dinar yang terus merengek, sedangkan Putri hanya tertunduk pasrah sambil menangis apapun hasilnya.

"Kamu yang aku pilih, sayang. Mulai sekarang kamu adalah bayiku..!!" Bu Kinasih, menunjuk Putri sebagai pengganti bayinya yang telah meninggal.

"TIDAAAKKK..!!!" Dinar langsung berteriak histeris karena jika Bu Kinasih memilih Putri, berarti dirinya akan mati.

Putri hanya bisa menangis karena mengetahui temannya akan di bunuh.

"TOLONG BU JANGAN BUNUH AKU..!! YA, AKU MAU JADI PENGGANTI BAYINYA IBU..!! AKU JANJI AKAN MENURUTI PERINTAH IBU..!! TAPI JANGAN BUNUH AKU..!!" Dinar memohon sambil merengek ketakutan.

"Tidak, aku memilih temanmu karena temanmu lebih cantik darimu." Jawab Bu Kinasih

Mendengar temannya akan dibunuh, Putri langsung membuka suara, "Bu, daripada ibu memilih salah satu, bagaimana ibu menjadikan kami berdua menjadi bayinya ibu..?? Jadi ibu nggak perlu repot-repot membunuh salah satu dari kami..??"

"YA BU..!! YA BU..!! AKU JANJI AKAN JADI BAYI YANG IBU INGINKAN..!! AKU MAU NURUTIN APA AJA YANG IBU MAU, TAPI JANGAN BUNUH AKU..!! AKU MOHON..!!" Dinar terus merengek kepada Bu Kinasih

"HAHAHAHA..!! Tidak..!! anakku cuma ada satu. Jadi hanya satu yang tetap disini." Bu Kinasih langsung mengangkat tubuh Dinar yang masih terikat kuat dengan rantai

"TIDAK..!! JANGAN..!! JANGAAN..!!" Dinar berusaha mengelak hingga handuk yang dikenakannya pun nyaris terlepas dari tubuhnya.

"JANGAN BU..!! JANGAN BAWA DIA..!!" Putri merengek kepada Bu Kinasih agar jangan membawa temannya.

"HAHAHAHAH...!!" Bu Kinasih hanya tertawa terbahak-bahak sambil menggendong Dinar menuju keluar kamar.

"JANGAAAAN...!! TOLONG JANGAN BAWA DINAR..!!" Putri yang tak bisa berdiri karena kaki tangannya terikat, berusaha menggeser badannya untuk mengejar Bu Kinasih yang sedang menggendong Dinar keluar kamar.

"TOLOOONG .!! TOLOOONGG..!!" Dinar berteriak sambil berusaha memberontak, dan akhirnya handuk yang dikenakannya pun terlepas dan jatuh kelantai, hingga Dinar saat digendong oleh Bu Kinasih tanpa sehelai kain pun. Tetapi lengan dan tubuh Bu Kinasih terlalu besar dan terlalu kuat untuknya, sehingga Dinar tak bisa mengelak dari dekapan bu Kinasih. Lengan dan semua tubuh Bu Kinasih yang serba besar tentu nggak kesulitan menggendong tubuh Dinar yang kurus meskipun Dinar memberontak sekuat tenaga.

Bu Kinasih yang menggendong Dinar sudah keluar kamar dan menutup pintu kamar agar Putri tidak bisa keluar. Teriakan-teriakan Dinar dari luar kamar masih terdengar di dalam kamar, hingga akhirnya suara teriakannya menghilang secara perlahan karena Bu Kinasih membawanya ketempat yang cukup jauh dari kamar itu. Dan kini suara teriakan temannya sudah tidak terdengar lagi.

"TOLONG..!! JANGAN BAWA TEMANKU..!! JANGAN BUNUH TEMANKU..!! Putri yang tergeletak dilantai dan tak bisa berbuat apa-apa, hanya menangis karena prihatin dengan apa yang terjadi pada temannya nanti. Putri dikurung di dalam kamar seorang diri dengan pintu kamar yang tertutup rapat

"Maafkan aku Dinar, andai pada saat malam tadi aku tidak ngebet ngajak kamu berteduh karena hujan, dan membiarkan kita terus berjalan meskipun kebasahan, pasti kamu tidak akan mengalami hal ini.. Hik..Hik..Hikk..!!" Putri merasa menyesal akhirnya menangis tersedu-sedu karena merasa bersalah kepada Dinar.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Esa Aurelia

Esa Aurelia

hadeh panas dingin bacanya..

2022-01-24

1

Ibu'e Naya

Ibu'e Naya

psikopat....orang stres

2022-01-21

2

Imah

Imah

thor baru baca 2 aku udah ngeri sendiri di lanjutin takut ngak di lanjutin penasaran

2022-01-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!