Dipaksa Untuk Terbiasa

Mendengar perkataan Bu Kinasih yang meminta maaf, membuat Mimi merasa dirinya telah berhasil menyadarkan Bu Kinasih. Mimi merasa sedikit lega, Mimi merasa telah berhasil meyakinkan dan menyadarkan Bu Kinasih meskipun masih belum sepenuhnya. Kini Mimi tinggal berusaha untuk membujuk Bu Kinasih agar mau melepaskan ikatan rantai di tangan dan kakinya ini untuk membebaskan dirinya, dan kembali menjadi sosok gadis bernama Putri.

Bu Kinasih tertunduk sambil mengusap air matanya dengan tangannya. secara perlahan, Mimi berusaha mencari celah untuk meluluhkan hatinya. Tetapi, belum sempat Mimi melanjutkan perkataannya, tiba-tiba..........

"Hehehehhe...." Bu kinasih mendadak tertawa kecil.

"Ada apa ma?" Mimi menjadi heran.

Bu Kinasih kemudian bangkit dan segera menggendong Mimi.

"Sudah dulu main dramanya ya, nak! Waktunya mandi!" Kata Bu Kinasih yang menggendong Mimi ke luar kamar.

"Maksudnya main drama?" Mimi yang sedang digendong mendadak heran.

"Hmm... Mimiii... Mimi, padahal tadi cuma main-main aja, tapi Mimi sudah merasa jadi Putri beneran. Ingat ya, kan ! Kamu itu Mimi, bukan Putri." Ujar Bu Kinasih.

Mimi yang merasa di Prank oleh Bu Kinasih, hanya bisa terdiam. Dia sempat berfikir jika telah berhasil meluluhkan hati Bu Kinasih, ternyata salah, tak mudah meluluhkan hati orang gila.

...****************...

Mimi yang sedang digendong oleh Bu Kinasih dibawa ke dapur, dan di dudukkan di atas kursi makan kayu. Kemudian Bu Kinasih membuka sebuah lemari kayu untuk mengambil sebuah perlengkapan makan bayi berupa piring kecil dan sendok kecil yang berbahan plastik yang tampak masih baru, juga bubur bayi yang masih terbungkus rapi didalam kotak dan menaruh semuanya dihadapan Putri.

"Hari semakin siang, waktunya makan siang, nak !" Kata Bu Kinasih yang membuka bubur bayi instan itu dari dalam kotaknya yang masih berupa serbuk, kemudian menuangkannya kedalam piring plastik khusus makanan bayi itu beberapa sendok.

Bu Kinasih kembali mengambil sesuatu didalam lemari kayu tersebut dan mengambil sebuah alat perah Asi lengkap dengan botolnya bewarna bening.

Bu Kinasih duduk dihadapan Putri, kemudian mengangkat kaosnya hingga keatas dada, setelah itu membuka buah dada besarnya dari balik bra hitam jumbo miliknya. Bu Kinasih menempelkan alat perah Asi itu ke buah dadanya, kemudian memompanya hingga Asi segarnya keluar dan tertampung kedalam botol bening itu.

Mimi yang menyaksikan hal itu dihadapannya, kembali tertunduk malu karena dia sudah mengetahui Asi yang di pompa itu pasti untuk dirinya.

"Kayaknya sudah cukup.!" Kata Bu Kinasih yang telah selesai memompa Asinya yang tertampung dalam botol plastik bening itu. Meskipun tak terlalu penuh tapi dia merasa itu sudah cukup untuk makan siang Mimi. Bu Kinasih memasukkan kembali buah dadanya kedalam bra hitamnya, dan menurunkan kembali baju kaosnya sehingga buah dada dan bra jumbonya itu tertutup kembali.

Bu Kinasih menuangkan semua Asi yang baru saja di pompa langsung dari buah dada besarnya kedalam piring plastik kecil itu kemudian mencampurnya dengan serbuk makanan bayi itu, dan mengaduknya hingga menjadi kental merata. Kini Bubur bayi bercampur Asi itu sudah siap dihidangkan.

Mimi kembali merasa jijik setelah melihat seperti apa bahan dasar bubur bayi yang akan diberikan kepadanya.

"Makan, nak..! a'..a'..! Buka mulutnya nak..!" Bu Kinasih menyodorkan bubur bayi yang sudah kental itu ke mulut Mimi dengan menggunakan sendok kecil plastik khusus bayi, tetapi Mimi tak mau membuka mulutnya.

"A', sayang..!!" Bu Kinasih yang masih menyodorkan bubur bayi dengan sendok kecil itu dan memaksa Mimi untuk membuka mulutnya. Tetapi Mimi tak mau membuka mulutnya.

Bu Kinasih yang kemudian kesal kemudian memegang kepala botak Mimi dan menghempaskan keatas meja dihadapannya sehingga hidung Mimi mengeluarkan darah.

"Kenapa kamu nggak bunuh aku aja sekalian?!" Kata Mimi sambil menangis. Darah dari dalam hidungnya menetes hingga melebihi mulut dan dagunya.

"Apakah Mimi harus di ancam dulu baru mau nurutin kemauan Mama, ha!" Kata Bu Kinasih yang sedang geregetan.

"Maa..!! Mohon sadarlah..!! Aku bukan bayi..!! Lihatlah tubuhku ini bukanlah tubuh bayi, tapi tubuh orang dewasa..!! Sadar ma..!!" Kata Mimi yang menangis dengan darah di hidungnya yang belum dibersihkan.

Bu Kinasih tak mempedulikan apa yang dikatakan Mimi. Bu Kinasih malah kembali menyuapi makanan bayi ke mulut Mimi.

"Makan, nak! Nggak usah banyak bicara.. Jangan nakal dan jangan pancing emosi mama..!! Ancam Bu Kinasih kepada Mimi sambil mendekatkan sesendok bubur bayi didekat mulut Mimi.

Mimi membuka mulutnya perlahan dan memakan bubur bayi bercampur Asi yang disodorkan Bu Kinasih itu kedalam mulutnya.

"UUEEKKKK.!!!" Mimi. mendadak ingin muntah karena jijik dengan rasanya, tapi tetap berusaha menelan bubur bayi itu karena takut dengan Bu Kinasih.

"Nah, gitu donk sayang..!!" Kata Bu Kinasih dengan perasaan bahagia, dan langsung mengambil lagi bubur bayi itu dari mangkok makanan bayi ke sendoknya.

"Nih, A'..!! Aa'..!! Ammm...!!" Bu Kinasih menyuapi bubur bayi itu lagi kedalam mulut Mimi, dan mimi kembali memakannya. Wajah Mimi memerah, karena berusaha menahan rasa jijik itu.

"Bisakah mama memberikanku segelas air putih?! Untuk menahan muntah.." Tanya Mimi sambil mengerutkan wajahnya karena menahan muntah.

"Selama Mimi bersama Mama, mama nggak akan berikan makanan atau minuman lain selain Asi. kalau mau minum, sisi netekk sama mama..!!" Jawab Bu Kinasih

Mimi merasa ternyata percuma meminta sesuatu berupa minuman atau makanan kepada Bu Kinasih, karena sudah dipastikan apa yang diberikan tidak sesuai seperti apa yang diinginkan.

Bu Kinasih menyuapi makanan bubur bayi lagi ke mulut Mimi, dan Mimi pun kembali memakannya lagi, "Anak pintar.. Mama jadi makin sayang.!"

Mimi hanya menunduk berusaha untuk tidak memuntahkan makanannya, dan menelan makanan bayi yang ada di mulutnya secara perlahan.

"Mama sudah bilang, Mimi harus membiasakan seperti ini. Karena makanan ini, air tetekk ini, akan menjadi makanan pokokmu selamanya." Bu Kinasih memperingatkan lagi kepada Mimi.

Mimi hanya diam, karena menurutnya percuma jika berkomunikasi dengan seorang psikopat gila. Pasti tak ada solusinya.

"Awalnya memang berat bagimu, tapi mama yakin nggak lama lagi kamu akan terbiasa." Kata Bu Kinasih.

"Sini makan lagi, nak!" Bu Kinasih menyuapi Mimi lagi dengan bubur bayi itu dan Mimi dengan pasrah memakannya.

"Mimi pasti tahu, mama sekarang bahagia banget ada Mimi hidup lagi bersama mama." Bu Kinasih menyampaikan curhatannya.

Mimi hanya tertunduk sambil mendengar curahan hati Bu Kinasih. Tangan dan kaki yang diselimuti rantai membuatnya tak berkutik.

"Gimana? makanan buatan mana enak?" Tanya Bu Kinasih sambil tersenyum.

"Aku tahu, dari awal kau pasti memilihku!" Kata Mimi sambil menundukkan kepalanya

"Maksudnya?" Tanya Bu Kinasih

"Saat kau memilih siapa yang akan menjadi bayimu, aku atau sahabatku Dinar, aku sebenarnya sudah bisa memprediksi bahwa kau bakal memilihku." Kata Mimi

"Oh gitu. Darimana Mimi Tahu?" Tanya Bu Kinasih

Mimi menjawab, "Saat malam pertama aku dan Dinar disini..."

(FLASHBACK KE BAGIAN BAB 1):

Sementara itu Mimi yang saat itu masih menjadi Putri masih duduk diruang tamu ditemani oleh Bu Kinasih sang pemilik rumah. Bu Kinasih memandang wajah Putri dengan sangat tajam. Sadar jika dirinya dipandangi terus menerus, Putri jadi merasa gelisah.

"Ehm, ada apa ya bu? Kok ibu melihat saya seperti itu?" Tanya Putri

"Kamu sangat cantik, orangtuamu pasti bangga sama kamu." Kata Bu Kinasih

"Ah, biasa aja bu.. hehehe.." Putri makin gelisah karena tatapan mata Bu Kinasih tetap tertuju ke wajahnya. Tapi Putri tetap berusaha untuk tenang.

"Seandainya kamu anakku, kamu pasti nggak akan aku izinkan keluar malam-malam. Dan nggak ku izinkan kamu keluar rumah jika nggak bersamaku." Kata Bu Kinasih

(FLASH FORWARD)

"Oh begitu...." Bu Kinasih sambil tersenyum.

Bu Kinasih menyuapi bubur lagi ke mulut Mimi dan Mimi kembali memakannya.

"Kau tahu pertama apa yang mama rasakan pertama kali melihatmu?" Tanya Bu Kinasih setelah menyuapi makanan bayi ke dalam mulut Mimi.

"Secara tiba-tiba jantung mama berdetak kencang, ada yang aneh di hati dan perasaan mama." Bu Kinasih menceritakan perasaannya saat awal bertemu Mimi yang masih menjadi Putri sambil tersenyum.

"Mama terus memandang wajah cantikmu. Mama berkhayal, seandainya wajah cantik itu berada di pelukanku saat ini, bersandar di dadaku sambil menikmati isi dadaku yang sudah dihidangkan untukmu, mama pasti sangat bahagia." Kata Bu Kinasih yang melanjutkan curhatannya.

"Berarti kau sudah merencanakan ini semua?" Tanya Mimi.

"Hmmmm... tidak juga.." Jawab Bu Kinasih yang Kembali menyodorkan makanan bayi kedalam mulut Mimi.

Mimi tak berani lagi menolak meskipun dalam hati rasanya ingin muntah karena memaksakan diri menelan makanan bayi bercampur Asi itu.

"Saat kau menjatuhkan bayiku yang kamu gendong saat itu. Aku mulai memikirkan bahwa ini adalah kesempatan kamu harus menggantikan posisi bayiku." Bu Kinasih melanjutkan kisahnya.

"Ma, Bayi mama tewas bukan karena aku jatuhkan! Itu memang sudah lama meninggal! Mungkin sudah berminggu-minggu..!!" Kata Mimi.

"Tapi mama senang.. mama sekarang sudah punya anak yang cantik.. Sesuai dengan impian mama..." Kata Bu Kinasih

"Kalau hanya karena cantik, mengapa kau nggak memilih sahabatku Dinar? Bukankah dia lebih cantik?" Tanya Mimi

"Tidak, kamu yang lebih cantik! Aku suka matamu!" Kata Bu Kinasih.

Bu Kinasih kembali menyuapi makanan kedalam mulut Mimi, sehingga tanpa terasa makanan di piring plastik kecil itu tinggal sedikit dan hampir habis.

"Melihatmu, mama sudah sangat senang. Ada rasa kepuasan tersendiri menjadikanmu seperti ini. Hasrat yang selama ini aku impikan, seketika semua terwujud ketika memilikimu." Kata Bu Kinasih.

"Aku jadi bingung apa maksudmu. Perkataanmu sulit untuk aku mengerti." Kata Mimi.

"Mimi adalah obsesi mama. Mimi seperti ini, adalah bagian dari kepuasan mama. Kau tak akan aku biarkan menjadi dewasa. Kau harus menjadi bayi selamanya." Kata Bu Kinasih

"Kau benar-benar gila!" Cetus Mimi

"Ya, aku memang gila! Dan justru mama akan semakin gila.. Semua ini untuk memilikimu.." Kata Bu Kinasih.

Bu Kinasih kemudian bangkit kehadapan Mimi, kemudian merangkul kepala Mimi dengan erat, kemudian memasukkan sendok berisi makanan bayi terakhirnya itu. Tetapi Bu Kinasih menahan sendok itu untuk menyumbat mulut Mimi dan tetap berada di dalam mulut Mimi

"Ingat..!! Mama selalu ingatkan padamu! Kamu harus terbiasa dengan semua hal ini! Karena ini semua akan menjadi kegiatanmu sehari-hari!" Kata Bu Kinasih sambil menahan kepala dan sendok makan ke dalam mulut Mimi, sehingga Mimi tak bisa menutup mulutnya dan berbicara dengan jelas.

"Ingat, kamu hanya punya satu keluarga saja, Yaitu hanya aku seorang, NGERTI.!!" kata Bu Kinasih yang masih menahan sendok makan kedalam mulut Mimi.

Mimi yang tertekan kembali meneteskan air mata.

"NGERTI NGGAK..!!" Bu Kinasih melotot kehadapan Mimi

Mimi yang tak bisa berbicara karena mulutnya tersumbat sendok, hanya bisa mengangguk.

"Bagus!! Anak pintar!!" Kata Bu Kinasih sambil melepaskan kepala Mimi dan sendok dari dalam mulu Mimi.

Bu Kinasih telah selesai menyuapi makanan kepada Mimi. Dia langsung berdiri menaruh piring kecil dan sendok kecil berbahan plastik itu. Kemudian menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri dan makan dihadapan Mimi.

...****************...

Malam hari tepat pukul 22.00. Suasana malam menyelimuti pemandangan dengan embun. Cahaya yang tak terlalu terang, remang-remang karena hanya mengandalkan lampu semprong jadul sebagai pemberi cahaya.

Bu Kinasih berbaring di atas kasur kapuk yang terbentang dilantai sambil merangkul Mimi yang juga berbaring di dekapannya dengan kepala Mimi yang bersandar di dada besar empuknya. Bu Kinasih hanya memakai sarung kotak-kotak berwarna biru yang menutupi dada besarnya yang tanpa bra, hingga menutupi lutut. Sedangkan Mimi memakai kaos lengan pendek warna biru langit, dan hanya menggunakan popok untuk menutupi pinggang dan daerah sensitifnya.

Bu Kinasih menceritakan sebuah dongeng kepada Mimi yang sedang berbaring di dadanya. Dan Mimi pun mendengarkan untuk mengurangi rasa jenuh selama disekap dirumah itu.

".....Sang induk Singa berhasil menemukan lubang persembunyian kelinci itu. Secara tak sabar induk Singa membongkar lubang kelinci itu dengan cakarnya. Sang induk singa terus membongkar lubang itu, hingga lubang itu terbuka lebar dan tampaklah seekor kelinci yang dikejarnya tadi bersama anak-anaknya." Kisah Dongeng yang dari Bu Kinasih kepada Mimi. Sementara Mimi hanya mendengarkan sambil membaringkan kepalanya di dada Bu Kinasih.

Bu Kinasih melanjutkan dongengnya, "Induk kelinci dan anak-anaknya tampak ketakutan melihat induk singa tepat dihadapannya. Kemudian menurut Mimi apa yang akan terjadi?" Bu Kinasih memberikan pertanyaan kepada Mimi.

"Induk Singa langsung melahap induk kelinci itu.." Jawab Mimi

"Tidak, induk Singa justru membiarkan induk kelinci beserta anaknya, dan pergi meninggalkan mereka." Jawab Bu Kinasih

"Mengapa induk singa tidak memakannya?" Tanya Mimi yang bersandar di dada Bu Kinasih

"Karena induk Singa tak ingin melihat anak-anak kelinci kehilangan ibunya. induk Singa juga adalah seorang ibu, dia berfikir bagaimana jika anak-anak kelinci yang masih kecil bertahan hidup tanpa ibunya." Jawab Bu Kinasih.

Sebenarnya dalam hati Mimi ingin berkata, "Lalu mengapa Bu Kinasih memisahkan aku dengan ibuku? Bukankah sesama ibu pasti mengerti bagaimana perasaan ibuku jika aku menghilang." Tapi tak diutarakan langsung kepada Mimi, karena takut memperburuk suasana. Mimi takut jika Bu Kinasih marah dan menyakitinya lagi.

...****************...

Hari telah subuh menjelang pagi, waktu menunjukkan jam 05.00 Wita. Kembali memangkas rumput-rumput liar dan menumpuknya menjadi satu, kemudian membawa tumpukkan rumput itu kedalam sebuah gudang yang letaknya agak jauh melewati kebun miliknya itu. Bu Kinasih selalu memakan waktu lama jika berada didalam gudang tersebut.

Setelah lama berada didalam gudang, Bu Kinasih menjalani aktivitas awal paginya dengan memetik sayuran di kebun kecil miliknya dan memasukkannya kedalam keranjang. Setelah itu keranjang dibawa untuk diletakkan di atas motor bututnya.

Setelah memetik sayuran, Bu Kinasih mengambil air di sumur yang berada tepat dibelakang rumahnya. Tapi yang biasanya seorang diri, kini menggendong Mimi untuk menemaninya. Mimi di dudukkan di atas batu kecil dekat sumur itu. Kemudian Mimi menyaksikan Bu Kinasih menimba sumur dan menuangkannya ke dalam ember bewarna abu-abu.

Bu Kinasih melepaskan pakaian Mimi, sehingga Mimi tampak kedinginan karena kulitnya tersentuh embun dan terkena hembusan angin dingin di subuh hari.

Bu Kinasih menyiramkan air dari dalam ember abu-abu itu ke seluruh tubuhnya sendiri untuk mandi. Bu Kinasih juga menyiramkan air itu ke seluruh tubuh Mimi untuk memandikannya. Mimi tampak menggigil kedinginan karena cuaca masih sangat dingin dan Mimi belum terbiasa dengan cuaca itu.

Bu Kinasih mengusapkan sabun mandi batangan ke seluruh tubuhnya kemudian menyiramkan air lagi ke seluruh tubuhnya untuk membersihkan busa-busa sabun yang menempel di seluruh tubuhnya. Kemudian mengusapkan sabun itu juga ke seluruh tubuh Mimi, kemudian menyiramkan air ke seluruh tubuh Mimi untuk membersihkan busa-busa sabun yang menempel pada tubuh Mimi.

Mereka berdua telah mandi bersama, kemudian Bu Kinasih menggendong Mimi kedalam kamar. Bu Kinasih membuka lemari kayunya, dan mengambil pakaiannya. Bu Kinasih memakai Baju atasan kemeja kotak-kotak warna biru Dongker dan celana jeans panjang warna biru tua. Sedangkan Mimi seperti biasa hanya dipakaikan baju kaos lengan pendek warna pink dan popok tipe perekat.

Hari menunjukkan jam 08.00, bu Kinasih baru saja selesai sarapan di dapur. Dan juga baru saja selesai menyuapi Mimi makanan bayi yang tentu bubur bayi bercampur Asi. Sebelum pergi berjualan, Mimi digendong dan di bawa ke teras belakang rumah yang tepat menghadap perkebunan kecilnya yang tampak indah. Bahkan sesekali burung kecil lewat melintasi kebun kecilnya yang dikelilingi pepohonan rindang.

Bu Kinasih duduk dilantai menghadap kebun kemudian dibaringkan Mimi ke pangkuannya, Bu Kinasih membuka kancing bajunya sehingga tampak belahan dada dalam bra warna hitamnya, dan seperti biasa Bu Kinasih mengeluarkan buah dada hitam besarnya dari dalam bra warna hitamnya untuk menyusui Mimi yang berbaring dipangkuannya.

Mimi yang tak berani mengelak terpaksa harus melahap air susu segar yang melimpah dari dalam buah Dada Bu Kinasih sambil berbaring dipangkuan Bu Kinasih. Dengan ditemani suara kicauan burung pagi hari dan cahaya pagi dan terlihat cukup damai.

Lebih dari setengah jam, Mimi akhirnya tertidur dipangkuan Bu Kinasih sambil disusui oleh Bu Kinasih. Tampak wajah polos Mimi yang tertidur dengan mulut yang menempel di buah dada Bu Kinasih yang Hitam, besar dan empuk itu. Bu Kinasih bangkit menggendong Mimi yang tertidur dan masih tetap disusuinya.

"imutnya wajahmu, nak..!! Mama jadi nggak tega melepaskan susu mama dari mulut Mimi." Kata Bu Kinasih yang menggendong sambil menyusui Mimi berjalan menuju kamar.

Sesampainya dikamar, Mimi yang tertidur dibaringkan kan secara perlahan di atas kasur kapuk lusuh yang terbentang dilantai itu. Kemudian Bu Kinasih melepaskan mulut Mimi dari buah dada besarnya yang sedang meminum Asinya itu.

Setelah terlepas, tampak Asi menetes dari ujung putingg susunya itu hingga menetes ke pipi dan bibir Mimi. Bu Kinasih mengusap air susu yang belepotan di bibir dan pipi Mimi dengan telapak tangannya, dan memasukkan kembali buah dada besarnya itu kedalam bra hitamnya, kemudian mengancing bajunya kembali.

"Mama pergi cari uang dulu ya sayang! Jangan nakal dirumah!" Bu Kinasih mencium kening Mimi yang tengah tertidur pulas, kemudian pergi mengunci pintu kamar dan membiarkan Mimi berada dikamar tidur sendirian. Bu Kinasih akhirnya pergi membawa barang dagangannya untuk dijual ke desa langganannya.

+++BERSAMBUNG+++

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!