Adya Milik Dokter Rebecca

"TOLOOONGG..!! JANGAN TINGGALKAN AKU..!! TOLOONGG..!! TOLOONGG....!!!" Adya merengek dan menangis ketakutan karena ditinggal sendirian dalam gelap dalam kondisi terikat di seluruh tubuhnya.

...****************...

Keesokan harinya di rumah sakit anak tempat Bu Kinasih bekerja. Cuaca siang ini cukup dingin, karena awan mendung menyelimuti kota. Hanya tinggal menunggu hujan deras untuk membasahi kota.

Bu Kinasih sedang membersihkan lantai dengan menggunakan sapu. Mendadak Faida datang menghampirinya.

"Bu Kinasih..! Bu Kinasih!" Faida menepuk pundak Bu Kinasih dari belakang.

"Ada apa?" Bu Kinasih menoleh kearah Faida.

"Kemarin bahas apa sama Bu Rebecca? Kok kayaknya serius banget?!" Faida begitu penasaran.

"Nggak ada apa-apa, cuma obrolan kecil-kecilan aja." Bu Kinasih menjawab sambil mengerjakan pekerjaannya yaitu menyapu lantai.

"Masa kalau cuma obrolan kecil-kecilan tapi kok serius banget sih? Sampai ngobrol diluar segala lagi!" Faida berusaha mendesak Bu Kinasih.

"Iya, hanya obrolan biasa aja." Jawab Bu Kinasih.

"Masa sih bu? Coba ceritakan dong! Aku penasaran, nih!" Faida mendesak Bu Kinasih lagi.

"Intinya cuma mau membahas obrolan kecil-kecilan aja." Jawab Bu Kinasih dengan cukup tegas dam langsung pergi meninggalkan Faida.

Faida semakin penasaran dengan gerak-gerik Bu Kinasih bersama dokter Rebecca.

Sementara itu Dokter Rebecca masih sibuk melayani pasien yang mengantri didepan ruangannya. Pasien yang umumnya adalah anak-anak yang didampingi orang tuanya itu duduk mengantri di bangku panjang yang berada di depan ruangan Dokter Rebecca sambil menunggu giliran. Suasana tampak normal dan biasa saja.

...****************...

Didalam gudang, Adya yang diikat dengan menggunakan rantai dan dibiarkan tergeletak dilantai gudang, mulai kelaparan dikarenakan sejak tadi malam dia belum ada makan.

Didalam gudang Adya hanya dibekali tumpukkan rumput untuk makan dan air hujan yang sudah dipenuhi jentik-jentik nyamuk untuk minum. Tentu itu bukanlah makanan yang layak untuk dimakan dan diminum, sehingga Adya tidak mau mengkonsumsinya.

"TOLOONGG..!! TOLOOONNG...!!" Adya mencoba berteriak kembali, dengan harapan ada orang yang kebetulan melintas mendengar teriakannya. Tetapi tak ada satupun jawaban dari orang lain.

Adya memperhatikan seluruh isi gudang, siapa tau ada cara untuk melepaskan diri. Tetapi di dalam gudang hanyalah ruangan kosong, kecuali dirinya seorang diri, tumpukan rumput dan wadah air hujan yang berada tepat dihadapannya.

Dia semakin lemas karena kelelahan setelah semalaman berteriak dan menangis ketakutan.

Dia melirik air hujan didalam wadah untuk minum, agar menghilangkan dahaga dan sedikit mengurangi rasa lapar.

Tetapi karena terlalu banyak jentik-jentik nyamuk yang berkeliaran didalam wadah air hujan itu, membuatnya menjadi merasa jijik untuk meminumnya. Karena rasa haus yang tak tertahankan, dia menjadi ragu apakah harus tetap meminum air hujan itu atau mati kehausan.

Akhirnya karena tak tahan menahan lapar dan haus, terpaksa dia meminumnya. Mulutnya langsung masuk kedalam wadah itu, tak peduli berapa jumlah jentik-jentik nyamuk yang ikut masuk kedalam mulutnya. Yang ada didalam pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya agar tetap bisa bertahan hidup sendirian didalam gudang itu.

...****************...

Demam yang diderita Mimi masih belum sembuh. Ditambah lagi beberapa kali dia terbatuk-batuk. Kondisinya sedang tidak fit, sedangkan Bu Kinasih di hari sebelumnya malah memberikannya obat sirup anak untuk menyembuhkan demamnya.

Hujan deras kembali turun, Mimi memerhatikan hujan dari jendela yang hanya tertutupi jeruji besi yang membuat kamar itu tampak seperti penjara.

Kejenuhannya semakin tak bisa terbendung, karena dirinya sudah setahun mendekam di rumah itu.

Mimi melihat boneka kelincinya yang tengah berbaring disampingnya, dan mengambil boneka itu dengan kedua tangannya yang diikat dengan rantai.

Untuk mengobati kejenuhannya, dia berbicara dengan boneka yang digenggamnya itu, "Hai, gimana rasanya terkurung disini dan nggak ada hiburan sedikitpun? Kamu jenuh?"

Karena hanya boneka, tak satu patah katapun yang dijawab oleh boneka itu. "Kamu jenuh juga, kan?! Aku disini jenuh banget. Aku bosan! Aku butuh hiburan." Lanjut Mimi yang berbicara dengan boneka itu.

"Oh ya, karena kita sama-sama jenuh. Kamu pernah berfikir bagaimana cara aman untuk keluar dari sini? Apakah kamu tahu? Aku sudah pernah mencobanya untuk keluar dari sini. Tapi hingga sekarang masih nggak berhasil." Curhatannya kepada boneka kelinci itu. Sambil menghibur diri untuk mengurangi sifat bosannya didalam kamar itu.

...****************...

Sore hari pun tiba menunjukkan waktu 15.00. Sudah waktunya Dokter Rebecca untuk pulang. Dokter Rebecca yang sudah tak sabar ingin melihat kondisi Adya yang telah diculik olehnya menemui Bu Kinasih yang masih bekerja.

"Bu, Sudah waktunya pulang, ayo sekarang kita kerumah ibu!" Ajak Dokter Rebecca kepada Bu Kinasih.

"Bukankah karyawan Cleaning Servis itu pulangnya jam 18.00 sore bu. Aku nggak enak sama Pak Kepala kalau hari ini aku pulang cepat lagi." Jawab Kinasih.

"Oh, ya. Padahal aku nggak sabar ingin melihatnya, biar nggak terlalu malam." Kata Dokter Rebecca.

"Tenang, ibu kesana duluan aja." Bu Kinasih mengambil kunci rumah dari sakunya dan memberikannya kepada Dokter Rebecca.

"Kamu meminjamkan kunci rumahmu untukku?" Dokter Rebecca bingung.

"Ya, orang kaya seperti Bu Rebecca nggak mungkin mencuri barang-barang rongsokan di dalam rumahku." Jawab Bu Kinasih.

"Tapi aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan disana jika nggak ada kamu yang menemaniku. Aku butuh kamu di sampingku." Kata Dokter Rebecca.

"Gadis itu adalah milikmu, Bu Dokter. Terserah ibu mau apakan dia. Bersenang-senanglah, Bu." ujar Bu Kinasih.

"Justru itu aku pasti kebingungan disana jika sendirian nggak ada yang mensupport aku." Kata Dokter Rebecca.

"Aku mengerti, Bu Dokter pasti kebingungan karena Bu Dokter masih memiliki belas kasihan kepadanya. Betul,kan?" Kata Bu Kinasih.

"Tapi perlu ibu ingat lagi, gadis itulah yang menghancurkan rumah tangganya ibu, gadis itulah yang membuat anak-anak ibu tak mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Gadis itulah yang sering membuat ibu sakit hati. Balas dendamlah, Bu Dokter! Jangan ada belas kasihan untuknya!" Lanjut Bu Kinasih.

"Jadi apa yang harus aku lakukan terhadapnya sekarang?" Rebecca menjadi bimbang.

"Bersenang-senanglah dengannya dengan cara ibu sendiri. Ingat, ibu itu sangat bodoh dimata gadis itu! Ibu itu nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gadis itu!" Bu Kinasih terus menghasut Dokter Rebecca untuk memancing amarahnya.

"Ingat Bu, Suami ibu sudah membuang ibu dan anak ibu seperti sampah. Dan pasti gadis itu ikut mentertawakan ibu juga karena sudah dipastikan baginya ibu nggak lebih dari sampah!" Lanjut Bu Kinasih yang terus membangkitkan api dendam Dokter Rebecca.

Dokter Rebecca langsung terflashback mengingat semua kejadian-kejadian menyakitkan yang dilakukan oleh Adya dan mantan suaminya. Semua kenangan menyakitkan yang membuat Dokter Rebecca kembali menjadi emosi.

"Ingat, Bu! Dimata mereka ibu itu layak dibuang seperti sampah!" Tak henti-hentinya Bu Kinasih menghasut Dokter Rebecca dan akhirnya berhasil juga. Dokter Rebecca menjadi sangat marah dan semakin tak sabar ingin segera menyiksa Adya.

"Berikan kunci rumahnya ibu sekarang!" Dokter Rebecca kembali meminta kunci rumah Bu Kinasih dan segera bergegas menuju rumah Bu Kinasih.

"Oh ya, tunggu sebentar, Bu! Bisakah saya titip sesuatu?" Bu Kinasih bertanya sebelum Dokter Rebecca pergi.

"Apa itu?" Tanya Dokter Rebecca.

"Tunggu sebentar ya, Bu!" Bu Kinasih pergi sebentar mengambil sesuatu di ruang OB. Tak lama kemudian Bu Kinasih datang menghampiri Dokter Rebecca dengan membawa tas hitamnya.

Bu Kinasih mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata adalah dua botol dot Asi yang terisi penuh. "Tolong Ibu nanti temui anak saya, dan minumkanlah air Asiku ini untuknya. Jadi ketika pulang kerja nanti aku tinggal netekin dia langsung dari dadaku."

"Hmmm.. Oke." Dokter Rebecca mengambil dua botol dot berisi Asi itu dari tangan Bu Kinasih dan langsung memasukkan kedalam tasnya.

"Kalau begitu aku pamit pergi dulu!" Dokter Rebecca langsung pergi meninggalkan Bu Kinasih yang masih bekerja.

...****************...

Mimi yang tertidur sendirian didalam kamar sambil memeluk boneka kelincinya, terbangun ketika mendengar suara sepeda motor yang berhenti didepan rumah.

Mimi mengira jika Bu Kinasih telah pulang lebih cepat lagi. Saat Mimi melihat ada yang membuka pintu kamar, ternyata yang datang adalah Dokter Rebecca.

"Hallo sayang, kaget ya melihat tante datang duluan." Sapa Dokter Rebecca yang kemudian menghampiri Mimi.

"Mamamu menitipkan ini kepada tante buatmu." Dokter Rebecca mengeluarkan dua botol dot Asi yang terisi penuh itu.

Kemudian dokter Rebecca membaringkan Mimi ke pelukannya dan meminumkan Asi didalam botol dot itu ke dalam mulut Mimi.

"Kamu masih demam ternyata, tubuhmu panas banget." Rebecca merasakan suhu tubuh panas Mimi yang sedang lemah karena sedang sakit itu.

Dokter Rebecca menyaksikan Mimi minum begitu lahap diperlukannya, yang menjelaskan bahwa Mimi memang sedang kehausan.

Sambil meminumkan air Asi kepada Mimi, Dokter Rebecca melirik botol dot berisi Asi yang satunya lagi. Sehingga Bu Kinasih menemukan ide bagus untuk melakukan sesuatu terhadap Adya.

Setelah satu botol dot habis diminum oleh Mimi, Dokter Rebecca justru tidak memberikan botol Asi yang satu lagi kepada Mimi.

Dia malah keluar kamar dan mencari sesuatu sambil memegang botol dot berisi Asi tersebut. Ternyata Dokter Rebecca mencari sebuah lakban yang ditemukan didalam laci ruang tamu. Kemudian dia menaruh lakban dan botol berisi Asi itu di atas meja ruang tamu. Setelah itu dia bergegas menuju gudang tempat Adya disekap.

...****************...

Dokter Rebecca membuka gembok besar yang mengunci pintu gudang itu. Dia segera masuk dan melihat Adya sedang tergeletak dalam kondisi terikat tangan dan kakinya dengan rantai.

"Hallo Adya, apa kabar?" Dokter Rebecca menyapa Adya sambil tersenyum.

"Aku lapar, bisakah kau berikan aku makanan?!" Tampak wajah Adya yang pucat karena kelaparan.

"Bukankah tumpukkan rumput-rumput di depanmu ini adalah makananmu. Makanlah!" Ujar Dokter Rebecca.

"Tolong, aku nggak bisa makan itu! Tolong berikan aku makanan yang layak! Sedikit aja!" Adya menangis sambil memohon kepada Dokter Rebecca.

"Kamu menangis? Kamu memohon kepadaku? Mana sifat sombongmu yang dulu?! Cepat tunjukkan padaku!" Dokter Rebecca mengejek Adya yang menangis dihadapannya.

"Ampun, bu! Maafkan aku!" Adya menangis dihadapan Dokter Rebecca.

"Hahahaha... Kau menangis?! Hanya segitu kehebatanmu?! Ayolah..!! Tunjukkan sifat sombongmu sekarang! Aku merindukan sifat sombongmu!" Dokter Rebecca terus mengejek Adya yang sedang menangis.

"Oh ya, kamu lapar?! Aku punya sesuatu buat kamu." Kata Dokter Rebecca.

"Apa itu?" Adya bertanya.

Dokter Rebecca mengangkat tubuh Adya yang jauh lebih kurus darinya. Tubuh Dokter Rebecca yang juga besar dan tinggi hampir sama dengan Bu Kinasih tentu membuat Dokter Rebecca tak terlalu kesulitan mengangkat tubuh Adya yang lebih kecil darinya.

Adya digendong dibawa ke dalam rumah dan dibaringkan ke pangkuan Dokter Rebecca yang duduk di sofa.

Dengan tersenyum, Dokter Rebecca mengambil botol dot berisi Asi yang diletakkan di atas meja depan sofa tersebut.

"Kau haus?" Tanya Rebecca dengan tersenyum yang menyandarkan kepala Adya di dadanya.

"Apa itu?" Adya makin gelisah melihat botol dot itu yang akan diberikan kepadanya.

"Ini adalah botol berisi Asi yang berasal dari buah dada wanita pemilik rumah ini. Masih ingat ibu berkulit hitam itu, kan?!" Ujar Dokter Rebecca.

"Ja..jangan.. aku nggak mau!" Adya langsung merasa jijik melihat botol dor berisi Asi itu yang akan diberikan kepadanya.

"Minumlah! Ayo minum!" Dokter Rebecca menyodorkan botol dot itu secara paksa ke mulut Adya. Adya berusaha menutup mulutnya.

"Ayo minum!! Ayo minum, nggak!!" Dokter Rebecca terus memaksanya agar Adya mau membuka mulutnya.

Dokter Rebecca terus berusaha tetap nggak berhasil membuka mulut Adya. Dia langsung membanting tubuh Adya ke lantai. Kemudian menendang perut Adya yang tak berdaya seperti menendang bola.

Perut Adya kesakitan dan nyaris sulit bernafas karena tendangan Dokter Rebecca itu.

Dokter Rebecca mengambil sesuatu dari dalam laci ruang tamu, dan ternyata adalah tali berwarna putih yang panjang. Tali itu diikatkan di dengkul, lengan dan dada, dan beberapa bagian lagi agar Adya semakin sulit untuk bergerak.

"Tolong maafkan aku, Bu Rebecca!" Adya kembali memohon kepada Dokter Rebecca.

"Apa? Kamu memanggilku Bu Rebecca? Bukankah biasanya kamu memanggilku Si Dada Besar?!" Dokter Rebecca meledek Adya.

"Kamu mau minum asi itu, atau aku akan bikin cacat wajahmu?" Dokter Rebecca semakin memberikan ancaman kepada Adya. Dia menuju dapur untuk mengambil sebuah pisau.

"Ini bagus looh buat menyayat wajah cantikmu" Dokter Rebecca mengarahkan bilah Pisau itu mendekati wajah Adya sehingga Adya semakin ketakutan.

"Kira-kira kalau wajahmu sudah cacat, Pak Dwija masih mau sama kamu nggak, ya?!" Dokter Rebecca terus menebarkan teror.

"Jangan!! Aku mohon jangan!!" Adya takut wajah cantiknya menjadi cacat.

"Jadi mau pilih mana? Wajahmu cacat atau minum Asi itu?" Rebecca memberikan pilihan.

".......Asi itu aja." Adya memberikan jawaban dengan ragu-ragu.

"Bagus! Kemarilah!" Dokter Rebecca mengangkat tubuh Adya lagi dan duduk di sofa sambil membaringkan Adya dipangkuannya.

Dokter Rebecca menyodorkan botol dot berisi Asi itu kedalam mulutnya. Tampak Adya berusaha menelan air susu Bu Kinasih itu dengan rasa jijik.

Rebecca tersenyum menyaksikannya, sedangkan Adya merasa sangat jijik hampir saja memuntahkan air Asi itu.

"Eh, sekali saja kamu muntahkan, aku langsung bikin cacat wajahmu!" Ancam Dokter Rebecca lagi.

Adya kembali melanjutkan meminum Asi itu yang telah disodorkan oleh Dokter Rebecca.

Alis Adya menjadi mengkerut sangking merasa jijiknya. Dia ingin sekali memuntahkannya tetapi takut dengan ancaman Dokter Rebecca.

"Hahahaha..!! Hahahah..!! Kamu ternyata hanya seperti bayi sekarang.!" Dokter Rebecca terus meledek Adya. Wajah Adya menjadi merah karena merasa sangat malu dan seperti kehilangan harga diri. Air matapun menetes di pipi Adya.

Beberapa kemudian botol dot berisi Asi itu akhirnya habis diminum oleh Adya. Dokter Rebecca melepaskan botol dot yang telah kosong itu dari mulut Adya.

"UUEEKKKK..!!" Adya mulai merasakan mual karena akan muntah. Bu Rebecca dengan cepat mengambil lakban dan merobeknya untuk menutup mulut Adya biar tidak muntah.

"Hahahah..!! Aku audah tahu kalau kamu bakal muntah. Makanya aku sudah siapkan lakban ini untukmu." Kata Rebecca.

Adya yang telah muntah dan membuat muntahannya itu menggenang didalam mulutnya, tetapi karena mulutnya tak bisa terbuka karena dilakban oleh Dokter Rebecca, terpaksa dia menelan muntahannya lagi.

Dokter Rebecca memakaikan sepasang kaos kaki dikedua kaki Adya, dengan harapan agar Adya merasa makin hangat di pelukannya. Karena sebenarnya dalam hati kecil Dokter Rebecca masih ada rasa kasihan terhadap Adya yang sekarang tak berdaya di pelukannya.

Dokter Rebecca memeluk Adya di pangkuannya, karena merasa puas telah dengan apa yang dilakukannya terhadap Adya untuk hari ini.

Adya yang tak berdaya hanya bisa pasrah sambil bersandar di dada Dokter Rebecca yang besar.

...****************...

Senja hari akhirnya Bu Kinasih telah tiba dirumahnya. Dia melihat Dokter Rebecca sedang memangku tubuh Adya dipeluknya dan duduk di sofa.

"Hallo Bu Dokter, gimana permainannya hari ini?" Bu Kinasih menyapa Dokter Rebecca.

"Cukup menyenangkan. Dari tadi aku menunggu disini." Jawab Dokter Rebecca yang masih menyandarkan Adya di dadanya.

Bu Kinasih melihat sebuah botol dot berisi Asi miliknya berada di atas meja. "Apakah kamu memberikan Asiku kepada gadis itu?"

"Ya, maafkan aku jika aku hanya memberikan satu botol saja kepada bayimu." Kata Dokter Rebecca.

"Nggak apa-apa bu, yang penting kalian bahagia." Kata Bu Kinasih.

"Ya, kami sangat bahagia sekali. Bener, kan Adya?!" Dokter Rebecca mencoba menggoda Adya.

Adya tak memberi tanggapan apapun. Dirinya tak tahu harus berbuat apa. Mental Adya mulai down, keangkuhan dan kesombongannya telah hilang dan kini perasaannya dipenuhi dengan ketakutan.

"Sebentar, ya! Aku mengambil bayiku dulu, biar Mimi dan Adya bisa segera akrab." Bu Kinasih menuju kamarnya untuk mengangkat Mimi untuk membawanya ke ruang tamu.

Bu Kinasih yang menggendong Mimi menuju ruang tamu dan duduk di sofa berhadapan dengan Dokter Rebecca yang sedang memangku Adya.

Kini Bu Kinasih dan Dokter Rebecca duduk bersama dengan memeluk korbannya masing-masing. Dokter Rebecca menggenggam Adya, sedangkan Bu Kinasih menggenggam Mimi.

"Oh ya, Mimi pasti masih haus ya?! Karena tadi baru minum satu botol." Bu Kinasih membuka kancing seragam kerjanya dan segera mengeluarkan buah dadanya, dan langsung menyodorkan putingg susunya kedalam mulut Mimi.

Adya yang bersandar di buah dada Dokter Rebecca melirik kearah Bu Kinasih yang sedang menyusui seorang gadis yang kira-kira seusianya.

Kegilaan apalagi yang ada didalam pikiran Adya. Dia merasa mentalnya terganggu pada saat ini. Apa yang dilakukan Dokter Rebecca terhadapnya tadi sukses membuat Adya menjadi seorang pengecut dan kehilangan harga diri.

Dokter Rebecca tersenyum melihat Adya yang sedang menyaksikan Bu Kinasih menyusui Mimi. "Kau mau netekk juga?"

Sontak Adya terkejut mendengar perkataan Dokter Rebecca yang baru menawarkan tetekk kepadanya. Adya sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa.

+++BERSAMBUNG+++

Hai Kawan, Jangan lupa mampir ke novel karya saya yang lainnya juga ya!

Yang berjudul: DOKTER REBECCA

Novel ini menceritakan, tentang kehidupan Dokter Rebecca, salah satu tokoh yang ada di novel yang berjudul "Mimi Si Gadis Bayi" ini secara spesifik, dari awal menjadi menjadi ibu yang baik dan menjadi panutan buat anak-anaknya, menjadi Psikopat kejam ketika bertemu Bu Kinasih.

Link:

https://share.mangatoon.mobi/contents/detail?id\=1576657&\_language\=id&\_app\_id\=2

Terpopuler

Comments

Aprillia Risya

Aprillia Risya

pantasan di cerai suami nya dokter Rebecca kayak gitu,pas kayak Bu Kinasih beda kulit aja

2022-01-12

1

Leli Leli

Leli Leli

i' m come back Thor wah semangkin gila kedua wanita ini

2022-01-04

1

Safa Safa

Safa Safa

tetp semngt y thor dan cept up kmbli🥰🤗🙏🏻,oh iy thor mau nanya ko bu kinasih ada ASI kn bu kinasih gk lgi punya bayi?🙏🏻

2021-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!