Berita Orang Hilang

Bu Kinasih menyantap makanan dengan penuh nikmat dengan ditemani dengan segelas teh hangatnya. Setelah selesai makan, Bu Kinasih menaruh sayuran yang akan dijualnya itu keatas motor bebek butut miliknya. Setelah itu Bu Kinasih kembali menuju kamarnya untuk menemui Mimi yang masih tertidur.

Mimi yang tertidur pulas, langsung terkejut karena mendadak Bu Kinasih langsung menarik dan mengangkat tubuh kurusnya dan membaringkan ke pangkuan Bu Kinasih.

"Waktunya sarapan dulu ya, nak!" Bu Kinasih yang membaringkan Mimi di pangkuannya, langsung mendekatkan kepala dan wajah Mimi ke buah dada besarnya.

Karena Bu Kinasih memakai kaos tanpa kerah atau kancing baju untuk membuka bagian dada, maka Bu Kinasih mengangkat separuh baju kaosnya itu dari bawah ke atas dadanya, hingga terlihat Bra jumbo berwarna hitam menutupi buah dada Bu Kinasih yang besar dan hitam itu.

Bu Kinasih mengeluarkan Buah dadanya yang besar dari dalam bra jumbo dari bawah bajunya, dan mengarahkan wajah Mimi ke putingg susunya yang kenyal berwarna hitam pekat itu kedalam mulut Mimi. Satu lengan besar Bu Kinasih merangkul kepalanya agar terus menempel di buah dadanya, sedangkan tangan yang satunya lagi mendekap tubuh Mimi ke pangkuannya sambil menekan buah dadanya agar putingg susunya masuk ke mulut Mimi.

Mimi yang terbaring dipangkuan Bu Kinasih untuk disusui, seketika langsung menutup mulutnya dengan rapat, dan Bu Kinasih terus memaksa agar Mimi membuka mulutnya.

Karena Mimi tak mau membuka mulutnya dan menolak untuk disusui, Bu Kinasih melihat seikat sapu lidi dilantai yang digunakan untuk mencambuk Mimi malam tadi, lalu tangan sebelahnya mengambil sapu lidi tersebut kehadapan Mimi, untuk memberi isyarat ancaman kepada Mimi.

"Buka mulutnya, atau mama cambuk lagi kayak tadi malam!" Ancam Bu Kinasih kepada Mimi. Mimi yang ketakutan terpaksa membuka mulutnya, sehingga Bu Kinasih berhasil memasukkan putingg susunya itu kedalam mulut Mimi. Bu Kinasih langsung menaruh sapu lidi disampingnya, dan kembali menyusui Mimi melalui bawah bajunya.

Bu Kinasih yang menyusui paksa Mimi yang terbaring di pangkuannya, langsung menekan buah dadanya agar Asi dari dalam dadanya mengalir deras kedalam mulut Mimi. Mimi tak kuasa menahan laju deras air susu segar yang menggenang didalam mulutnya, dan terpaksa harus menelan mengalir kedalam perutnya karena takut akan di cambuk lagi oleh Bu Kinasih.

"Minum yang banyak sayang, karena mama akan pergi agak lama untuk berjualan. Khawatir dada mama nanti bakal nyeri lagi kalau terlambat netekin kamu." Kata Bu Kinasih yang memangku tubuh Mimi yang tak berdaya berbaring di dadanya sambil disusui olehnya. Mimi terlihat seperti bayi sungguhan yang sedang disusui oleh ibunya.

Sekitar hampir setengah jam berlalu, Bu Kinasih melepaskan buah dadanya yang sangat besar itu dari mulut Mimi. Bu Kinasih memasukkan kembali buah dada kedalam bra jumbo warna hitamnya itu, kemudian menurunkan kembali baju kaosnya.

Bu Kinasih yang masih mendekap Mimi yang tak berdaya, mengusap air susu yang belepotan disekitar bibir dan pipi Mimi. Setelah bersih Bu Kinasih membaringkan kembali tubuh Mimi ke atas kasur kapuknya.

"Mama pergi dulu ya sayang. Jangan nakal dirumah!" Kata Bu Kinasih sambil mencium kening dan kedua pipi Mimi, kemudian bangkit dan pergi meninggalkan Mimi di kamar itu sendirian.

Bu Kinasih mematikan semua lampu semprong jadulnya di seluruh ruangan karena suasana sudah pagi dan mulai terang. Setelah itu pergi berjualan sayuran menggunakan motor bututnya.

Mimi yang berada dikamar sendirian awalnya tampak tenang, tiba-tiba tangisannya pecah kembali.

"TOLOOOOGG...!! TOLOOONNGG...!! SIAPA SAJA TOLONG AKUUU..!!!" Mimi menangis sambil berteriak-teriak berharap ada yang mendengarkannya. Tapi semua sesuai dugaan, tak ada satupun orang yang mendengar.

...****************...

Bu Kinasih berkeliling untuk berjualan sayuran ke sebuah perkampungan dengan menggunakan sepeda motor bututnya. Dia akhirnya berhenti di bawah pohon mangga yang besar dan tinggi.

Para ibu-ibu di perkampungan itu mendekati Bu Kinasih yang ternyata dibawah pohon mangga itu adalah tempat biasa Bu Kinasih berhenti untuk menjual sayurannya.

Melihat aktivitas Bu Kinasih yang berbaur sama masyarakat terutama ibu-ibu di perkampungan ini, tentu tak ada yang menyangka jika sebenarnya Bu Kinasih adalah Psikopat yang sangat gila. Karena ibu-ibu di perkampungan itu mengenal Bu Kinasih adalah sosok orang yang baik dan ramah.

Tak membutuhkan waktu lama, sayuran Bu Kinasih habis terjual. Bu Kinasih kembali mengendarai motornya pergi menuju warung makan yang letaknya masih disekitar kampung itu untuk beristirahat.

Setelah sampai disebuah warung makan tersebut, Bu Kinasih duduk disalah satu kursi plastik depan meja makan yang agak panjang, dan seketika pemilik warung menghampiri.

"Mau pesan apa nih, Bu Kinasih..??" Tanya Pemilik warung, seorang wanita yang usianya kira-kira sekitar 30-35 tahunan, bertubuh gemuk tetapi tak terlalu gemuk bila dibandingkan dengan Bu Kinasih yang begitu gemuk, rambutnya yang berwarna hitam sebahu diikat satu kebelakang dengan menggunakan karet, baju daster panjang selutut berwarna krem motif batik.

"Teh panas aja Bu Alma.." Jawab Bu Kinasih kepada pemilik warung yang ternyata namanya adalah Bu Alma. Tampaknya Bu Kinasih memang sudah langganan di warung itu, karena Bu Kinasih dan penjualnya yaitu Bu Alma sudah saling mengenal.

Bu Alma membuatkan teh panas dan segera memberikannya dihadapan Bu Kinasih. Kemudian Bu Alma kembali memasak untuk memenuhi pesanan dari pelanggan lainnya.

Dihadapan Bu Kinasih, ada televisi berukuran 21 inchi yang terpajang dihadapannya dan kebetulan menyiarkan siaran berita. Bu Kinasih menonton berita itu sambil menikmati segelas teh panas yang dia pesan.

Diberita TV itu menjelaskan tentang dua orang gadis yang menghilang. Ternyata dua gadis hilang yang dimaksud itu adalah Dinar dan Putri. Tampak Foto Dinar dan Putri yang ditampilkan dilayar TV. Kedua orang tua Dinar dan Putri diliput dan diwawancarai oleh reporter itu.

Tampak kedua orang tua Dinar berpakaian sangat rapi dan bagus yang tampil didalam televisi. Ternyata Dinar adalah seorang anak orang kaya, Bapaknya adalah pemilik salah satu hotel berbintang di kota itu. Dinar adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, dan Dinar adalah satu-satunya anak perempuan dari saudara-saudaranya. Oleh sebab itu kedua orang tua Dinar sangat sedih karena anak perempuan satu-satunya menghilang.

Sedangkan kedua orang tua Putri dari keluarga yang sederhana, Bapaknya Putri adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta. Putri adalah anak pertama dari dua bersaudara, dia hanya mempunyai seorang adik perempuan yang berusia 17 tahun.

Dalam tayangan itu, Polisi sudah melakukan penyelidikan meskipun belum menemukan jejak sedikitpun. Tak ada tanda perampokan dijalan, kecelakaan lalulintas, atau yang lainnya. Menurut salah satu saksi mata, Dinar dan Putri terakhir kali terlihat nongkrong disebuah kafe pada malam hari, setelah itu pergi berboncengan dengan menggunakan sepeda motor yang dikendarai oleh Dinar.

"Malam itu Dinar memang sempat minta izin kepadaku untuk bertemu dengan sahabatnya disebuah kafe. Karena terburu-buru demi menghindari kemacetan, Dinar lebih memilih mengendarai sepeda motor daripada mobilnya." Kata ibu kandung Dinar yang diwawancarai seorang reporter didalam televisi itu.

Dalam tayangan berita di TV itu, Orang tua Dinar akan memberikan hadiah yang fantastis untuk siapapun yang berhasil menemukan Dinar dan Putri.

Bu Kinasih yang baru saja selesai menghabiskan teh panasnya, kemudian bangkit untuk melakukan pembayaran kepada pemilik warung, setelah itu pergi meninggalkan warung tersebut.

Bu Kinasih dengan mengendari sepeda motor bebek bututnya, mampir kesebuah lapak penjual majalah pinggiran. Di lapak itu juga menjual koran yang juga memberitakan hilangnya dua gadis cantik bernama Putri dan Dinar, dan menjadi cover depan di koran itu. Bu Kinasih membeli koran itu kemudian membawanya pulang kembali menuju rumahnya.

...****************...

Cahaya semakin terik, menandakan cuaca cukup panas, suara burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan di atas pohon terdengar. Didalam sebuah rumah kumuh milik Bu Kinasih, Mimi disekap didalam kamar duduk sendirian di atas kasur kapuk yang terbentang dilantai. Mimi yang masih memakai kaos pink lengan pendek dan popok yang menutupi bagian sensitifnya, kepalanya yang botak, dan kedua tangan dan kakinya yang tetap diikat dengan rantai dengan gembok yang tebal, kini merasakan mules diperutnya.

"Duh, aku mendadak pengen berak!" Kata Mimi dalam hati sambil menahan perut mulesnya yang pengen buang air besar. Dia yang disekap didalam kamar dalam kondisi terikat tangan dan kakinya tak mungkin bisa pergi ke toilet sendirian.

Menit semakin bertambah, perut Mimi mulesnya semakin tak tertahankan. Wajah mimi sampai pucat dan berkeringat dingin.

"Nggak mungkin aku berak disini! itu pasti sangat memalukan dan menjijikkan!" Ujarnya dalam hati.

Sebelumnya Mimi lebih dulu telah pipis di popoknya, tapi karena popok memang didesain untuk menyerap air, jadi tak terlalu terlihat jika diperhatikan dari penampilan luar. Tapi tidak untuk buang air besar, karena popok tak bisa menyerap kotoran manusia.

Tak lama kemudian, terdengar suara sepeda motor dari luar rumah, pertanda bahwa Bu Kinasih telah datang dari berjualan.

Mimi menunggu kehadiran Bu Kinasih didalam kamar agar dirinya bisa minta izin atau diantarkan ke toilet untuk buang air besar.

Pintu kamar mulai terbuka, Bu Kinasih langsung masuk kedalam kamar untuk menghampiri Mimi.

"Mama, saya minta tolong. Saya bisa izin ke toilet sebentar untuk berak. Saya janji nggak akan kabur, ma!" Kata Putri yang wajahnya pucat dan berkeringat dingin karena menahan perutnya yang mules.

"Tidak!" Jawab Bu Kinasih dengan tegas.

"Saya janji nggak akan kabur ma! Kalau mama nggak percaya, mama jangan lepas rantai kaki saya, nggak mungkin saya bisa kabur. saya cuma ingin berak aja ma!" Kata Mimi Kembali meyakinkan Bu Kinasih.

"Mimi sayang, apakah Mimi pernah lihat anak bayi berak dan pipis di toilet? Tidak pernah, khan?! Bayi pasti kencing dan pipis disembarang tempat, termasuk di popoknya! Langsung saja kamu berak di popokmu!" Jawab Bu Kinasih dengan tegas

"Tapi ma, itu menjijikkan ma, aku jijik jika kotoranku nanti menempel di popokku! Aku nggak mau berak disini! Tolong Ma, sebentar saja! Aku janji nggak melarikan diri ma!" Mimi memohon kepada Bu Kinasih sambil menahan perut mulesnya yang semakin tak terbendung.

"Tidak, kalau nggak mau berak di popok, ya sudahlah! Paling Mimi sendiri yang menderita karena menahan sakit di perutmu!" Kata Bu Kinasih.

Mimi tidak mendapat izin untuk buang air besar di toilet oleh Bu Kinasih. Jadi dia berusaha untuk menahan perut mulesnya itu karena dia tak ingin buang air di popok karena merasa jijik dan malu.

Beberapa menit kemudian akhirnya, "PREETTT..!! PRETT PREETT..!!" Terdengar suara khas orang sedang buang air besar. Bau kotoran manusia yang tak sedap pun akhirnya tercium. Mimi akhirnya berak di popoknya, karena tak bisa lagi menahan perut mulesnya yang semakin tak bisa terbendung.

"HAHAHAHA..!! TERUSKAN, NAK..!! TERUSKAN..!!" Bu Kinasih tampak senang ketika mengetahui bahwa Mimi akhirnya berak di popok. Bu Kinasih merasa Mimi semakin tampak seperi bayi sungguhan yang sudah jelas itu adalah obsesi Bu Kinasih.

Mimi yang kembali merasa malu, dan merasa diejek oleh Bu Kinasih hanya tertunduk sambil menahan air matanya.

"PREET...!! PREET..!!" Suara khas orang buang air besar itu masih berlanjut. Mimi masih terus mengeluarkan kotorannya, sehingga popoknya terlihat menebal.

"HAHAHAHA..!!! BAGUS, NAK..!! BAGUSS..!!" Bu Kinasih semakin tampak gila karena kegirangan.

Beberapa menit kemudian, Mimi sudah selesai berak di popok. Bau kotoran manusia tercium didalam kamar itu. Bu Kinasih langsung mengambil kantong plastik dari dapur, setelah itu membentangkan tubuh Mimi dan segera membuka popok yang dipakai Mimi yang telah berisi kotoran tinjanya itu untuk segera diganti.

Saat popok dibuka, nampak ada banyak kotoran-kotoran tinja menggumpal di popoknya bersama bau yang menyengat di hidung. Bu Kinasih melepaskan popok yang dipakai Mimi dan berisi kotoran tinja yang menempel itu kedalam kantong plastik, kemudian membersihkan bagian lubang pembuangannya dan bagian tubuh sensitif Mimi yang terkena cipratan kotoran tinja itu dengan tisu basah. Ketika sudah tampak bersih Bu Kinasih mengolesinya dengan bedak bayi di bagian sensitifnya itu, setelah itu memakaikannya dengan popok yang baru.

Wajah Mimi memerah karena merasa sangat malu terhadap apa yang terjadi barusan. Dia hanya tertunduk malu sehingga air matanya menetes di pipinya.

"Sudahlah, nggak usah malu. Namanya juga Mimi masih bayi. Jadi nggak perlu malu, karena Mimi akan melakukan hal seperti ini terus selamanya disini." Kata Bu Kinasih.

Mimi hanya terdiam untuk menahan tangisnya. Sebab jika dia mengucap satu kata saja, tangisannya langsung pecah. Mimi berusaha untuk tidak menangis.

"Mimi nggak usah malu sama mama. Kalau Mimi mau pipis, ya ngompol aja di popok nggak apa-apa. Kalau mau berak, ya berak aja di popok nggak usah malu! Kan Mimi masih bayi. Bahkan kalau Mimi haus, Mimi lapar, minta aja netekk sama mama, pasti Mimi langsung mama netekin kok..!! Ga perlu malu..!! Masa mama biarkan bayinya kelaparan, ya nggak mungkinlah, nak..!!" Kata Bu Kinasih.

"Semua ini telah menjadi kegiatan rutin untuk seumur hidup Mimi. Jadi Mimi harus membiasakan diri hidup seperti ini, bersama aku, mamamu!" Lanjut Bu Kinasih yang menjelaskan bahwa dia akan selamanya seperti ini.

Bu Kinasih memperlihatkan sebuah koran kepada Mimi yang menampilkan wajah Mimi alias Putri bersama Dinar yang menjadi cover depan tentang berita orang hilang.

"Mama juga sudah melihat di TV tentang berita ini. Bapaknya temanmu yang kaya ini bahkan menjanjikan hadiah sangat besar jika bisa menemukan kalian berdua." Kata Bu Kinasih.

"Kalau begitu, bebaskan saja aku. Aku janji nggak akan cerita kepada siapapun kalau mama telah membunuh sahabatku dan menyekapku disini. Aku janji akan bercerita kepada media kalau aku kecelakaan didalam hutan dengan sahabatku, dan mama yang menyelamatkan nyawaku, sementara sahabatku nyawanya tak tertolong karena dimakan hewan buas." Ujar Mimi

"Oh, begitu..!!" Kata Bu Kinasih

"Ya, dengan begitu mama akan dapat uang banyak karena dianggap berhasil menemukanku, sedangkan aku bebas dan merahasiakan hal ini. Maka kita sama-sama untung, bukan?!" Lanjut Mimi.

Bu Kinasih terdiam sejenak sambil menatap Mimi. Kemudian Bu Kinasih yang tampak tenang mengambil sapu lidi yang masih tergeletak dilantai itu.

"PRAAAKKKK....!!!" Secara mengejutkan Bu Kinasih memukul tubuh Mimi berkali-kali.

"AAAHHKKK..!! AAHHKKK..!!" Mimi berteriak kesakitan karena mendapatkan serangan cambukkan bertubi-tubi oleh Bu Kinasih.

"KAMU PIKIR, AKU BAWA KAMU KESINI KARENA UANG, HAH..!!!!" Bu Kinasih yang mengamuk terus memukuli Mimi.

"AAA.. AMPUNN MAA...!! AMPUN MAAH...!!" Mimi berteriak meminta tolong kepada Bu Kinasih untuk menghentikan pukulannya.

Bu Kinasih menghentikan pukulannya kepada Mimi, kemudian membanting sapu lidi yang dipegangnya barusan. Bu Kinasih langsung mendekati Mimi sambil menekan Pipi Mimi dengan erat. Bu Kinasih mendekatkan wajahnya ke wajah Mimi dengan mata yang melotot tajam.

"KAMU PIKIR AKU BUTUH UANG..!! HAAA..!!" Bu Kinasih membentak Mimi tepat didepan wajahnya.

"A.. Ampun..!!" Mimi yang kesakitan karena baru dipukul kembali mengeluarkan air mata. Tampak terlihat tangan dan kakinya terlihat banyak goresan garis-garis merah bekas cambukkan.

Suasana menjadi tegang, tetapi mendadak Bu Kinasih mengeluarkan air mata, "Mama ini tak butuh uang! Mama ini sayang sama Mimi! Mama nggak mau Mimi pergi,nak!"

Mimi terkejut melihat Bu Kinasih menangis, dan akhirnya Mimi pun ikut menangis. Suasana kamar kini berubah menjadi haru.

"Ta..tapi aku bukan anakmu..!!" Jawab Mimi sambil menangis terisak.

"Jangan pernah berkata seperti itu, nak! Mama pasti sedih jika kehilangan Mimi.." Kata Bu Kinasih yang menangis.

"Mama tentu tak mau kehilangan anak mama, bukan?! Lalu, mengapa mama menghilangkan nyawa anak orang??" Kata Mimi dengan air mata yang masih membasahi pipi.

"Apa maksudmu, nak??" Tanya Bu Kinasih yang masih menangis.

"Mama adalah seorang ibu yang sudah pernah kehilangan anak. Mama pasti sedih, bukan .?! itulah yang dirasakan oleh ibunya Dinar, dan ibu Kandungku sekarang!!" Jawab Dinar dengan penuh kesediaan.

Mimi melanjutkan, "Mama adalah seorang ibu, sama seperti ibunya Dinar, sama pula seperti ibu kandungku. Coba mama bayangkan, betapa sedihnya perasaan ibunya Dinar ketika mengetahui anaknya mati dibunuh orang lain?!"

Bu Kinasih yang menangis sedih itu pula, tak bisa menjawab apa yang dikatakan Mimi.

Mimi kembali melanjutkan penjelasannya sambil menangis, "Mama tentu tak ingin anak mama diambil oleh orang lain, tapi lihat apa yang mama lakukan sekarang! Mama sekarang telah merampas anak orang! Mama telah merampas aku dari ibu kandungku..!! Mama telah merampas anaknya..!! Coba mama bayangkan betapa sedihnya ibu kandungku karena kehilangan aku, ma..!!"

Air mata Bu Kinasih dan Mimi semakin tak terbendung. Suasana kamar menjadi semakin haru. Mimi dengan air matanya tetap berusaha meyakinkan Bu Kinasih.

"Mama adalah seorang ibu, sama seperti ibunya Dinar, dan ibu kandungku. Tentu mama pasti merasakan apa yang mereka rasakan saat ini kan?! Bagaimana rasanya kehilangan anak!" Mimi berusaha terus meyakinkan Bu Kinasih.

Bu Kinasih hanya menangis tersedu-sedu, tapi tidak menjawab apapun dari apa yang dikatakan Mimi.

"Aku mohon ma..!! Lepaskan aku..!! ibu kandungku saat ini pasti sedang sedih...!! mama pasti paham gimana perasaannya ibu kandungku, karena mama juga adalah seorang ibu..!! Aku mohon ma, lepaskan aku..!!" Ratapan Mimi kepada Bu Kinasih agar mau melepaskan dirinya.

Secara tiba-tiba Bu Kinasih menghentikan tangisnya. Matanya yang berlinang dengan air mata yang membasahi pipinya, kembali menatap wajah Mimi.

"Ada apa ma?" Mimi heran, mengapa Bu Kinasih menatapnya seperti itu.

"Kau Mimi atau Putri?" Tanya Bu Kinasih

Mimi sempat terdiam sejenak, "Pu..putri ma..!!"

"Jadi kau bukan Mimi?" Tanya Bu Kinasih lagi.

"Bukan ma! Aku Putri, bukan Mimi.." Jawab Mimi.

"Jadi selama ini aku salah??" Tanya Bu Kinasih lagi.

"Ya ma, maaf kalau selama ini mama salah. Aku adalah Putri, bukan Mimi." Jawab Mimi meyakinkan Bu Kinasih.

"Jadi selama ini aku salah?! Maafkan aku!!" Bu Kinasih kembali menangis terisak-isak seolah menyesali perbuatannya.

Mimi menjadi bingung dan nyaris tak percaya, apakah benar dirinya berhasil menyadarkan Bu Kinasih??

"Maafkan aku..!! maafkan aku..!!" Bu Kinasih menangis sambil meratap.

Mendengar perkataan Bu Kinasih yang meminta maaf, membuat Mimi merasa dirinya telah berhasil menyadarkan Bu Kinasih. Mimi merasa sedikit lega, Mimi merasa telah berhasil meyakinkan dan menyadarkan Bu Kinasih meskipun masih belum sepenuhnya. Kini Mimi tinggal berusaha untuk membujuk Bu Kinasih agar mau melepaskan ikatan rantai di tangan dan kakinya ini untuk membebaskan dirinya, dan kembali menjadi sosok gadis bernama Putri.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

rizky nandala

rizky nandala

meleking sekali ya suaranya

2024-04-23

0

Dhiajeng_w

Dhiajeng_w

ya ampunnn thorrrr jht bgt diaa

2021-12-14

0

Palgunadi Rata

Palgunadi Rata

Setuap baca ikut degdegan bakalan diapain.

2021-12-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!