Hari Libur

Satu persatu potongan tubuh Dinar, dari kedua lengan dimasukkan kedalam karung. Kemudian Kedua kakinya juga dipotong sehingga betis dan pahanya terpisah. Bu Kinasih juga membelah perut Dinar hingga keluar isi perutnya berupa jeroan-jeroannya keluar dari dalam perutnya. Bu Kinasih yang hanya seorang diri memotong-motong usus-usus tersebut dan tak lupa mengambil bagian hati dan jantungnya juga.

Setelah semua potongan-potongan tubuh Dinar sudah masuk kedalam karung, Bu Kinasih membawanya ke sumur tua untuk dicuci dan dibersihkan. Termasuk kepala Dinar dengan mata dan mulut yang sedikit terbuka, yang menandakan dia sangat kesakitan saat dipenggal tadi.

Ketika semuanya sudah dicuci dan dibersihkan, Bu Kinasih membawa karung berisi potongan tubuh Dinar itu menuju dapur.

Di dapur, Bu Kinasih mengiris-iris daging dari jasad Dinar tersebut untuk memisahkan daging dari tulangnya menjadi potongan kecil. Hingga semua daging terpisah dari tulangnya, Bu Kinasih memasukkan semua tulang-tulang itu kembali kedalam karung beserta kepala Dinar.

Bu Kinasih membawa kembali potongan tulang dan kepala Dinar yang sudah dibungkus ke dalam karung tersebut menuju gudang tempat dia memotong jasad Dinar pertama kali.

Bu Kinasih mengambil cangkul kemudian menggali tanah yang berada di samping gudang. Setelah cukup dalam menggali tanah, Bu Kinasih mengubur tulang-tulang dan kepala Dinar itu bersama karungnya hingga semuanya tertimbun tanah.

Disebelah kuburan Dinar, terdapat dua buah batu yang tertancap bersebelahan menyerupai batu nisan. Yang menandakan bahwa sebelumnya ada dua orang lain lagi sebelum Dinar yang telah dikubur di samping gudang itu.

"Aku sudah membawakan teman untuk kalian disini. Semoga kalian nggak merasa jenuh karena selama ini kalian hanya berdua disini. Lihat, yang aku bawakan di samping kalian ini adalah seorang wanita cantik. Semoga arwah kalian bisa berkenalan dan menjadi akrab." Kata Bu Kinasih kepada dua buah Batu yang diduga adalah batu nisan yang diduga adalah makam tersebut.

Bu Kinasih kembali menuju kebun kecil miliknya. Dia memetik beberapa sayuran, lombok beserta beberapa tomat. Kemudian kembali menuju dapurnya.

Bu Kinasih mengolah daging dari jasad Dinar yang sudah dipotong-potong tadi dan diolah untuk dimasak menjadi masakan lezat baginya.

...****************...

Satu jam setelah memasak daging dan sayuran, Bu Kinasih menuju kamar untuk membangunkan Mimi untuk dimandikan. Dan ternyata Mimi sudah bangun dari tadi.

"Anak mama sudah bangun, ya ternyata. Ooww.. Sayang.. sayang.. sayaang .!!" Bu Kinasih memeluk Mimi dan mencium kedua pipi mimi.

Tampak mata Mimi agak bengkak karena habis menangis malam tadi, karena memikirkan nasib sahabatnya di dalam gudang. Mimi tidak mengetahui jika temannya itu telah tiada, atau telah tewas di penggal Bu Kinasih dan jasadnya diolah menjadi makanan untuk dimakan oleh Bu Kinasih.

Bu Kinasih melepaskan pakaian dan memeriksa popok Mimi sebelum membukanya, ternyata isi popok Mimi dipenuhi kotoran tinja yang menjelaskan Mimi telah buang air besar. Bu Kinasih menggendong Mimi yang tidak menggunakan pakaian dan hanya memakai popok yang berisi kotoran tinja, dan membawa Mimi kearah sumur untuk membersihkan kotoran tinjanya sekaligus membuang popok kotornya dan memandikannya.

Setelah dimandikan, seperti biasa Mimi dibawa ke dalam kamar untuk dipakaikan diberikan minyak elon, bedak bayi, serta dipakaikan baju kaos, dan popok yang masih baru. Tak lupa pula Bu Kinasih menyisir rambut Mimi yang seukuran leher dan masih agak basah.

Setelah selesai, Bu Kinasih kembali menggendong Mimi ke dapur untuk makan bersama.

Sesampainya di dapur, Mimi didudukkan di kursi biasa tempatnya duduk. Di atas meja sudah dilengkapi dengan nasi, sayuran, bumbu, dan daging yang sudah dipastikan itu adalah daging Dinar yang telah dimasak.

Bu Kinasih mengambil nasi, sayuran, dan daging beserta bumbu pedas dan tidak pedas sekaligus, dan menjadi satu di atas piring. Bu Kinasih memakan semua yang berada di piringnya dengan lahap dilengkapi dengan segelas teh hangat.

Setelah selesai memakan makanannya, Bu Kinasih mengambil piring lagi dan memasukkan banyak daging ke atas piring itu tanpa nasi.

"Mimi mau bumbu pedas, atau bumbu yang nggak pedas?" Tanya Bu Kinasih.

Mimi menjadi heran, apakah Bu Kinasih bertanya seperti itu kepadanya karena akan memberinya makan daging. Karena selama setahun ini Mimi nggak pernah diberi makanan lain selain bubur bayi dan Asi Bu Kinasih.

"Sayang, kenapa diam? Mau bumbu yang pedas atau yang nggak pedas?" Bu Kinasih bertanya lagi kepada Mimi.

"Apakah Mama akan memberikannya untukku?" Mimi bertanya karena merasa heran.

"Tentu, sayang. mama akan mengambilkannya untuk Mimi. Sesekali mama memberikan Mimi makanan lain biar Mimi nggak merasa bosan." Jawab Bu Kinasih.

"Berarti hari ini aku nggak makan bubur bayi?" Tanya Mimi untuk memastikan.

"Apakah Mimi lebih suka makan bubur bayi daripada ini, sayang?!" Tanya Bu Kinasih.

Mimi merasa heran, karena tumben Bu Kinasih mengizinkan dirinya memakan makanan lain selain bubur bayi.

"Ayo sayang, mama nggak bisa terlalu lama menunggu. Bumbu pedas atau nggak pedas? Kalau nggak milih terpaksa mama akan peras Asi mama dan kasih makan bubur bayi lagi buatmu, nih!" Kata Bu Kinasih.

"Oh, sebenarnya aku suka makanan pedas, ma. Aku mau bumbu pedas." Jawab Mimi yang masih seolah tak percaya.

Bu Kinasih langsung menuangkan bumbu pedas itu ke atas potongan daging di atas piring yang dipegang Bu Kinasih itu.

"Suka makan sayuran?" Bu Kinasih bertanya lagi.

"Suka, ma." Jawab Mimi.

Bu Kinasih langsung menaburkan sayuran di atas daging yang sudah ditaburi bumbu pedas itu.

Bu Kinasih memotong potongan daging itu dan menyuapinya ke dalam mulut Mimi.

Mimi kemudian memakan potongan daging yang disodorkan oleh Bu Kinasih ke mulutnya itu, dan kemudian Mimi mengunyahnya.

"Gimana, sayang? Enak?" Bu Kinasih bertanya kepada Mimi yang sedang mengunyah makanannya.

"Enak, ma." Jawab Mimi sambil menganggukkan kepalanya. Mimi sedikit tersenyum karena sudah lama dia nggak merasakan makan makanan pedas. Karena kebetulan dia sangat suka makanan pedas.

"Ini, sayang. Makan lagi." Bu Kinasih menyuapi makanan kepada Mimi lagi.

Mimi pun kembali memakannya dengan lahap. Meskipun Mimi masih nggak menyangka jika Bu Kinasih memberikan makanan lain kepadanya, tapi dia sangat menikmatinya. Sudah lama dia tidak makan makanan pedas yang menjadi kesukaannya. Makanya Mimi tidak mau melewatkan kesempatan ini.

Bu Kinasih terus menyuapinya makan, dan Mimi semakin menikmatinya. Mimi sama sekali tidak mengetahui bahwa sebenarnya daging yang dia makan itu adalah daging dari jasad Dinar yang sudah dimutilasi dan dimasak oleh Bu Kinasih.

"Makan yang lahap ya, nak! Karena khusus hari ini mama menyediakan stok daging hanya sampai malam. Besok Mimi kembali makan bubur bayi. Makanya jangan sia-siakan kesempatan ini." Kata Bu Kinasih kepada Mimi.

"Ya ma." Jawab Mimi tak menyadari bahwa dia sedang memakan jasad sahabatnya yang sudah dimasak menjadi hidangan lezat.

...****************...

Setelah makan siang, cuaca yang cukup panas dan dipadukan dengan angin yang sepoi-sepoi yang berada di teras belakang rumah dan menghadap kebun kecil Bu Kinasih, beserta sumur tua yang berada di samping kebun, ditambah juga beberapa burung kecil yang terbang melintas membuat suasana dibelakang rumah cukup nyaman.

Bu Kinasih mencuci pakaiannya dan pakaian Mimi di sumur itu, sedangkan Mimi diletakkan di teras yang berhadapan dengan kebun kecil sendirian yang letaknya tak jauh dari sumur itu.

Meskipun begitu, Mimi tetap tak mungkin bisa kabur karena kedua tangan dan kakinya tetap diikat dengan rantai yang kuat. Apabila Mimi berusaha kabur dengan merangkak sambil menggeserkan kakinya pun, sudah dipastikan tak mungkin bisa bergerak cepat dan dipastikan Bu Kinasih masih bisa dengan mudah mengejarnya. Bu Kinasih pun tetap memantau Mimi meskipun dirinya sedang mencuci pakaian.

Mimi sambil memeluk boneka kelinci warna pink yang diberikan oleh Bu Kinasih. Mimi duduk sendiri di teras sambil memandang kebun kecil milik Bu Kinasih tepat berhadapan dengan teras tersebut. Mimi merasa hanya kebun ini yang berada disekitar rumah Bu Kinasih yang dianggapnya masih cukup indah untuk dipandang. Sangat pas untuk menenangkan hatinya yang sedang merasa tertekan dan jenuh saat ini karena terlalu lama dikurung.

Bu Kinasih yang kesehariannya hanya memakai bra dan celana pendek jika dilingkungan rumahnya, terus melakukan kegiatannya mencuci pakaian tanpa melepaskan pantauannya kepada Mimi yang sedang duduk sendirian diteras.

Setelah mencuci pakaiannya dan pakaian Mimi, Bu Kinasih langsung menjemur pakaian itu yang letak jemurannya hanya di samping sumur. Tampak pakaian Bu Kinasih dan Mimi yang telah dicuci dijemur oleh Bu Kinasih, tergantung dengan tali yang menjalar dari tiang satu ke tiang lainnya.

Setelah Bu Kinasih mencuci dan menjemur pakaian, Bu Kinasih menghampiri Mimi dan duduk di samping Mimi. Sementara itu Mimi hanya terus memperhatikan pandangannya ke arah kebun kecil itu.

"Mimi suka melihat ini, sayang?" Tanya Bu Kinasih.

"Aku suka suasananya... Sangat cocok untuk relaksasi pikiran yang penuh beban." Jawab Mimi.

"Emangnya Mimi punya beban apa, nak? Mama nggak pernah menyuruh Mimi bekerja, memasak, atau pun lainnya. Mimi hanya mama biarkan untuk makan, netekk, dan buang air. Mama hanya ingin Mimi menjalankan peran Mimi sebagai bayi mama. Itu aja nak.!" Bu Kinasih memberikan penjelasan kepada Mimi.

"Bukankah seharusnya hidup Mimi menjadi sangat enak?! Mimi lapar langsung mama kasih makan, Mimi haus langsung Mama netekin Mimi, Mimi pipis atau berak mama cebokin, tiap hari mama gendong bahkan mama timang-timang biar Mimi nyaman, Mimi tidurpun kalau tidur Mama kelonin biar Mimi merasa hangat. Enak, khan sayang?! Nggak perlu Mimi bekerja keras atau kegiatan apapun. Jadi beban apa yang Mimi pikirkan?" Kata Bu Kinasih.

Mimi tak menjawab apapun, baginya percuma berargumen kepada orang yang dianggapnya gila, karena sudah jelas tak ada hasil positifnya.

Bu Kinasih mengangkat tubuh Mimi ke pangkuannya, dan mendekap tubuh kurus Mimi di pelukannya dengan erat sambil menimang-nimang tubuh Mimi yang tersandar ditubuh gemuk besarnya. Buah dada Bu Kinasih yang besar yang hanya tertutup bra warna putih itu menjadi bantal yang empuk untuk kepala Mimi bersandar.

Bu Kinasih menggoyangkan tubuhnya untuk menimang-nimang tubuh kurus Mimi sehingga merasa terayun-ayun. Angin sepoi-sepoi meniup wajah Mimi yang sedang bersandar di dada besar Bu Kinasih yang menjadi bantalnya yang sangat empuk. Dipadukan dengan suara kicauan burung membuat suasana semakin damai.

"Hemm...hemmhemm... hmmmm... hemmmmhemmmm..." Bu Kinasih mengalunkan nada lembut dari mulutnya sendiri agar Mimi semakin merasa nyaman bersandar di dekapannya.

Mimi mulai memejamkan matanya dan hampir tertidur seperti terhipnotis oleh sepoi-sepoi angin dan alunan nada lembut dari mulut Bu Kinasih, ditambah lagi tubuhnya yang terayun-ayun karena di timang-timang oleh Bu Kinasih.

"Sayang..!" Bu Kinasih menyapa Mimi yang sudah memejamkan matanya dan hampir saja tertidur karena terbuai dengan suasana.

"Ada apa ma?" Jawab Mimi dengan lembut karena mulai mengantuk.

Bu Kinasih langsung membuka buah dadanya dari balik bra putihnya yang menjadi bantal untuk kepala Mimi tadi.

"Mimi nggak boleh bobo kalau belum minum susu dulu." Kata Bu Kinasih putting susu pada buah dadanya kedalam Mulut Mimi.

Mimi yang tak ada perlawanan langsung menghisap pangkal buah dada Bu Kinasih dan menyusu kepadanya. Bu Kinasih seraya langsung tersenyum melihat wajah Mimi terlihat begitu polos yang sedang disusui olehnya.

"hemmmmm... hemmehmm.. hemm..hmmm..."

Bu Kinasih terus menimang-nimang Mimi sambil mengalunkan nada lembut untuk menidurkan Mimi.

Mimi yang tak kuasa menahan buaiannya akhirnya memejamkan matanya dan tertidur pulas sambil menyusu kepada Bu Kinasih yang sedang menimang-nimang dirinya.

...****************...

Sore hari tiba, suasana panas tidak seterik seperti siang tadi. Bu Kinasih yang juga ikut tertidur pulas, terbaring di lantai teras sambil memeluk Mimi yang juga masih tertidur pulas sambil menyusu kepadanya. Mimi yang tertidur pulas sambil menghisap Asi Bu Kinasih mulai terbangun, karena mendengar dengkuran keras dari Bu Kinasih yang terbaring dan tertidur pulas sambil memeluk dirinya.

Mimi secara perlahan melepaskan tangan besar Bu Kinasih yang telah memeluknya sambil tertidur, agar dia bisa bangkit dan wajahnya terlepas dari buah dada Bu Kinasih sedang yang menyusuinya sambil tertidur. Mimi memindahkan lengan Bu Kinasih dengan sangat hati-hati agar Bu Kinasih tidak terbangun.

Mimi akhirnya bisa memindahkan lengan besar bu Kinasih yang berkulit hitam itu, dan bisa bangkit untuk duduk dan lepas dari buah dada besar Bu Kinasih yang masih terbuka lebar dari bra putihnya, Mimi hanya membiarkannya buah dada Bu Kinasih terbuka lebar karena khawatir nanti Bu Kinasih akan terbangun.

Mimi melihat Bu Kinasih yang masih tertidur pulas dan mendengkur keras. Inilah kesempatan untuk kabur. Mimi mulai menoleh ke kanan dan kekiri, dia melirik arah lurus menuju kebun dan melirik ke arah samping rumah.

Tak perlu berfikir panjang lagi, Mimi secara perlahan menjauhkan dirinya dari Bu Kinasih, dan berusaha agar gerakan tubuhnya tak menyentuh Bu Kinasih sedikitpun agar tidak terbangun.

Mimi berhasil menjauhkan dirinya dari Bu Kinasih yang masih tidur terlentang dengan buah dada yang masih terbuka dari balik bra dengan dengkuran yang keras.

Mimi kembali menoleh ke arah kebun kecil dan ke arah samping rumah sambil berfikir ke arah mana terlebih dahulu agar melarikan diri dengan cepat.

Mimi akhirnya lebih memilih kearah samping rumah, karena langsung menuju halaman depan rumah agar bisa segera keluar dari lingkungan rumah Bu Kinasih itu.

Mimi bergegas pergi dengan cara merangkak sambil menggeserkan kedua kakinya yang terikat dengan rantai, karena tangan dan kakinya diikat oleh rantai yang kuat membuat Mimi tak mungkin bisa berjalan normal.

Saat sudah berada ditepi teras, tiba-tiba dia teringat sahabatnya yaitu Dinar. Mimi teringat bahwa Dinar saat ini sedang disekap di dalam gudang yang letaknya melewati kebun kecil itu.

Mimi yang tak mengetahui bahwa sebenarnya sahabatnya telah tewas itu dan jasadnya sudah dimakan olehnya itu, mulai berfikir untuk menyelamatkan sahabatnya terlebih dahulu.

Mimi sempat dilema sejenak, apakah harus menyelamatkan Dinar terlebih dahulu atau langsung kabur seorang diri. Mimi harus mengambil keputusan dengan cepat sebum Bu Kinasih terbangun dari tidurnya.

"Maafkan aku Dinar, aku pergi lebih dulu. Tapi aku janji pasti akan kembali untuk menyelamatkanmu." Kata Mimi dalam hati dan kemudian melanjutkan pelariannya seorang diri.

Mimi berfikir, percuma jika harus menyelamatkan Dinar terlebih dahulu. Sebab mereka sama-sama diikat dengan rantai yang sangat kuat, dan tak mungkin bisa saling melepaskan. Jika dipaksakan itu akan terlalu mengulur waktu untuk melarikan diri, sehingga Bu Kinasih sempat terbangun dan berhasil menangkap mereka kembali.

Jika Mimi melarikan diri sendirian, masih ada harapan dia akan ditemukan oleh orang lain yang kebetulan melintas disekitar sehingga berhasil menyelamatkannya sebagai korban penyekapan. Setelah itu dia akan kembali menyelamatkan Dinar dengan membawa Polisi sekaligus akan memasukkan Bu Kinasih kedalam penjara atau rumah sakit jiwa, Itulah rencana Mimi.

Mimi berhasil meninggalkan rumah sambil merangkak dan menyeretkan kakinya dihalaman rumah yang beralaskan rumput itu. Mimi bergegas merangkak menuju hutan, karena untuk meninggalkan lingkungan rumah Bu Kinasih harus melewati hutan itu.

Mimi terus menggesekkan kakinya agar terus bisa merangkak maju meninggalkan rumah Bu Kinasih itu, yang selama setahun ini menjadi tempat tinggalnya dan hidup bersama Bu Kinasih disana.

Mimi semakin memasuki hutan, dia sengaja tidak melewati jalan kecil yang biasa dilintasi Bu Kinasih dengan sepeda motor, dan lebih memilik masuk melewati semak-semak belukar agar tidak mudah ditemukan Bu Kinasih apabila Bu Kinasih terbangun dari tidurnya dan kemudian mengejarnya.

Rumput-rumput panjang bahkan ada yang berduri telah menggores kulitnya hingga membentuk goresan-goresan luka sudah tidak Mimi pedulikan lagi. Yang ada didalam pikirannya adalah segera mendapatkan bantuan.

...****************...

Sementara itu Bu Kinasih terbangun dari tidurnya, dan terkejut ternyata Mimi tak ada disampingnya.

"Astaga, aku ketiduran." Kata Bu Kinasih memegang buah dadanya yang terbuka karena menyusui Mimi sampai tertidur tadi, dan memasukkan kembali kedalam bra putih jumbo yang dipakainya.

"MIMII..!! MIMII..!! KAMU DIMANA, NAK???" Bu Kinasih berteriak memanggil Mimi. Tapi tak ada satupun tanda-tanda Mimi menjawabnya.

Bu Kinasih yang hanya memakai bra puth dan celana pendek, segera bergegas menuju halaman rumahnya untuk memeriksa kemana arah Mimi melarikan diri dengan perasaan yang sangat panik.

Bu Kinasih memperhatikan jalan kecil yang biasa dilaluinya. Tapi saat dia menoleh kearah samping kiri, dia melihat ada semak yang sedikit terbuka yang menandakan semak itu baru saja bekas dilalui orang.

Bu Kinasih yang tadinya panik, akhirnya tersenyum kembali. Ternyata sangat mudah melacak kemana arah Mimi melarikan diri. Bu Kinasih tinggal berjalan saja mengikuti arah semak yang terbuka itu.

Tanpa pikir panjang lagi Bu Kinasih langsung masuk mengikuti arah semak yang terbuka itu.

...****************...

Mimi yang masih melintasi semak tak menyadari bahwa semak yang terbuka karena dia lewati, justru malah memberikan jejak petunjuk untuk Bu Kinasih agar bisa menemukannya.

Mimi semakin jauh meninggalkan rumah Bu Kinasih yang sudah selama setahun dia tinggal disana. Hatinya merasa lega ketika dia melihat jalan aspal dihadapannya, pertanda dia berhasil keluar dari hutan itu. Dia masih ingat, jalan aspal inilah yang sering dia gunakan sebagai jalan pintas agar terhindar dari kemacetan di jalan raya setahun yang lalu sebelum disekap oleh Bu Kinasih.

Terlihat ada seorang pria mengendarai sepeda motornya melintasi jalan itu. Mimi segera bergegas keluar dari semak untuk memanggil pria itu agar menolongnya.

"TOLOONG..!! TOLOONG..!!" Mimi berteriak memanggil pria itu, tapi karena pria itu mengendarai sepeda motornya dengan kencang, Pria itu lewat begitu saja tanpa sempat melihat dan mendengar teriakan-teriakan Mimi.

Mimi yang kaki dan tangannya masih diikat dengan rantai yang sangat kuat, duduk dipinggir jalan aspal itu sambil menunggu orang atau pengendara lain melintas dijalan itu.

Tapi karena jalan ini biasa dipakai orang hanya sebagai jalan pintas, maka jarang sekali ada orang yang melewati jalan aspal ini.

Mimi tetap menunggu orang lain melintas dijalan itu, sambil berdoa semoga Bu Kinasih belum sempat menemukannya sebelum orang lain menemukannya terlebih dahulu.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

💓Yhan💓

💓Yhan💓

Aku bayanginya kek film kanibal🥴

2022-03-01

1

$uRa

$uRa

jangan lama lama penderitaan Mimi ....ini otornya apa gak serem ngetik seperti ini😁😁😁

2022-02-28

1

💓Yhan💓

💓Yhan💓

ini othornya kuat banget ngetik adegan kek beginian😭😭

aku yg bayangin aja ngga kuat🥵

2022-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!