Flashback

"Hahahaha...Aku pun baru tahu ternyata cerdik dan gila itu bisa berteman. Hahahah.." Bu Kinasih pun akhirnya tertawa juga.

...****************...

Mimi Sendirian di dalam kamar yang menjadi penjara buatnya. Dia hanya berbaring dengan kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan rantai hingga sekarang ini.

Dia teringat kejadian setahun yang lalu. Kejadian di sore hari sebelum malamnya dia disekap oleh Bu Kinasih hingga sekarang.

(FLASHBACK: SORE HARI SEBELUM DISEKAP):

Putri adalah nama Aslinya sebelum namanya diganti oleh Bu Kinasih menjadi Mimi, baru saja tiba di kostnya setelah seharian bekerja di sebuah perusahaan swasta, sekitar jam 17.00 sore hari. Dia tampak kelelahan dan akhirnya berbaring di atas ranjang.

Baru saja dia akan memejamkan matanya dan hampir tertidur, tiba-tiba suara ponselnya berbunyi. Putri membuka matanya kembali dan melihat ponselnya, dan ternyata yang meneleponnya adalah Dinar.

Putri langsung mengangkat teleponnya, "Hallo..."

"Hai, Put..! Nanti malam kamu kuliah, nggak?!" Tanya Dinar melalu ponselnya.

"Kayaknya malam ini aku nggak hadir kuliah, Nar! Aku capek banget!" Jawab Putri.

"Kau begitu nanti malam kita nongkrong aja yuk! Di kafe biasa!" Ajak Dinar.

"Hmmm.. Boleh.. Jam berapa?" Putri bertanya lagi dengan tubuh yang memelas karena kelelahan.

"Jam setengah 7an laah..!" Gimana?" Saran Dinar

"Hmmm... Ok deh, jam setengah 7 aku kesana." Jawab Putri yang masih tampak lelah.

"Ok, Put. Jangan sampai telat ya!" Kata Dinar

"Oke.." Jawab Putri yang nggak lama kemudian menutup teleponnya.

Baru saja Putri menutup telponnya, ponselnya berbunyi kembali.

"Hadeeh....!! Siapa lagi sih ini...!!! Capeknya aku..!!" Putri menggerutu karena masih ingin beristirahat karena masih kelelahan.

Ketika Putri melihat ponselnya lagi, ternyata yang meneleponnya adalah Aryan si Pria gebetannya.

"Aryan..?!" Sontak Putri langsung bersemangat dan mengangkat teleponnya.

"Hallo, Putri.. Nanti malam kuliah, nggak?" Tanya Aryan melalui ponselnya.

"Oh, enggak nih! Kenapa emangnya?" Tanya Putri lagi

"Aku mau ngajak jalan-jalan. Ya, udah. Kalau begitu kamu tunggu di kost, ya! Aku jemput sekarang! Kira-kira setengah jam lagi sampai." Kata Aryan.

"Ok, ditunggu!" Putri menutup teleponnya dengan penuh kegirangan, dia langsung bergegas mandi agar terlihat segar kembali.

Setelah selesai mandi, dia memakai pakaiannya dan duduk didepan cermin untuk berdandan.

Baru saja selesai berdandan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kostnya. Putri semakin bersemangat mengarah ke pintu untuk membukanya karena mengira Aryan telah datang.

"Mama?!" Putri terkejut saat membuka pintu ternyata adalah Mamanya. "Ngapain Mama kesini?"

"Mama cuma pengen melihat keadaanmu, nak!" Jawab Mamanya itu.

"Masuk dulu, ma!" Putri menyuruh Mamanya masuk kedalam kamarnya. Dan duduk di lantai beralaskan karpet berbulu.

"Gimana kuliahmu sekarang? Apakah pekerjaanmu mengganggu kuliahmu?" Tanya Mamanya

"Enggak kok, Ma. Kuliahku lancar aja. Sebentar lagi aku dijemput temanku untuk jalan-jalan dulu sebentar, sekalian berangkat Kuliah." Jawab Putri yang sedikit berbohong.

"Putri, entah mengapa Mama menjadi merasa khawatir sama kamu. Mama juga bingung mengapa hati Mama merasa begitu nggak tenang." Curhat sang Mama.

"Kenapa Mama begitu mengkhawatirkan aku? Aku looh biasa aja, Ma" Jawab Putri.

"Mama harapkan ketika pulang kuliah kamu jangan pulang terlalu larut malam, nak! Nggak usah mampir sana sini!" Ujar sang Mama.

"Ma, aku ini sudah dewasa, ma! Umurku sudah 19 tahun. Apalagi aku sudah punya penghasilan sendiri dari pekerjaanku sekarang. Tolong Ma, jangan perlakukan aku kayak anak kecil lagi!" Jawab Putri.

"Bukan berarti Mama anggap kamu kayak anak kecil, Putri! Firasat seorang ibu itu kuat. Saat ini Mama sedang mengkhawatirkan dirimu, meskipun Mama nggak tahu apa yang membuat Mama gelisah sekarang. Firasat mama mengatakan kalau Putri sedang dalam bahaya, makanya Mama datang kesini untuk memastikan kalau kamu baik-baik saja." ujar Mamanya lagi.

"Mama lihat, kan?! Aku baik-baik aja sekarang. Nggak ada satupun yang mengancamku! Jadi apa lagi yang membuat Mama khawatir?!" Kata Putri.

Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk lagi. Putri langsung mendekati pintu itu dan bergegas membukanya.

"Hallo Putri!" Ternyata Aryan sudah berada didepan pintu.

"Oh, Sebentar ya!" Putri langsung bergegas mengambil tas kecilnya dan akan segera pergi bersama Aryan.

"Lho, Putri?! Kamu nanti nggak kuliah?" Mamanya bertanya lagi.

"Kan tadi aku sudah bilang, Ma. Aku jalan dulu sebentar sekalian pergi kuliah." Kata Putri yang berbohong lagi.

"Ya sudah, kalau begitu Mama pulang dulu. Tapi pesan Mama, kalau selesai Kuliah langsung pulang ya! Jangan mampir sana sini dulu!" Pesan Mamanya kepada Putri.

"Yaa!!" Putri tampak cemberut dengan perkataan Mamanya karena malu dengan Aryan karena Mamanya menyampaikan pesan kepadanya seperti menasehati anak kecil.

(FLASH REWARD):

Mimi kembali menitikkan air mata ketika mengingat kejadian itu. Dia tak menyangka bahwa itu adalah pesan terakhir Mama kandungnya itu, dan detik-detik terakhir dia bertemu dengannya.

Rasa penyesalan kini kembali muncul dibenaknya. Andai saat itu dia tidak berbohong karena bolos Kuliah, dan mendengarkan kata Mamanya untuk tidak mampir kemanapun setelah pulang kuliah, mungkin dia nggak akan berada ditempat mengerikan ini.

Air matanya sekarang seperti nggak ada artinya, karena sudah lebih setahun dia tak merasakan kebebasan sejak berada dalam cengkraman Bu Kinasih, membuatnya tak pernah bertemu lagi dengan keluarganya bahkan mendengar kabarnya.

(FLASHBACK: MALAM HARI SEBELUM DISEKAP):

Di kafe pantai yang indah yang dipenuhi cahaya remang lampu, Putri sangat bahagia karena Aryan baru saja mengutarakan cinta kepadanya. Hatinya begitu berbunga-bunga karena pria yang dicintainya selama ini akhirnya membalas cintanya, dengan mengutarakan perasaan cinta kepadanya.

Putri dan Aryan bergandengan tangan sambil menyusuri pasir pantai yang gelap dengan angin yang berhembus seperti membelai kedua insan tersebut.

Aryan menghentikan langkahnya dan berdiri tepat dihadapan Putri.

"Ada apa, sayang?" Putri bertanya kepada Ryan yang memandang wajahnya dengan senyuman.

Aryan tak menjawab pertanyaan Putri, kedua tangannya langsung memeluk punggung Putri dengan erat.

Secara perlahan Aryan mendekatkan wajahnya ke wajah Putri pertanda bahwa dirinya akan mencium bibir Putri.

Putri yang merasa bibirnya akan dicium oleh Aryan langsung menutup matanya dan mempersiapkan bibirnya untuk membalas ciuman Aryan.

Belum saja sempat berciuman, tiba-tiba ponsel milik Putri berbunyi. Putri langsung mengambil ponsel dari tas kecilnya, kemudian melihat siapa yang meneleponnya.

"Ya ampun, aku lupa kalau aku ada janji juga dengan Dinar!" Putri terkejut bahwa yang menghubunginya adalah Dinar.

"Kenapa, Put?" Aryan bertanya.

"Aku lupa kalau aku ada janji juga sama Dinar. Dia pasti sudah nungguin dari tadi." Ujar Putri yang tampak panik.

"Jadi gimana?" Aryan bertanya kembali.

Putri sempat dilema sejenak untuk memilih apakah masih harus tetap bersama Aryan, atau langsung menemui sahabatnya yang bernama Dinar itu. Sementara itu ponselnya terus berbunyi dan belum diangkat oleh Putri.

"Maaf Aryan, aku harus temui Dinar!” Kata Putri yang ternyata lebih memilih menemui sahabatnya yang bernama Dinar itu.

"Sekarang? Bukankah kita lagi berduaan saat ini.?!" Kata Aryan.

"Walau gimanapun juga dia itu sahabatku, dan sebenarnya dia duluan yang membuat janji denganku. Aku tadi lupa banget. Makanya aku harus temui dia sekarang." Ujar Putri.

"Hmmm.. Ya sudah, kalau begitu biar aku antar ya!" Ajak Aryan sambil memegang bahu Putri.

"Nggak usah, nanti Dinar malah tambah marah kalau aku terlambat gara-gara bersama kamu. Aku biar naik taksi aja." Jawab Putri.

Tanpa mengangkat ponselnya, Putri langsung bergegas menemui Dinar dengan menggunakan taksi.

(FLASH REWARD):

"Aku nggak nyangka bahwa itu adalah malam terakhir aku menyentuh kebebasan." Ujarnya yang berbicara sendirian didalam kamar sambil mengeluarkan air mata. "Aku juga kangen banget sama kamu, Aryan."

(FLASHBACK KEBAGIAN BAB 1):

Dinar duduk sendirian menunggu Putri di kafe halaman hingga jam 20.00 malam

"Lama banget kamu! Ada satu setengah jam aku nungguin kamu disini. Hampir aja aku pulang!" Kata Dinar dengan wajah kesalnya.

"Waduh, maaf ya! Maklum tadi ada sesuatu yang penting. Dan hari ini aku mau ceritakan sama kamu." Jawab Putri dengan senyum manisnya.

"Apaan?" Tanya Dinar heran

"Tebak donk!" Kata Putri dengan senyuman khasnya.

"Apaan sih! Pake tebak-tebakan segala lagi! Nyebelin banget! Ya udah aku pulang aja!" Dinar langsung berdiri dan seketika Putri langsung memegang tangannya untuk menghalanginya.

"Eh, tunggu! tunggu! tunggu! Wih, gitu aja ngambek nih!" Kata Putri

Dinar kembali duduk dikursinya, "Jadi apaan nih?"

"Hmm.. tadi Aryan temui aku... Hmm.. terus tiba-tiba dia..........." Putri mejelaskan dengan sedikit malu-malu

"Apa? Nembak kamu?" Tebak Dinar

"Hmmm... iya.. dia tadi bilang cinta sama aku.."Jawab Putri dengan wajah sumringah.

"Terus? Kamu terima?" Dinar semakin penasaran.

"Hmmm.. iya!" Jawab Putri dengan wajah malu-malu.

"Jadi, kamu dan Aryan resmi jadian?" Tanya Dinar yang semakin penasaran.

"Ya, aku resmi pacaran sama Aryan." Jawab Putri.

"Wiiihhh...!! Selamat ya...!!" Dinar tampak ikut kegirangan dan langsung memeluk Putri.

(FLASH REWARD):

"Aku juga kangen banget sama kamu, Dinar. Tapi sayang kamu sudah tiada lagi di dunia ini. Semua ini salahku..!! Salahku..!!" Tangisan Mimi tak bisa tertahankan. Hingga sekarang dia masih merasa bersalah atas kematian Dinar yang jasadnya dikubur di samping gudang itu.

Tampaknya Mimi masih belum mengetahui, bahwa sebagian jasad Dinar telah dimakan olehnya. Karena hingga saat ini Bu Kinasih belum memberitahukan Mimi jika sebagian tubuh Dinar telah dia dan Bu Kinasih makan bersama.

...****************...

Malam hari sekitar jam 21,45. Kinasih melepas dua kepang di rambut Mimi yang sedang duduk di atas kasur kapuknya, kemudian menyisir rambut Mimi yang lurus sebahu.

"Ma, boleh aku tanya sesuatu?" Mimi bertanya kepada Bu Kinasih yang sedang menyisir rambutnya.

"Apa itu, nak?!" Bu Kinasih bertanya balik sambil fokus menyisir rambut Mimi.

"Kenapa Mama membunuh Dinar?" Tanya Mimi.

Bu Kinasih kemudian tersenyum, dia selesai menyisir rambut Mimi kemudian duduk dihadapan Mimi.

"Mimi, sayang! Mimi pikir menikmati Dinar sendirian?! Mimi juga ikut menikmatinya." Jawab Bu Kinasih sambil tersenyum dihadapan Mimi.

"Maksudnya?" Mimi mulai bingung.

"Hahahaha.. Mimii.. Mimi.. Kamu lucu sekali, nak! Sampai sekarang kamu nggak menyadari hal itu." Kata Bu Kinasih yang malah tertawa.

"Aku nggak paham dengan maksud Mama. Terserahlah..! Lupakan pertanyaanku tadi!" Mimi tampak kesal dan tak ingin melanjutkan perbincangan dan memalingkan wajahnya.

"Hahahaha...Baiklah, Mama akan menjelaskannya dengan sangat jelas!" Ujar Bu Kinasih.

Mimi kembali memperhatikan wajah Bu Kinasih.

"Mimi dengar baik-baik ya, nak!!! Mimi masih ingat nggak, Mama pernah bilang nggak bakalan ngasih makanan lain selain bubur bayi yang bercampur Asi dan nggak bakal ngasih minuman lain selain Asi?" Bu Kinasih bertanya kepada Mimi.

"Tentu masih ingat, dan itu Mama buktikan sampai sekarang." Jawab Mimi.

"Lalu Mimi masih ingat, nggak?! Ada saat suatu hari itu selama satu hari penuh Mama justru berikan Mimi makanan daging, masih ingat?!" Bu Kinasih bertanya lagi.

"Tentu masih ingat, karena pada saat itu aku merasa heran mengapa secara tiba-tiba Mama memberiku makanan lain selain makanan bayi." Jawab Mimi.

"Mimi nggak pernah berfikir mengapa Mama mau memberikan daging itu?" Bu Kinasih kembali bertanya.

"Aku sempat berfikir mengapa. Karena aku tahu kalau Mama nggak mungkin melakukan sesuatu tanpa sebab." Jawab Mimi.

"Berarti seharusnya Mimi sudah bisa tebak, daging apa yang Mama berikan kepada Mimi!" Ujar Bu Kinasih.

"Hmmm... Maksud Mama... daging itu....... adalah......................." Mimi berusaha menebak dengan memainkan logikanya.

"Bisa menebak daging apa itu, nak?!" Bu Kinasih menunggu jawaban langsung dari mulut Mimi.

"................................ Dinar?" Mimi berusaha menebaknya berdasarkan logikanya.

"Hahahaha... benar sekali, sayang! Kenapa kamu baru bisa menebaknya sekarang?! Hahahaha...." Bu Kinasih tertawa terbahak-bahak karena merasa puas dan sangat senang bahwa Mimi berhasil menjawabnya.

Mimi kemudian terdiam sejenak, ingatan memakan daging jasad Dinar itu kini terus terngiang-ngiang di pikirannya. Membuat perutnya kembali merasa mual dan rasanya ingin memuntahkan semua isi perutnya.

Ingatan memakan daging manusia itu tak bisa Mimi hilangkan dari pikirannya. Perasaan mual dari perutnya semakin tak bisa tertahankan.

Bu Kinasih yang menyadari bahwa Mimi akan muntah, langsung mendekap tubuh Mimi dan menutup mulutnya.

"Jangan coba muntah disini, nak! Atau Mama akan menghukum kamu.!!" Ancam Bu Kinasih kepada Mimi.

Wajah Mimi semakin merah, air mata kesedihan dan perasaan mual karena mengingat pernah memakan daging manusia membuat batinnya merasa tambah tersiksa.

"Ingat, Nak! Itulah sebabnya mengapa Mama nggak ingin menikmati daging itu sendirian, dan membaginya denganmu. Agar tidak sepenuhnya kamu menyalahkan Mama, karena kau juga ikut menikmatinya." Jawab Bu Kinasih sambil mendekap dan menutup mulut Mimi dengan sangat erat.

Mimi yang wajahnya merah dan telah memuntahkan isi perutnya, karena mulutnya ditutup rapat oleh Bu Kinasih, muntahannya menggenang penuh didalam mulutnya. Dan akhirnya muntahan itu ditelan kembali sedikit demi sedikit.

"HAHAHAHA...!! HAHAHAHAHA...!!" Bu Kinasih tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan Mimi yang menelan muntahannya kembali.

...****************...

Suasana mulai tenang. Mimi duduk bersandar ditembok di atas kasur kapuknya, tanpa ada perubahan dengan kedua tangan dan kaki tetap terikat dengan rantai.

Mimi menangis sedih karena telah mengetahui bahwa dia ikut memakan daging dari jasad Dinar.

"Nggak perlu ditangisi, sayang! Mimi pernah bilang kalau daging itu, enak kan?! Jadi buat apa ditangisi?! Dagingnya sudah lama menjadi kotoran yang menempel di popokmu!" Ujar Bu Kinasih.

"Aku nggak menyangka, ternyata Mama nggak hanya gila, tapi juga kanibal..!!" Cetus Mimi kepada Bu Kinasih.

"Makanya itu Mama memberikan daging itu juga kepadamu, nak! Jika Mama adalah Kanibal, makan anaknya harus Kanibal juga..!!" Jawab Bu Kinasih.

Tangisan Mimi semakin terisak-isak, selalu aja ada perbuatan gila yang tak disangka-sangka yang dilakukan Bu Kinasih terhadapnya.

"Setelah ini, kejutan apalagi yang akan Mama lakukan terhadapku?!" Mimi bertanya lagi.

"Nanti Mimi akan tahu sendiri, sayang! Ditunggu aja!" Jawab Bu Kinasih.

"Boleh aku bertanya lagi?" Tanya Mimi dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tanya aja, nak! Mama akan menjawabnya." Ujar Bu Kinasih.

"Apa yang Mama lalukan kepada Dinar selama setahun Mama sekap dia di gudang sana?" Tanya Mimi.

"Hehehe.. Mama bermain-main dengannya!" Jawab Bu Kinasih.

"Maksudnya?" Tolong jelaskan secara detail, Ma! Jangan setengah-setengah!" Seru Mimi kepada Kinasih.

"Mimi, ingin jawaban yang paling jelas tanpa basa-basi?! Baiklah, nak! Hampir setiap hari Mama melampiaskan nafsu Mama kepada sahabatmu itu selama di gudang." Jawab Kinasih dengan tegas.

"Maksudnya, Mama memperkosa dia?" Mimi berusaha memastikan jawaban Bu Kinasih.

"Ya, nak! Akhirnya Mimi mendapat jawaban kejutan lagi malam ini, kan?! Hahahaha...!!" Jawab Bu Kinasih.

Mimi sampai menggelengkan kepalanya, entah segila apa wanita dihadapannya ini yang menjadi induk susunya sekarang. Dia semakin stres dan depresi karena ulah Bu Kinasih terhadapnya.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

mampir lg ni say ceritanya mangkin kesini + seru aku klik favorit buat imajinasi mu yng super kereeen

2022-01-14

1

Safa Safa

Safa Safa

ko belum up thor?

2022-01-11

1

Afdy

Afdy

thor lanjut aku tetap setia menunggu ,aku menunggu Mimi bebas

2022-01-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!