Menghilangkan Jejak

Hik..Hik..Hikk..!!" Putri menangis tersedu-sedu karena merasa bersalah kepada Dinar.

...****************...

Hampir setengah jam berlalu Putri yang posisi tiarap dilantai menutupi buah dada kecilnya karena handuk yang dikenakannya nyaris terlepas. Masih terikat pula tangan dan kakinya dengan rantai tergeletak dilantai menangis penuh penyesalan seorang diri didalam kamar, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka.

Ibu Kinasih yang masih mengenakan daster panjang tanpa lengan warna merah maroon dengan baju yang tidak terkancing sehingga belahan dadanya nampak terlihat, dan ada sedikit noda-noda bercak seperti becak darah dibagian dadanya, membuat Putri semakin yakin bahwa temannya sudah mati.

Tangisan Putri pun pecah, tetapi Bu Kinasih yang berdarah dingin tidak mempedulikannya.

Tubuh gemuk berkulit hitam itu langsung menoleh kearah putri yang sedang menangis, kemudian mendekati Putri, dan membalikkan tubuh Putri menjadi terlentang, setelah itu Bu Kinasih memperbaiki handuk Putri yang nyaris terlepas tadi kembali menutup tubuh Putri dengan rapat sempurna.

Kemudian Bu Kinasih dengan mudahnya menggendong tubuh kurus Putri. Kepala Putri yang menempel di buah dada yang besar dan empuk Bu Kinasih yang dasternya tidak terkancing, sehingga bra putih berukuran jumbo yang menutupi buah dada itu terlihat, cukup membuktikan bahwa buah dada Bu Kinasih sedikit lebih besar ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran kepala Putri.

Putri digendong untuk dipindahkan ke kasur kapuk yang terbentang dilantai. Bu Kinasih dan Putri tampak seperti kopi dan susu, karena terlihat jauh perbandingan warna kulit antara tubuh Bu Kinasih yang berkulit hitam dengan tubuh Putri yang berkulit putih.

Setelah selesai memindahkan tubuh Putri yang masih menangis itu ke kasur kapuk, Bu Kinasih langsung bangkit dan meninggalkan Putri sendirian di dalam kamar.

Diluar kamar Bu Kinasih mengambil tas milik Putri dan Dinar kemudian membukanya dan memeriksa isi tas itu. Didalam tas keduanya, ada dompet yang berisikan beberapa uang yang nilainya cukup banyak, beserta KTP, Kartu ATM dan Kartu Kredit, juga HP smartphone beserta chargernya Putri Dan Dinar yang keduanya sama-sama mati karena daya baterainya habis, dan tak bisa di isi daya karena rumah Bu Kinasih tak ada listrik. Setelah itu Bu Kinasih kembali menuju kamar membawa semua barang-barang itu.

Bu Kinasih membuka pintu kamar, tampak tidak mempedulikan Putri baru berhenti menangis yang masih terbaring di kasur kapuk. Bu Kinasih membuka bajunya dihadapan Putri dan mengganti baju dasternya dengan kaos Oblong lengan pendek warna cokelat dan rok warna hitam. Kaos oblong yang begitu ketat sehingga lekukan tubuh Bu Kinasih nampak jelas, seperti lekukan bra yang besar dan lekuk perutnya yang terlihat terlipat-lipat. Setelah menyisir rambutnya yang hitam panjang bergelombang dam sedikit beruban, Bu Kinasih pergi meninggalkan Putri lagi sendirian di kamar, dan menguncinya dari luar kamar agar Putri tidak bisa melarikan diri.

Bu Kinasih mengeluarkan sepeda motor bebek bututnya dari luar garasi yang berada di samping rumah yang hanya terbuat dari tumpukan seng. Bu Kinasih melihat sepeda motor Dinar yang membonceng Putri tadi malam masih parkir dihalaman rumahnya. Bu Kinasih langsung mendekati sepeda motor itu dan langsung mendorongnya untuk memindahkan ketempat yang aman karena kebetulan sepeda motor itu tidak dikunci stang. Karena sangat berbahaya jika ada orang yang kebetulan melintas melihat sepeda motor itu.

Setelah memindahkan sepeda motor korbannya ditempat yang aman. Bu Kinasih kembali mendekati sepeda motornya lalu menyalakan sepeda motor bututnya itu dan pergi meninggalkan rumahnya. meninggalkan Putri yang dikurung sendirian dalam kondisi terikat dengan rantai didalam kamar.

...****************...

Bu Kinasih dengan mengendarai sepeda motornya sampai di sebuah rumah sederhana tembok cat warna krem dengan halaman yang tak terlalu luas. Bu Kinasih memarkirkan motor di halaman rumah itu. Ekspresi wajah dan perilaku Bu Kinasih tampak waras seperti orang pada umumnya jika berada diluar rumah. Dan tak ada yang mengetahui jika sebenarnya Bu Kinasih adalah Psikopat gila yang berbahaya.

Bu Kinasih mendekati pintu rumah itu dan mengetok pintu itu,"TOK..!! TOK...!! TOOK..!!"

Tak lama kemudian datang seorang pria bertubuh kurus tinggi, berambut keriting, dan berjanggut, memakai kaos kutang warna putih celana kolor pendek hitam, yang usianya kira-kira sama dengan usia Bu Kinasih, yang membukakan pintu untuk Bu Kinasih.

"Lha, Kinasih?! Tumben kesini! Pasti ada sesuatu nih!" Kata pria itu

"Aku ada barang bagus buatmu, Osta!"Jawab Bu Kinasih kepada pria di hadapannya itu yang ternyata namanya adalah Osta.

Mendengar perkataan Bu Kinasih, Osta langsung menoleh kanan dan kiri untuk melihat keadaan sekitar, kemudian menyuruh Ibu Kinasih untuk masuk.

"Ayo duduk!" Kata Osta menyuruh Bu Kinasih duduk disebuah sofa warna hitam diruang tamu. Kemudian Osta ikut duduk dihadapannya.

"Barang apa nih?" Tanya Osta penasaran.

Bu Kinasih langsung mengeluarkan dua buah HP smartphone milik Dinar dan Putri yang telah diambil olehnya, "ini, masih dalam kondisi bagus! kondisi fisik juga masih oke."

Osta terkejut, "Wiih..!! Ini HP mahal nih! Dari casingnya pasti yang punya adalah perempuan."

"Kira-kira berapa kamu sanggup bayar kedua HP itu? Chargernya ada juga" Tanya Bu Kinasih.

"Hmmm.. kalau nggak ada kotaknya harganya jatuh banget nih!" Kata Osta

"Osta, aku tahu sepak terjang mu sebagai penadah barang curian, nggak usah banyak basa basi. Langsung aja kamu tentukan mau sanggup bayar berapa..!!" Kata Bu Kinasih kepada Osta dan ternyata Osta adalah seorang penadah barang curian.

"Woooww, sabar donk..!! jangan galak-galak gitu! hehehe.. ternyata kamu masih nggak berubah ya?!" Kata Osta sambil bercanda.

"ini baru HP yang saya tunjukkan, masih ada lagi satu sepeda motor." Kata Bu Kinasih.

"Wow..!! mantap..!! ini baru namanya teman, aku jadi dapat stok lagi nih! ini baru namanya mantap!" Kata Osta

"Makanya berikan aku harga yang pas buat HP ini, maka aku akan jual sepeda motor itu juga kepadamu lagi." Kata Bu Kinasih.

"hmmmm.. Baiklah.. kalau begitu saya akan hargai HP ini....................................

...****************...

Bu Kinasih mendapatkan uang cukup banyak dari hasil penjualan HP smartphone milik Dinar dan Putri, dan juga tambahan uang yang diambil dari dalam tas Dinar dan Putri. Bu Kinasih langsung pergi ke sebuah supermarket, membeli sesuatu untuk keperluan.

Didalam sebuah supermarket dengan suasana yang cukup ramai, karena kebetulan hari ini adalah hari minggu. Bu Kinasih mendorong troli kosong sambil berkeliling setiap sudut ruangan supermarket untuk membeli sesuatu.

Ternyata Bu Kinasih membeli sesuatu untuk diberikan kepada Putri yang telah dipilih untuk menjadi pengganti bayinya yang telah mati.

Yang pertama dipilih Bu Kinasih adalah Popok/Pampers berukuran dewasa. Bu Kinasih mengambil cukup banyak popok dewasa itu. Setelah mengambil cukup banyak popok dewasa, kemudian Bu Kinasih berkeliling lagi sambil mendorong trolinya yang berisi popok dewasa itu ke bagian perlengkapan bayi.

Bu Kinasih mencari botol dot bayi berukuran besar dan alat perah Asi. Setelah Bu Kinasih menemukan apa yang diinginkannya, segera Bu Kinasih memasukkan botol dot bayi berukuran besar itu dan alat perah Asi kedalam troli.

Selanjutnya Bu Kinasih mencari empeng berukuran besar untuk dihisap ke dalam mulut Putri. Tapi ternyata setelah berkeliling mencari, hanya ada empeng ukuran yang sesuai dengan mulut bayi dan tidak ada yang berukuran mulut orang dewasa. Kemudian Bu Kinasih tak jadi membeli empeng dan beralih pergi ke bagian pakaian.

Bu Kinasih berkeliling mencari pakaian, tapi tak ada yang diinginkan olehnya untuk diberikan kepada Putri. Terpaksa Bu Kinasih hanya membeli beberapa kaos oblong lengan pendek dengan warna yang berbeda, dan beberapa kain selimut berukuran lebar dan agak tebal. Dia kemudian berkeliling lagi mencari barang-barang lain yang akan dibutuhkan, termasuk beberapa kaos kaki

...****************...

Hari semakin siang, Putri yang disekap sendirian didalam kamar, perutnya mulai keroncongan tanda dia sedang lapar, karena sejak pagi belum makan dan minum sedikitpun. Tubuhnya masih tertutup kain handuk yang masih dia kenakan dari tadi malam, tak tahu harus berbuat apalagi karena rantai yang mengikat tangan dan kakinya begitu kuat dan sulit dilepaskan.

Terdengar suara sepeda motor dari luar rumah, kini Bu Kinasih sudah kembali kerumahnya dengan sepeda motornya membawa banyak barang belanjaan. Bu Kinasih membuka pintu rumah dan langsung bergegas menuju kamarnya.

Bu Kinasih Kinasih membuka pintu kamar dan langsung memperlihatkan barang belanjaan kepada Putri.

"Hallo anakku sayang, lihat nih apa yang mama bawa?!" Tampak Bu Kinasih memperlihatkan ada banyak pampers/popok berukuran besar, ada beberapa kaos oblong lengan pendek, kerincingan bayi, selimut tebal dan lebar, botol dot, kaos kaki, dan lain-lain.

Putri hanya terdiam, meskipun dalam hati dia terkejut seperti apa nanti Bu Kinasih akan memperlakukannya.

"Gimana?? Kamu senang bukan?! Kamu pasti nggak sabar ingin memakainya, ya kan?!" Kata Bu Kinasih cukup girang.

Putri hanya tertunduk diam, tak menjawab sepatah katapun. Bu Kinasih yang tampak kegirangan langsung menggendong Putri keluar kamar, menuju pintu belakang.

Bu Kinasih membawa Putri menuju teras belakang dan membaringkannya di lantai yang terbuat dari papan dan berbentuk panggung. Ternyata di bagian belakang rumah adalah kebun sayuran kecil yang hanya berukuran luas 15x20 meter, yang dikelilingi pohon yang rindang, suara-suara burung bernyanyi dan beberapa ekor terbang dihadapan Putri, membuat suasana menjadi cukup tenang.

Putri memandang sayuran-sayuran hijau yang tertanam di kebun tepat dihadapannya. Tiba-tiba saat Putri lengah karena melihat pemandangan, Bu Kinasih menarik rambut Putri dan memangkas rambut panjangnya sehingga nyaris botak di bagian tengah. Putri terkejut melihat Bu Kinasih menggenggam potongan rambutnya yang panjang hitam lurus sedikit bergelombang.

"Apa yang kamu lakukan? Rambutku..??" Mata Putri terbelalak melihat rambutnya yang terpotong.

"Bayi yang baru lahir, tak mungkin rambutnya panjang. Aku akan memangkas habis rambutmu." Kata Bu Kinasih sambil memegang sebuah gunting yang tajam.

"TI..TIDAAAK..!!" Putri berusaha menghindar dari Bu Kinasih dengan menggeser badannya. Tetapi Bu Kinasih yang bertubuh besar menindih tubuh Putri kurus yang terikat dengan sangat mudah. Setelah Putri tak bisa menggerakkan badannya karena ditindih oleh Bu Kinasih, maka dengan Mudah Bu Kinasih memegang rambutnya yang lain lagi dan langsung mencukur habis rambut indah milik Putri.

"JANGAAAN..!! HENTIKAAAN..!!" Putri berteriak sambil memohon kepada Bu Kinasih untuk tidak menggunduli rambutnya.

"HAAHAHAHA..!! HAHAHAHAAA .!! Tetapi Bu Kinasih malah tertawa terbahak-bahak seperti orang yang kesetanan.

Putri terus memohon kepada Bu Kinasih untuk menghentikan apa yang dilakukannya. Tetapi Bu Kinasih tetap terus memotong rambut Putri.

Sadar rambutnya sudah hampir habis, akhirnya Putri hanya pasrah sambil menangis, membiarkan Bu Kinasih memotong rambutnya.

"Nah, begini terlihat lebih menggemaskan." Kata Bu Kinasih setelah menghabiskan rambut Putri beberapa menit kemudian.

Putri yang tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menangis, sedangkan Bu Kinasih mengambil pisau cukur untuk mengerik sisa-sisa rambutnya yang masih ada sambil tersenyum.

Putri terus menangis pasrah, sedangkan Bu Kinasih terus mengerik sisa-sisa rambutnya hingga benar-benar habis dan licin.

Akhirnya kepala Putri sudah menjadi botak licin tanpa rambut sehelai pun. Bu Kinasih yang begitu bahagia telah menyelesaikan pekerjaannya, langsung mengambil cermin untuk memperlihatkan penampilan kepala Putri yang baru dengan kepala botaknya.

"Lihat, kamu sekarang lebih menggemaskan." Kata Bu Kinasih yang semakin girang.

Putri merasa tersiksa dengan apa yang dilakukan Bu Kinasih terhadap rambutnya. Putri menangis mewek, air matanya tak bisa dibendung lagi, "TIDAAAKK...!!"

Sikap Bu Kinasih semakin gila, kini dia menggendong Putri yang masih menangis menuju kamar mandi. Sesampai dikamar mandi, handuk yang dipakai Putri dilepas oleh Bu Kinasih hingga Putri tak mengenakan sehelai kain pun, kemudian Bu Kinasih memandikan tubuh Putri yang kepalanya sudah menjadi gundul, dan Bu Kinasih memandikannya dengan penuh kegirangan. Bu Kinasih menggosokkan sabun bayi ke seluruh tubuh Putri yang tetap terikat dengan rantai.

Kegilaan Bu Kinasih tak cukup hanya sampai disitu dan semakin menjadi-jadi. Setelah selesai memandikan Putri, Bu Kinasih mengeringkan tubuh Putri dengan handuk, kemudian menutup tubuh Putri dengan handuk tersebut, dan mengangkat tubuh Putri lagi kembali kedalam kamar.

Putri dibaringkan di atas kasur kapuk. Putri hanya menangis tersedu-sedu, sementara Bu Kinasih yang kegirangan membuka handuk Putri yang kurus dengan kulit putih dan buah dada kecilnya.

Bu Kinasih mengangkat kedua kaki Putri yang diikat dengan rantai dan memberikan bedak bayi di bagian sensitif Putri, setelah itu Bu Kinasih memakaikan popok tipe perekat kepada Putri. Putri hanya pasrah saja. air matanya tak sanggup menahan betapa malunya dirinya dilecehkan seperti ini.

Setelah itu, Bu Kinasih ingin memakaikan kaos lengan pendek warna pink yang baru dibelinya untuk Putri. Tetapi Bu Kinasih tak bisa memasukkan kaos itu melewati lengan Putri karena kedua tangan Putri diikat. Bu Kinasih khawatir jika rantai yang di ikat ditangan Putri itu dilepas, maka Putri akan memberontak.

Oleh sebab itu, Bu Kinasih mengambil gunting dan benang untuk memodifikasi kaos itu. Bu Kinasih memotong bagian samping dari bawah ketiak pinggang terbelah, kemudian memasang beberapa tali di bagian kanan dan kirinya, hinga kaos itu tampak seperti model celemek.

Setelah itu Bu Kinasih memakaikan kaos yang sudah di modifikasinya itu tanpa harus melepas ikatan tangan Putri, melainkan memasukkan baju kaos itu melalui kepala Putri, dan mengikatnya dengan tali yang dipasang di bagian pinggang tadi, atau melalui ikatan tali samping. Meskipun tanpa bra, lekukan buah dadanya yang kecil tetap tak terlihat jika Putri memakai kaos itu.

Yang terakhir, Bu Kinasih memakaikan kaos kaki pendek ke kedua kaki Putri agar kakinya merasa hangat.

Kini Putri sudah tampak berpenampilan seperti bayi sungguhan. Memakai kaos, dan hanya memakai popok tanpa celana, serta kepalanya yang botak.

Sambil tertawa terbahak-bahak, Bu Kinasih merasa puas dengan apa yang dilakukanya terhadap Putri, "HAHAHAHAHA...!!! HAHAHAHAHA...!!!"

Putri hanya tertunduk malu, dia benar-benar merasa dilecehkan dan kehilangan harga diri. Tangisannya sama sekali tak mengubah apapun. Bu Kinasih tetap dengan obsesinya yaitu menjadikan Putri sebagai bayi.

...****************...

Bu Kinasih merapikan barang-barangnya didalam kamar, bersama Putri yang sedang berbaring di kasur kapuk. Buah dada Bu Kinasih mulai terasa nyeri. Pertanda Asi didalam buah dadanya penuh dan harus dikeluarkan.

Biasanya sebelum ada Putri, Bu Kinasih tak pernah terlambat menyusui mayat bayinya yang dulu. Kini karena kesibukannya tadi, dia sampai lupa bahwa dirinya terlambat menyusui hingga buah dadanya nyeri.

Bu Kinasih mendekati menatap kearah Putri yang sedang berbaring. Dia pun tahu kalau Putri juga belum makan dari pagi tadi, dan sudah dipastikan jika Putri saat ini sedang merasa lapar.

Bu Kinasih membuka kaosnya, tubuhnya yang gemuk dan hitam semakin nampak, kedua buah dadanya yang hitam, besar dan kencang tertutupi oleh bra putih miliknya. Apalagi pada saat duduk lekukan perutnya yang terlipat-lipat semakin menunjukkan betapa gemuknya Bu Kinasih yang kemudian mendekati Putri yang berbaring dan tertunduk lesu karena lapar.

Bu Kinasih duduk disampingnya dan bersandar ditembok, lalu mengangkat tubuh kecil Putri ke pangkuannya. Setelah itu menyandarkan kepala gundul Putri ke buah dadanya yang besar, dan empuk yang tertutupi bra warna putih jumbo.

"Kamu lapar, nak?!" Naluri sifat keibuannya Bu Kinasih muncul kembali.

"Apalagi yang kamu lakukan terhadapku.??" Putri kembali mengeluarkan air mata.

"Mulai sekarang, aku adalah mamamu. Panggil aku mama!" Kata Bu Kinasih dengan lembut.

Putri hanya menggelengkan kepalanya pertanda dia menolak, dan masih mengeluarkan air mata.

Buah dada Bu Kinasih semakin nyeri, tanpa basa-basi lagi Bu Kinasih langsung mengeluarkan satu buah dadanya yang berada didepan wajah Putri.

"Minumlah, nak! Kamu pasti lapar!" Bu Kinasih langsung memasukkan putingg susunya yang hitam pekat kedalam mulut Putri dengan paksa.

Putri berusaha menutup mulutnya dengan erat, tetapi Bu Kinasih terus berusaha menekan buah dadanya untuk memasukkan putingg susunya ke dalam mulut Putri yang tertutup rapat karena menolak untuk disusui.

Putri berusaha memberontak, tetapi apalah daya, dia hanya bisa menutup mulutnya. Air susu Bu Kinasih mengalir deras tumpah membasahi wajah dan mata Putri karena tak berhasil masuk kedalam mulutnya Putri.

"AYO SAYANG..!! MINUM..!! MINUM SUSUNYA..!!" Bu Kinasih mulai geregetan karena Putri bersikeras tak mau membuka mulutnya. wajah, kaos dan lengan besar Bu Kinasih yang menggenggam kepala Putri basah karena Asi yang terus mengalir deras yang belum berhasil masuk ke dalam mulut Putri.

Bu Kinasih tak kehabisan akal, sambil menggenggam Kepala Putri, tangannya juga menekan hidung Putri hingga putri nyaris tak bisa bernafas dan mulutnya mulai terbuka.

"mmmMMMMMEEEAAAA..!!!" Mulut Putri akhirnya terbuka dan secara cepat Bu Kinasih langsung memasukkan putingg susunya yang elastis itu kedalam mulut Putri. Kini Putri tak bisa mengelak lagi, karena putingg susu buah dada Bu Kinasih yang berhasil masuk ke mulutnya, dan tak bisa dia keluarkan dari dalam mulutnya karena Bu Kinasih terus menekan buah dadanya ke dalam mulutnya, serta lengan besarnya Bu Kinasih mendorong erat kepala gundul Putri kearah buah dadanya.

Air susu segar dari buah dada Bu Kinasih mengalir deras membasahi dinding-dinding mulut Putri hingga masuk ke tenggorokan dan akhirnya tertelan. Perlahan demi perlahan air susu itu tertelan dan terus masuk ke dalam tubuh Putri yang terus berusaha mengelak sambil mengepakkan tubuhnya dan pada akhirnya kelelahan juga, dan lemah tak bisa berbuat apa-apa. Sementara Bu Kinasih terus memompa Asi dari buah dadanya kedalam mulutnya Putri dengan menggunakan tangannya.

Putri terus menelan Asi yang mengalir deras ke dalam mulutnya. Wajahnya menampakan ekspresi jijik kepada Asi Bu Kinasih dan ingin memuntahkannya, tetapi tak berhasil dan terus tertelan masuk kedalam tubuhnya. Kini Putri hanya terdiam, tubuhnya terkunci oleh tubuh Bu Kinasih sehingga dia tak bisa bergerak, dan tak bisa menahan air susu segar yang terus mengalir kedalam mulutnya, hingga air mata yang tak bisa membendung tangisannya.

...****************...

Malam hari pun tiba, suasana malam tampak dingin.Bu Kinasih yang memakai dress panjang selutut lengan pendek berada dipinggir sebuah semak belukar bersama sepeda motor milik Dinar yang pernah membonceng Putri. Tak ada seorang pun yang lewat, hanya suara jangkrik dan sesekali terdengar suara burung hantu. Tak lama kemudian, Osta si penadah barang curian datang membawa perlengkapan otomotif dengan berjalan kaki.

"Lama banget kamu..!!" Kata Bu Kinasih menggerutu.

"Gimana nggak lama?! Aku jalan kaki dari ujung sana ke ujung sini!" Jawab Osta dengan ekspresi kelelahan.

"Ya udah, nih langsung aja dikerjain sepeda motornya. Sebelum ada orang lain yang melihat." Kata Bu Kinasih.

Osta mulai mengerjakan sepeda motor itu. Dia membuka kotak perkakasnya, dan segera mengambil obeng untuk melepas plat nomor yang tertera di sepeda motor itu, kemudian menggantinya dengan plat nomor lain agar tidak ketahuan kalau itu adalah sepeda motor curian.

"Kamu dapat sepeda motor ini darimana sih? bodinya mulus bener?!" Tanya Osta sambil memasang plat nomor palsu ke sepeda motor itu.

"Nggak perlu tahu, yang penting aku sudah ngasih barang bagus buatmu." Jawab Bu Kinasih

"Nah, yang begini nih yang mantap! Nanti kalau ada barang bagus lagi kabari aku ya?!" Kata Osta.

"Yang penting harganya masih sesuai, pasti nanti aku kabari lagi." Jawab Bu Kinasih

"Mantap!! Gitu donk!" Osta langsung mengacungkan jempol.

Tak lama kemudian plat nomor palsu sudah selesai dipasang. Beberapa stiker unik yang dipasang di sepeda motor itu dilepas untuk menghilangkan tanda. Osta langsung memberikan uang dalam amplop cokelat kepada Bu Kinasih kemudian segera bergegas pergi membawa sepeda motor milik Dinar itu.

Kini Bu Kinasih sudah menghilangkan jejak korbannya. Bu Kinasih pulang berjalan kaki masuk kedalam semak-semak menuju pulang kerumah dengan perasaan yang sangat puas.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Dhiajeng_w

Dhiajeng_w

kok serem banget sihhh😶

2021-12-14

0

Leli Leli

Leli Leli

benar" gila.bu kita Kinasih,apa putri.akan selamat nantinya?

2021-11-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!