Penghuni Baru Di Dalam Gudang

Mulut Bu Rebecca sampai menganga sangking kagetnya melihat kegilaan yang dilakukan Bu Kinasih terhadap gadis yang diperlakukan bayi olehnya itu. Dokter Rebecca tampak miris melihat gadis yang disekap Bu Kinasih itu yang sedang menyusu kepada Bu Kinasih dan tampak seperti bayi besar.

Bu Kinasih menatap wajah Dokter Rebecca dengan tajam yang masih memperhatikan kondisi Mimi yang sedang lahap menyusu kepadanya itu.

Dokter Rebecca bangkit dari tempat duduknya untuk berpindah duduk di samping Bu Kinasih yang sedang menyusui Mimi agar bisa melihat Mimi yang sedang menyusu lebih dekat lagi.

Mimi yang sedang disusui melihat wajah Dokter Rebecca yang sedang memperhatikannya. Wajah Mimi yang pucat karena sakit mendadak sedikit memerah karena merasa malu diperhatikan Dokter Rebecca seperti itu. Mimi merasa sangat malu diperhatikan seperti itu karena dirinya telah kehilangan harga diri.

Meskipun begitu tatapan mata Mimi yang tampak terkulai juga membalas tatapan mata Dokter Rebecca, yang mengandung isyarat tolong lepaskan aku. Tatapan penuh penderitaan dan harapan untuk mendapatkan pertolongan.

"Sepertinya aku pernah melihat gadis ini." Kata Dokter Rebecca setelah melihat wajah Mimi dari sangat dekat.

"Benarkah? Dimana Bu Dokter pernah melihatnya?" Bu Kinasih bertanya kepada Dokter Rebecca.

"Entahlah.. Aku lupa." Jawab Dokter Rebecca yang tetap terfokus dengan tatapan mata dan ekspresi wajah Mimi yang penuh harap.

"Oh ya, aku ingat sekarang. Bukankah wajah gadis ini dulunya sering muncul di TV, tentang dua orang gadis yang hilang selama setahun dan hingga sekarang belum ditemukan?!" Dokter Rebecca akhirnya mengingatnya.

"Ternyata ingatan bu Dokter sangat tajam." Jawab Bu Kinasih yang tetap menyusui Mimi.

"Gimana bisa lupa?! Wajah gadis ini setiap hari muncul di setiap media dan berita tentang kehilangannya yang misterius dan tanpa jejak. Tapi pas setahun ini kasusnya sudah ditutup karena dianggap nggak ada perkembangan." Jawab Rebecca.

"Apa lagi yang kamu tahu tentang gadis ini, Bu Dokter?" Bu Kinasih bertanya lagi.

"Jujur aku sangat kaget banget. Memang dari awal saya sudah curiga kalau gadis ini hilang karena diculik. Tetapi aku nggak nyangka, aku kira penculiknya adalah penculik elit, tapi ternyata justru penculiknya hanyalah seorang cleaning servis. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, penculiknya itu bekerja ditempat kerjaku." Jawab Dokter Rebecca.

"Oh ya, bisakah kamu pangku bayiku sebentar?! Saya ingin membuatkan teh." Pinta Bu Kinasih kepada Dokter Rebecca.

Dengan ragu-ragu Dokter Rebecca mempersilahkannya, "Oh, sini bayimu biar aku yang jaga."

"Baiklah." Bu Kinasih mengangkat tubuh Mimi dan menyerahkannya kepada Dokter Rebecca. Kemudian Bu Kinasih pergi bangkit dari tempat duduknya menuju dapur untuk membuatkan teh.

Sedangkan Dokter Rebecca membaringkan tubuh Mimi pangkuannya, juga membaringkan kepala Mimi ke dadanya yang kebetulan juga sangat besar dan empuk untuk dijadikan bantal.

"Tubuhmu panas banget..! Kamu demam?!" Dokter Rebecca merasakan suhu tubuh Mimi yang sedang sakit dan berbaring lemah di pangkuannya.

Mimi hanya menganggukkan kepala dengan wajah pucat dan lemah, dengan tatapan mata yang sangat sayu.

"Kamu jangan takut, aku nggak akan menyakitimu." Kata Dokter Rebecca yang sangat iba melihat kondisi Mimi sekarang. Dokter Rebecca melihat mata Mimi yang terkulai, membuatnya merasakan bahwa gadis yang diberi nama Mimi ini sudah terlalu lama mengalami ketakutan, dan saat ini hidupnya dipenuhi dengan rasa trauma. Tatapan mata Mimi yang sayu juga menunjukkan bahwa hidupnya saat ini sangat tersiksa.

Dokter Rebecca yang sangat kasihan melihat kondisi Mimi, mendekap Mimi di pelukannya dengan erat.

Bu Kinasih datang dengan dua cangkir teh, untuk dirinya dan untuk tamunya yaitu Dokter Rebecca.

"Seingat saya gadis ini hilangnya berdua. Mana gadis yang satunya?" Tanya Dokter Rebecca yang sedang memangku Mimi.

"Nanti aku akan tunjukkan ada dimana dia sekarang." Bu Kinasih sengaja belum memberi tahukan kepada Dokter Rebecca, karena nggak ingin didengar oleh Mimi jika sahabatnya Mimi itu sudah tewas dan menjadi santapan makanan.

"Sini berikan bayiku! Aku mau netekin dia lagi. Soalnya tadi aku baru sebentar netekin dia, dia pasti masih haus." Bu Kinasih menjulurkan tangannya untuk meminta Dokter Rebecca memberikan Mimi kepadanya.

"Ini, ambilah." Dokter Rebecca menyerahkan tubuh Mimi ke pelukan Bu Kinasih.

"Ooww.. sayang..sayang.. masih haus ya sayang?" Bu Kinasih langsung mengeluarkan lagi buah dadanya dari dalam seragam yang belum terkancing, dan menyusui Mimi kembali.

Rebecca menyaksikan kembali Bu Kinasih menyusui Mimi. "Apa tujuan kamu menjadikannya seperti ini?"

"Obsesi, kesenangan, kepuasan, kebahagiaan, yang nggak bisa aku dapatkan dari bayi sungguhan." Jawab Bu Kinasih.

"Kepuasan apa maksudmu?" Dokter Rebecca bingung.

"Kepuasan yang tiada tara. Kau nggak akan mengerti, bu. Karena setiap orang punya cara sendiri untuk memuaskan dirinya masing-masing." Jawab Bu Kinasih.

"Melihatnya berada di pelukanku, aku gendong, melihat tangisannya, bahkan menyaksikannya menyusu langsung dari buah dadaku, seperti memiliki kebahagiaan tersendiri. Seperti inilah aku memuaskan hasratku dan membahagiakan jiwaku." Lanjut Bu Kinasih

"Kau memang gila." Cetus Dokter Rebecca.

"Ya, aku memang gila. Untuk itu aku mencari sesuatu yang lain dan berbeda pada umumnya. Bahkan sesuatu yang jarang sekali orang lain pikirkan. Demi sebuah kepuasan yang belum tentu dimiliki orang lain. Hal gila yang sangat menyenangkan." Kata Bu Kinasih.

"Apakah kau nanti akan menyuruhku untuk menjadi sepertimu? Menjadikan Adya yang kita sekap nanti malam disini, untuk menjadi bayiku juga?" Tanya Dokter Rebecca.

"Aku tak ada bilang begitu. Setiap orang punya cara sendiri untuk memuaskan dirinya. Aku hanya memberi wadah untuk menaruh korbannya ibu disini. Selanjutnya kamu sendiri yang tentukan, terserah mau ibu apakan korbannya nanti. Saya jamin hanya dengan beberapa kali melakukan sesuatu kepada korbannya ibu, maka ibu akan menemukan sendiri dimana letak kepuasan ibu terhadap korbannya ibu. Dan saya jamin ibu akan ketagihan melakukannya." Jawab Bu Kinasih yang masih menyusui Mimi.

"Darimana kau tahu kalau aku nanti bakal ketagihan dan mendapat kepuasan terhadap korbanku?" Tanya Dokter Rebecca.

"Setiap orang yang memiliki amarah dan dendam tersembunyi seperti ibu pasti ada sifat jahat yang terpendam. Sifat amarah itu yang melahirkan sifat jahat, ditambah lagi perasaan dendam yang membuat sifat jahat ibu semakin berkembang dan membesar." Jawab Bu Kinasih.

Dokter Rebecca hanya terdiam mencerna perkataan Bu Kinasih.

"Oleh sebab itu saya yakin, hanya dalam beberapa kali saja Bu Rebecca melampiaskan amarah dan dendam kepada korbannya ibu, saya jamin sifat jahat ibu akan mendominasi jiwa ibu nantinya." Lanjut Bu Kinasih.

Dokter Rebecca terdiam sejenak mencerna perkataan Bu Kinasih. Dia mendadak berfikir, apakah ini cara terbaik untuk membalas dendam atas kehancuran rumahtangganya akibat kehadiran Adya.

"Oh ya, kamu bilang mau memperlihatkan tempat untuk menyimpan Adya nanti malam. Bisa saya lihat sekarang?" Tanya Dokter Rebecca.

...****************...

Bu Kinasih yang sedang menggendong Mimi dengan menggunakan kain jarik, mengajak Dokter Rebecca melewati kebun belakang rumah menuju sebuah gudang yang pernah dijadikan tempat untuk menyekap Dinar.

Mimi yang sedang digendong menggunakan kain Jarik oleh Bu Kinasih melihat gudang itu. Seketika Mimi menjadi nggak sabar ingin melihat Dinar yang sedang disekap di gudang itu.

Bu Kinasih membuka gembok yang mengunci gudang tersebut.

"Silahkan masuk, Bu Dokter!" Bu Kinasih mempersilahkan Dokter Rebecca untuk masuk lebih dulu. Sedangkan jantung Mimi berdebar-debar karena penasaran ingin melihat seperti apa kondisi sahabatnya saat ini.

Suasana dalam gudang tampak kosong, tak ada benda apapun kecuali tiang yang pernah digunakan untuk mengikat tangan Dinar dengan rantai, tumpukan rumput yang sudah mengering yang pernah digunakan untuk makanan Dinar, dan wadah air hujan yang airnya sudah dipenuhi jentik-jentik nyamuk yang pernah digunakan untuk memberi minum Dinar.

Mimi melihat kanan dan ke kiri, tak ada satu pun wujud sahabatnya yang bernama Dinar itu terlihat. Mimi tampak kebingungan, dimana sekarang Dinar disekap oleh Bu Kinasih.

"Jadi ini tempat untuk menyimpan Adya nanti?" Tanya Rebecca sambil melihat-lihat suasana dalam gudang itu.

"Tentu saja, gimana menurut ibu? Menurut ibu layak?" Bu Kinasih bertanya kepada Dokter Rebecca.

Dokter Rebecca masih berkeliling gudang untuk memeriksa kondisi gudang itu.

Mimi yang penasaran dimana keberadaan sahabatnya itu langsung bertanya kepada Bu Kinasih, "Ma, Dinar dimana..?? Kok aku nggak........

"Ssssttt..! Diam sayang.! Sini kamu netekk aja, sayang..! Jangan mencampuri urusan orang tua..!" Bu Kinasih memotong pembicaraan Mimi dan langsung mengeluarkan buah dadanya untuk menyusui Mimi agar membungkam mulut Mimi.

Setelah Rebecca memeriksa kondisi gudang, dia kembali menghampiri Bu Kinasih lagi yang sedang menyusui Mimi sambil menggendongnya dibalik kain jarik.

"Tempat ini bagus, letaknya juga didalam hutan, dan nggak ada satupun rumah disekitar. Baiklah, malam ini kita akan bawa Adya kemari." Jawab Dokter Rebecca.

Bu Kinasih dan Dokter Rebecca akhirnya menyusun rencana untuk membawa Adya malam ini. Sedangkan Mimi yang mulutnya disumbat buah dada karena sedang disusui, nggak bisa lagi melihat kanan dan kekiri untuk mencari dimana Dinar diletakkan.

Setelah selesai mengatur rencana, Dokter Rebecca dan Bu Kinasih yang sedang menggendong Mimi dengan kain jarik menuju luar gudang dan menggemboknya kembali. Mimi pun dipersilahkan untuk melepas Asi Bu Kinasih dan berhenti menyusu karena sudah selesai memeriksa gudang.

Saat akan kembali menuju rumah Bu Kinasih, Dokter Rebecca melihat ada tiga batu berjejer yang bentuknya menyerupai sebuah makam.

"Apakah itu adalah makam?" Tanya Dokter Rebecca.

"Ya bu, tiga-tiganya adalah kuburan." Jawab Kinasih. Mimi pun melihat tiga kuburan itu, tapi Mimi nggak berani bertanya atau berkomentar karena khawatir nanti mulutnya akan dibungkam lagi dengan air susu Bu Kinasih.

"Kuburan siapa aja itu?" Dokter Rebecca bertanya kembali.

"Yang disebelah kanan itu adalah makam suami saya, yang ditengah itu adalah makam Manika, dan yang terakhir disebelah kiri itu adalah penghuni terakhir di gudang ini." Jawab Bu Kinasih.

Mendengar kata penghuni terakhir di gudang ini, Mimi langsung terkejut, "Maksudnya penghuni terakhir gedung ini .??? Siapa ma?"

Mimi langsung bertanya kepada Bu Kinasih.

"Kamu diam atau mama netekin kamu lagi, nih!" Ancam Bu Kinasih agar Mimi dia tak bertanya apapun.

"Nggak ma..! Aku mohon aku cuma pengen tahu, siapa penghuni terakhir di gudang ini, yang sekarang berada di kuburan itu..? Tolong jawab, ma..!!" Mimi yang digendong didalam kain jarik mendesak Bu Kinasih untuk menjawabnya.

Bu Kinasih malah tersenyum melihat wajah penasaran Mimi.

"Jawab, ma..!! Siapa orang yang mama maksud? Apakah itu Dinar? Sebab dari tadi aku nggak melihat Dinar!" Mimi terus mendesak Bu Kinasih.

"Hahahhaa..." Bu Kinasih malah menertawakan Mimi yang semakin panik dan penasaran.

"Jawab, Ma...!! Aku mohon ma..!! Apakah itu makam Dinar?!" Mimi terus mendesak Bu Kinasih untuk menjawabnya

"Ya, benar! Sahabatmu itu sudah tewas mama bunuh." Jawab Bu Kinasih dengan santai seperti tak merasa bersalah.

Mimi sangat terkejut dan syok mendengar sahabatnya akhirnya sudah tewas. "Jadi benar itu kuburan Dinar?" Mimi mulai menitihkan air mata.

"Apakah Mama harus gali dulu kuburan itu supaya bisa lihat kerangkanya biar kamu percaya?" Kata Bu Kinasih

"HUAAAA....!!" tangisan Mimi akhirnya pecah. Dia yang sedang digendong menggunakan kain jarik, meronta-ronta dibalik kain jarik yang mengangkat tubuhnya itu.

"DINAAAR....!!" Tangisan Mimi mengarah ke makam Dinar.

"Ooww, sayang, sayang..!!" Bu Kinasih langsung kembali menyusui Mimi lagi untuk membungkam tangisan Mimi.

Isak tangis Mimi yang sedang disusui Bu Kinasih tetap terdengar, meskipun mulutnya disumbat dengan buah dada. Air matanya mengalir deras membasahi pipi hingga buah dada Bu Kinasih.

"Ayo Bu Dokter kita kembali kerumah." Ajak Bu Kinasih kepada Dokter Rebecca.

Mereka akhirnya kembali kerumah sambil membawa Mimi yang disusui sambil digendong menggunakan kain jarik yang masih menangis terisak-isak.

...****************...

Mimi yang masih menangis di masukkan kedalam kamar, kemudian dikunci dari luar oleh Bu Kinasih dan membiarkan Mimi sendirian menangis sedih didalam kamar. Sedangkan Bu Kinasih dan Dokter Rebecca mengobrol santai duduk di sofa ruang tamu.

Mimi Kembali meratapi sahabat yang baru diketahuinya bahwa telah tewas. Air matanya penuh kepedihan dan penderitanya. Dadanya sesak karena isakan-isakan tangisnya yang begitu kencang.

Sementara itu diruang tamu Dokter Rebecca bersama Bu Kinasih mengobrol santai diruang tamu sambil menikmati secangkir teh, tanpa mempedulikan Mimi didalam kamar yang sedang menangis.

"Oh ya, Tadi kamu bilang makam yang ditengah itu siapa namanya?" Rebecca bertanya sambil menikmati tehnya.

"Manika." Jawab Bu Kinasih yang juga sedang menikmati tehnya.

"Siapa itu Manika?" Tanya Dokter Rebecca.

"Dia kekasihku, dia juga cinta pertamaku." Jawab Bu Kinasih.

"Kekasih? Oh, berarti Manika itu nama pria.?" Dokter Rebecca sempat bingung.

"Bukan, dia juga seorang wanita. Wanita yang sangat aku cintai, dan sangat aku sayangi." Jawab Bu Kinasih dengan santai.

"Maksudnya..??" Dokter Rebecca terkejut. "Jadi kalian adalah......... sepasang lesbian?!"

"Bisa dikatakan seperti itu." Jawab Bu Kinasih.

Dokter Rebecca kembali terkejut dengan jawaban Bu Kinasih. "Sepertinya kamu jauh lebih gila yang aku bayangkan. Aku jadi berfikir, mungkin masih banyak lagi sifat gilamu yang belum aku ketahui."

"Memang benar, tapi seiring berjalannya waktu Bu Dokter akan mengetahui sendiri kok kegilaanku sedikit demi sedikit." Jawab Bu Kinasih.

"Kamu benar-benar sakit!" Cetus Dokter Rebecca kepada Bu Kinasih. Sedangkan Bu Kinasih tetap santai sambil menikmati tehnya.

"Aku jadi penasaran seperti apa Manika itu. Jika dibandingkan makam yang lain, entah kenapa saya lebih penasaran dengan makam manika." Lanjut Dokter Rebecca.

"........... Yang jelas, dia adalah wanita cantik yang bisa menerima aku apa adanya. Dia adalah wanita yang sangat manja kepadaku. Aku dan dia sama-sama saling membutuhkan. Aku membutuhkannya untuk melampiaskan nafsuku, sedangkan dia membutuhkanku untuk melampiaskan sifat manjanya." Curhat Bu Kinasih.

"Aku masih belum mengerti dengan jalan ceritamu." Jawab Dokter Rebecca.

...****************...

Malam menunjukkan jam 00.30, Dokter Rebecca yang menggunakan sepeda motor sportnya membonceng Bu Kinasih yang duduk dibelakangnya, menunggu kedua anak buahnya yang sedang dalam perjalanan membawa Adya yang diculiknya.

Tak lama kemudian datang sebuah mobil yang sudah pasti didalamnya ada dua Pria yang membawa gadis bernama Adya itu. Kedua Pria itu langsung turun dari mobil dan langsung menghampiri Dokter Rebecca dan Bu Kinasih yang sedang menunggunya.

"Maaf bu, kami agak telat." Kata salah satu anak buah Dokter Rebecca itu.

"Sudah, kita nggak ada waktu untuk membahas hal itu..!! Cepat bawa kesini gadis itu sebelum ada orang lain melihat kita." Jawab Dokter Rebecca.

Kedua pria itu membuka bagasi dibelakang mobilnya, dan mengeluarkan sosok yang dibungkus didalam sebuah karung tebal bewarna coklat, yang sudah pasti isinya adalah gadis bernama Adya itu.

Kedua pria itu mengangkat karung berisi gadis itu, dan memberikannya kepada Bu Kinasih yang sedang duduk di atas motor dan dibonceng dibelakang oleh Dokter Rebecca. Bu Kinasih yang duduk dibelakang memangku gadis didalam karung itu dan memeluknya dengan erat

"Terima kasih atas kerjasama kalian. Honor kalian sudah saya transfer sekitar lima menit yang lalu. Bisa langsung cek di rekening kalian." Kata Dokter Rebecca kepada kedua anak buahnya itu.

"Terima kasih bu. Lain kali kalau ibu butuh kami lagi, kami siap membantu, Bu." Jawab salah satu pria itu yang kegirangan karena ditransferkan uang yang cukup banyak.

"Baiklah." Jawab Dokter Rebecca.

"Ayo Bu Dokter, kita nggak bisa lama-lama disini. Keburu ada orang yang melihat kita." Kata Bu Kinasih yang sedang memeluk erat gadis didalam karung itu dipangkuannya.

Dokter Rebecca langsung menyalakan sepeda motornya, dan bergegas pergi meninggalkan kedua anak buahnya itu.

Dokter Rebecca membawa sepeda motor sportnya dengan sangat kencang, sedangkan Bu Kinasih tetap dengan erat duduk dibelakang sambil memeluk sambil memangku tubuh gadis didalam karung itu di posisi tengah dan menahannya agar tidak terjatuh dari atas sepeda motor yang sedang melaju kencang itu.

Jalan masuk hutan menuju rumah Bu Kinasih mulai terlihat, akhirnya mereka memasuki jalan kecil tersebut.

Setelah memasuki jalan kecil itu dengan menggunakan sepeda motor, Bu Kinasih dan Dokter Rebecca sudah merasa lega. Karena sudah merasa aman dari orang lain, sebab jalan kecil itu memang tak pernah dilintasi orang lain selain mereka.

...****************...

Gadis yang bernama Adya itu telah dikeluarkan dari dalam karung. tampak seluruh tubuh Adya diikat dengan rantai dengan sangat kuat. Ketika Dokter Rebecca membuka mata dan mulutnya dari lakban. Adya menoleh ke kanan dan kekiri. Semuanya tampak gelap tak ada cahaya sedikitpun.

"Dimana aku ini?" Tanya Adya dengan perasaan takut. Karena suasana sangat gelap, hanya sebuah lampu senter yang dipegang Bu Kinasih yang sedikit memberikan cahaya dalam gudang itu.

"Mulai hari ini kamu tinggal disini." Kata Dokter Rebecca kepada Adya.

"Maksudnya aku sendirian disini.?!" Adya mulai panik karena gelapnya malam dan gudang itu.

"Ya, tapi nggak usah khawatir, aku akan sering mengunjungimu. Semoga kamu betah tinggal disini." Jawab Dokter Rebecca.

"Oh ya, ini buat bekal kamu selama tinggal disni." Bu Kinasih memberikan tumpukan-tumpukan rumput kering dan wadah berisi air hujan yang sudah di huni oleh banyak jentik-jentik nyamuk.

"Ja..jangan tinggalkan aku sendirian disini .!! Aku mohon..!! Disini gelap!" Adya mulai menangis ketakutan.

Dokter Rebecca dan Bu Kinasih akhirnya pergi meninggalkan Adya sendirian dalam gelap didalam gudang tanpa cahaya sedikitpun.

"TOLOONGG..!! JANGAN TINGGALKAN AKU..!! MAAFKAN AKU..!! TOLONGG.. JANGAN...!!" Adya menangis ketakutan karena sendirian didalam kegelapan. Tetapi Bu Kinasih dan Rebecca tak menghiraukannya. Dan menggembok pintu gudang itu, kemudian pergi dengan santai.

"TOLOOONGG..!! JANGAN TINGGALKAN AKU..!! TOLOONGG..!! TOLOONGG....!!!" Adya merengek dan menangis ketakutan karena ditinggal sendirian dalam gelap dalam kondisi terikat di seluruh tubuhnya.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

kamu akan mendapat masalah Rebecca

2021-12-24

1

Palgunadi Rata

Palgunadi Rata

Gila y kduanya

2021-12-23

1

Afdy

Afdy

mksi thor ,,tetap semangat ,cerita makin mantaf selalu bikin penasaran ,

2021-12-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!