Kawan Lama

"Mama pergi cari uang dulu ya sayang! Jangan nakal dirumah!" Bu Kinasih mencium kening Mimi yang tengah tertidur pulas, kemudian pergi mengunci pintu kamar dan membiarkan Mimi berada dikamar tidur sendirian. Bu Kinasih akhirnya pergi membawa barang dagangannya untuk dijual ke desa langganannya.

...****************...

Barang dagangan berupa sayuran milik Bu Kinasih akhirnya habis terjual, sedangkan waktu masih menunjukkan pukul 10.00. Bu Kinasih kembali beristirahat dan nongkrong di warung makan langganannya sambil memesan teh panas kepada Bu Alma, si pemilik warung makan.

Bu Kinasih menonton berita kembali di TV yang terpajang di dinding warung itu. Tampak berita dua gadis cantik hilang masih menjadi trending topik. Sebab gadis yang hilang adalah salah satu anak dari keluarga konglomerat. Dan yang pasti sebenarnya berita itu menjelaskan hilangnya Dinar dan Putri

"Kasihan, sampai sekarang belum ada satupun petunjuk yang didapat dari kepolisian." Kata Bu Alma kepada Bu Kinasih

"Sepertinya ini bakal sulit untuk ditemukan." Kata Bu Kinasih.

"Menurut Bu Kinasih, dua gadis ini diculik atau memang minggat dari rumah ya?" Tanya Bu Alma.

"Kalau nggak ada tanda-tanda penculikan, kemungkinan dia memang pergi karena keinginan sendiri." Jawab Bu Kinasih sambil menikmati tehnya.

Saat menonton TV, tiba-tiba ada salah satu pelanggan yang sedang nongkrong di warung makan itu juga menyapa Bu Kinasih.

"Bu Kinasih? Ini Bu Kinasih kan?!" Tampak wanita berbodi langsing berusia sekitar 25 tahun, berkulit sawo matang berambut sebahu dan memakai seragam cleaning servis warna biru itu menyapa Bu Kinasih.

"Faida? Kamu Faida ya?" Bu Kinasih menjawab sapaan wanita itu yang ternyata namanya adalah Faida dengan ramah.

"Ya bu, Alhamdulillah ibu masih ingat. Senangnya bisa ketemu ibu lagi." Faida langsung beranjak dari bangkunya dan langsung memeluk Bu Kinasih dengan kegirangan tanda lama tak berjumpa.

"Ya, sudah lama sekali kita tidak bertemu." Kata Bu Kinasih.

Faida langsung duduk di samping Bu Kinasih, "Sejak ibu berhenti kerja, aku nggak punya sahabat akrab lagi. Pengen kerumah ibu, tetapi Bu Kinasih nggak pernah ngasih tahu alamat ibu." Kata Faida, dan ternyata Faida adalah teman kerjanya Bu Kinasih waktu masih menjadi cleaning servis di Rumah Sakit anak.

"Ya, tak terasa sudah hampir dua tahun." Kata Bu Kinasih sambil tersenyum.

"Oh ya, bagaimana si bayi? Sudah bisa apa sekarang? Pasti sudah bisa jalan, kan?!" Tanya Faida

"Lho, kamu tahu darimana kalau saya punya bayi?" Bu Kinasih terkejut dengan apa yang dikatakan Faida.

"Khan, waktu itu Bu Kinasih berhenti kerja karena sedang hamil muda. Makanya disuruh suami ibu berhenti, kan?!" Jawab Faida, yang ternyata bayi yang dimaksud adalah bayi sungguhan atau bayi kandung Bu Kinasih yang sudah lama meninggal. Atau bisa dikatakan bayi Mimi yang asli.

"Oh, Alhamdulillah sehat.. Bahkan sekarang dia sudah cukup besar." Jawab Bu Kinasih. Padahal yang dimaksudnya adalah Putri yang saat ini dijadikan bayi.

"Alhamdulillah.. Semoga sehat terus ya anak ibu dan makin pintar." Doa Faida yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya bayi sekarang yang dimaksud adalah seorang gadis 19 tahun yang dipaksa menjadi bayi.

"Amin.." Jawab Bu Kinasih

"Lalu sedang apa ibu disini?" Tanya Faida

"Aku baru aja berjualan sayuran. Sejak suamiku meninggal, ini aja sekarang sumber penghasilanku. Kalau nggak begini, aku dan anakku nggak bisa makan." Jawab Bu Kinasih

"Oh, suami ibu meninggal? Innalilahi wa innailaihi Raji'un.. Saya turut berdukacita bu." Jawab Faida dengan sikap berduka.

"Kamu sendiri, ngapain disini?" Bu Kinasih bertanya balik.

"Aku baru saja mampir dari rumah tanteku buat mengembalikan barangnya. Itu rumahnya yang paling ujung warna ungu." Jawab Faida sambil menunjuk kearah rumah tantenya itu.

"Oh begitu. Terus gimana hubunganmu dengan Rawi? Bukankah dulu kalian mau menikah?" Tanya Bu Kinasih

"Nggak jadi bu. Kami sudah putus." Jawab Faida

"Lho, kenapa putus? Bukankah kalian dulu mesra banget?" Bu Kinasih bertanya balik

"Dia hanyalah pria penipu. Selama ini dia mengaku setia sama aku. Nyatanya aku melabrak dia sedang berduaan sama cewek lain di kostnya." Jawab Faida dengan nada kesal.

"Tabahkan hatimu, pasti kamu nanti dapat yang lebih baik. Jodoh nggak akan kemana." Bu Kinasih menasehati Faida.

"Amin bu.. Tapi ternyata aku justru senang sekarang." Kata Faida dengan agak girang.

"Kenapa? Sudah dapat cowok baru yang lebih ganteng?" Tanya Bu Kinasih.

"Bukan, sebulan yang lalu aku mendapat kabar kalau dia sama cewek barunya itu di grebek Polisi di kostnya gara-gara pemakaian narkoba. Sekarang dia dan cewek sialannya itu sudah dipenjara." Jawab Faida dengan sangat kegirangan.

"Oh begitu, jadi setidaknya kamu merasa lega sekarang." Kata Bu Kinasih.

"Ya bu. Biar mereka tahu rasa, bagaimana rasanya dipenjara!" Kata Faida dengan penuh semangat.

"Oh ya, aku harus pulang dulu, nih! Soalnya hari hampir siang. Keburu anakku bangun nanti." Bu Kinasih langsung berdiri.

"Lho, anaknya ibu kok dibiarkan sendirian dirumah?" Tanya Faida

"Oh tidak, ada tantenya yang merawatnya." Jawab Bu Kinasih berbohong kepada Faida.

"Oh, begitu. Oh ya, aku boleh mampir ke rumah Bu Kinasih nggak? Penasaran pengen lihat anak ibu." Pinta Faida

"Hmmm.. Jangan dulu. Soalnya dirumah lagi nggak ada apa-apa." Jawab Bu Kinasih.

"Ya ampun, nggak masalah bu.. Kan saya cuma mau mampir silaturahmi, sambil pengen mainan sama si kecil.." Pinta Faida lagi.

"Hmmm.. Nanti dulu aja deh. Lain kali aja kalau ada waktu lain ya!" Jawab Bu Kinasih sambil tersenyum.

"Ya deh! Oh ya, kebetulan ibu ini, kan belum bekerja. Gimana kalau ibu kembali bekerja sama-sama aku aja. Di rumah sakit anak itu bu. Tempat kerja ibu yang dulu juga." Ajak Faida

"Memangnya ada lowongan disitu buat aku?" Tanya Bu Kinasih.

"Tentu bu, kebetulan ada cleaning servis yang baru berhenti kerja kemarin. Mending ibu buat aja lamarannya lagi. Besok pagi ibu datang bawa aja surat lamarannya. Apalagi khan ibu mantan cleaning servis disana. Pasti mudahlah kalau mau masuk kerja lagi." Kata Faida.

"Hmmmm... Kalau begitu biar aku pikirkan dulu ya.. Kalau saya berminat, besok saya akan datang langsung kesana." Jawab Bu Kinasih.

"Oke bu, saya tunggu besok pagi ya bu! Moga aja ibu masih mau satu kerjaan sama aku.. Heheheh..!!" Kata Faida

"Baiklah.. aku duluan ya. Maaf buru-buru.. Takut anakku bangun." Kata Bu Kinasih sambil mengeluarkan uang untuk membayar teh hangat pesanannya tadi ke Bu Alma si pemilik warung.

"Opps, Kali ini biar aku aja yang traktir deh!" Kata Faida yang menahan Bu Kinasih untuk membayar.

"Oh, terimakasih ya Faida.." Kata Bu Kinasih sambil tersenyum.

Bu Kinasih mendekati sepeda motor bututnya, kemudian Faida mendekatinya lagi.

"Bu..!! Tunggu..!!" Kata Faida yang menghampiri Bu Kinasih

"Ada apa?" Tanya Bu Kinasih.

"Saya bisa minta nomor kontaknya ibu? Jadi enak nanti kalau mau berkomunikasi lewat telepon." Kata Faida

"Aku nggak punya HP, apalagi telepon rumah." Jawab Bu Kinasih

"Oh, ya udah deh.. Besok jangan lupa ya bu, bawa surat lamarannya. Besok aku tunggu!" Kata Faida

"Biar aku pikir-pikir dulu aja.. Pokoknya kalau aku berminat, besok pagi aku pasti datang." Jawab Bu Kinasih

"Hmm.... baiklah bu." Jawab Faida

...****************...

Menjelang tengah hari dengan cuaca yang cukup panas, Mimi sendirian didalam kamar dan terbaring di atas kasur kapuk yang terbentang dilantai. Hingga saat ini, tangan kakinya masih diikat dengan rantai.

Mimi tampak jenuh karena tak bisa kemana-mana. Mimi mengalami rasa suntuk, ingin keluar rumah, berjalan-jalan ketempat yang dia sukai, berbelanja, atau apapun untuk menghilangkan kejenuhannya.

Tapi itu tak mungkin karena Bu Kinasih tak mungkin melepaskannya. Tempat terdekat saat ini yang menurutnya bagus dan masih bisa dijangkau adalah teras belakang rumah yang menghadap ke kebun sayuran. Hanya itu yang menurutnya agak mending untuk menghilangkan jenuh selama disekap dirumah ini.

Karena tempat itu memperlihatkan kebun sayuran kecil dengan udara yang sepoi-sepoi, ditambah lagi cukup banyak burung-burung kecil yang sering melintas disitu sehingga sering terdengar suara burung bersahutan.

Mendadak perut Mimi kembali Mules. Mimi menahan rasa mules diperutnya karena menahan ingin buang air besar. Tapi karena dia mengetahui bahwa Bu Kinasih pasti akan membiarkannya buang air besar di popok, terpaksa Mimi buang air besar dan pipis di popoknya. Wajah Mimi memerah karena tak kuasa menahan perut mulesnya yang membuatnya terpaksa harus buang air besar dan pipis di popoknya lagi, sehingga dalam kamar itu mulai tercium bau kotoran tinja yang cukup menyengat.

Tak lama kemudian terdengar suara sepeda motor dari luar rumah, menandakan bahwa Bu Kinasih telah datang. Bu Kinasih segera bergegas menuju kamar dan membuka pintu kamarnya.

"Hallo, bayi mama sayang!" Bu Kinasih menyapa Mimi.

Bu Kinasih mencium bau kotoran tinja yang membuatnya langsung mendekati Mimi dan segera memeriksa popok Mimi.

"Oh, ternyata Mimi berak ya?!" Kata Bu Kinasih sambil mengintip isi popok yang Mimi pakai yang ternyata sudah dipenuhi kotoran tinja.

Bu Kinasih menggendong Mimi untuk membawanya ke toilet. Di sana popok Mimi yang berisi kotoran tinja dilepas, kemudian menceboki bagian saluran buang air besar Mimi serta membersihkan sisa-sisa tinja yang menempel disela-sela bagian sensitifnya. Setelah itu Bu Kinasih menggendong Mimi kembali kedalam kamar untuk memakaikannya popok yang baru.

Mimi kembali diletakkan di atas kasur kapuknya oleh Bu Kinasih, lalu seperti biasa mengoleskan bedak bayi kebagian sensitifnya setelah itu memakaikan popok perekat yang baru kepada Mimi.

"Ma, aku suntuk disini. Bisakah mama membawaku ke teras belakang? Aku ingin melihat kebun sayuran." Pinta Mimi kepada Bu Kinasih.

"Tentu bisa, sayang! Kita sambil makan siang di sana ya!" Jawab Bu Kinasih, yang langsung menggendong Mimi ke tempat yang Mimi inginkan yaitu nongkrong di teras belakang rumah.

Di teras belakang rumah tepat menghadap kebun kecil Bu Kinasih. Cuacanya panas tapi anginnya sepoi-sepoi, kicauan burung pun turut mendamaikan suasana itu.

Bu Kinasih makan siang dengan nasi, terong, dan sayur bening di teras. Setelah makan siang, Bu Kinasih memerah Asinya kedalam botol perah Asi, kemudian setelah cukup Asi didalam botol itu dituangkan kedalam piring kecil khusus makanan bayi yang sudah berisi serbuk bubur bayi, setelah itu mengaduknya sehingga tercampur membuat bubur menjadi mengental dan siap diberikan kepada Mimi.

Bu Kinasih menyuapi mulut Mimi dengan bubur bayi bercampur Asi itu. Meskipun Mimi merasa jijik, Mimi harus memakan Bubur bayi itu agar tidak disakiti lagi oleh Bu Kinasih.

"Tadi mama bertemu dengan kawan lama mama. Dia sahabat dekat mama. Usianya sekitar 25 tahunan gitu." Kata Bu Kinasih sambil menyuapi mulut Mimi.

"Memangnya kenapa? Apakah mama akan membawanya kesini juga untuk menemaniku disini? Kemudian mama netekin dia juga bersamaku?" Tanya Mimi dengan nada sedikit mengejek.

"Sekali lagi kami ngomong seperti itu, mama nggak segan-segan langsung merontokkan gigimu!" Jawab Bu Kinasih dengan kesal. Mimi kemudian terdiam, setelah itu Bu Kinasih menyuapi mulut Mimi dengan bubur bayinya lagi.

"Nama sahabat lama mama itu adalah Faida. Tadi kami sempat ngobrol lama disebuah warung makan langganan Mama. Dia mengajakku untuk kembali bekerja di rumah sakit anak." Curhat Bu Kinasih

Mendengar hal itu Mimi berkata dalam hati, "Bagus nih jika Bu Kinasih bekerja kembali di rumah sakit anak. Disitu pasti banyak anak kecil yang sering dilihat oleh Bu Kinasih. Siapa tahu karena sering melihat anak kecil disana, dia bisa move-on dan akhirnya mencari anak sungguhan untuk diadopsi. Jika itu terjadi, pasti ada harapan untuk Bu Kinasih membebaskanku."

"Wah, bagus itu ma! Dengan begitu mama memiliki penghasilan tetap. Terima aja ma!" Bujuk Mimi kepada Bu Kinasih.

"Mama juga masih bingung, nak! Kalau mama bekerja di sana, mama pasti pulang sore setiap hari, paling cepat sekitar jam 5 sore dari sana. Siapa nanti yang akan memberikan makan siangmu? Dan pasti buah dada mama ini nantinya akan nyeri karena terlambat netekin kamu." Kata Bu Kinasih.

"Mama nggak usah khawatir, mama siapkan aja makan siang untukku dikamar. Kalau aku lapar pasti aku makan kok, ma. Terus kalau soal nanti buah ada mama bakal nyeri, bukankah mama punya alat perah Asi. Perah aja Asi mama kedalam botol perah Asi itu untuk mengurangi nyeri di dada mama nantinya karena terlambat netekin aku." Jawab Mimi yang berharap Bu Kinasih mau bekerja kembali di Rumah Sakit anak tersebut.

"Hmmm.. Begitu ya! Berarti menurut Mimi, Mama harus kembali bekerja disitu?" Tanya Bu Kinasih.

"Ya, ma! Itu kesempatan bagus agar Mama punya penghasilan tetap. Sayang banget kalau dilewatkan looh, ma!" Mimi berusaha membujuk Bu Kinasih agar mau kembali bekerja di Rumah Sakit itu.

Bu Kinasih kembali menyuapi makanan ke dalam mulut Mimi, dan Mimi pun memakannya.

"Hmmmm.. Baiklah, mungkin nanti malam mama akan menyiapkan berkas-berkas mama untuk besok." Kata Bu Kinasih.

Suap demi suap akhirnya makanan bayi bercampur Asi itu telah dihabiskan oleh Mimi. Bu Kinasih lalu menarik tubuh Mimi ke pangkuannya dan menyadarkan kepala Mimi ke Buah dadanya. Kemudian Bu Kinasih duduk bersandar di salah satu tiang kayu yang menjadi pilar rumahnya dan segera membuka kancing bajunya untuk mengeluarkan buah dadanya yang sangat besar dari dalam bra hitam jumbonya untuk segera menyusui Mimi.

Mimi yang berbaring dipangkuan Bu Kinasih, kembali disusui oleh Bu Kinasih. Mimi masih tampak merasa jijik jika meminum Asi yang keluar dari buah dada Bu Kinasih. Tapi karena perasaan takut terhadap Bu Kinasih, Mimi tetap berusaha menelan air susu segar itu langsung dari buah dada bu Kinasih yang besar dan empuk.

Angin sepoi-sepoi dan suara kicauan burung, membuat Mimi yang disusui oleh Bu Kinasih cukup lama, membuat Mimi memejamkan mata dan akhirnya tertidur. Bu Kinasih yang masih menyusui Mimi di dekapannya tampak tersenyum melihat wajah polos Mimi yang tertidur sambil minum Asi yang keluar dari buah dadanya langsung mengalir kedalam mulut Mimi.

"Hemm.. hmmhhmmm..hmhmm.." Bu Kinasih mengalunkan nada lagu tidur sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya untuk menimang-nimang Mimi yang masih menyusu di dadanya, agar Mimi semakin nyenyak tertidur. Mimi tampak seperti bayi sungguhan yang berukuran besar.

...****************...

Hari menjelang sore sekitar jam 15.40. Bu Kinasih mengumpulkan berkas-berkas untuk mengajukan lamaran pekerjaan besok. Sedangkan Mimi yang baru saja terbangun dari tidurnya menyaksikan apa yang dikerjakan oleh Bu Kinasih.

Setelah berkas sudah dikumpulkan untuk dibawa besok, Bu Kinasih mengeluarkan kertas Folio dan Pulpen, lalu mengambil surat lamaran pekerjaan yang sudah lama untuk dijadikannya contoh dalam menulis lamaran pekerjaan itu.

Bu Kinasih menulis surat lamaran dengan kata-kata dan susunan yang serupa dengan surat lamaran lama yang di contohkan itu. Tentu menulis dengan tulisan tangan, karena Bu Kinasih tak bisa menggunakan komputer. Bu Kinasih menulis dilantai sambil disaksikan oleh Mimi.

Mimi menyaksikan Bu Kinasih menulis surat lamarannya. Tulisannya sangat buruk sekali, mirip seperti anak SD yang baru belajar menulis dan tampak berantakan. Tapi Mimi hanya diam menyaksikannya dan tak ingin mengganggunya.

"Semoga saja Bu Kinasih bisa diterima di Rumah sakit anak itu, dengan harapan jika sering melihat anak-anak kecil di sana bisa segera move-on dari kematian bayinya itu, dan bisa dengan ikhlas segera membebaskan aku dari sini." Harapan Mimi dalam hati.

Bu Kinasih menulis dengan sangat pelan, bertujuan untuk menghindari coretan. Agar suratnya menjadi lebih rapi meskipun tulisannya jelek.

Lebih dari setengah jam akhirnya Bu Kinasih selesai menulis surat lamarannya. Kemudian memasukkan surat itu kedalam amplop coklat besar bersama ijazah SMP dan surat pengalaman kerja cleaning servis, dan lain-lain untuk ditampilkan.

"Saya berharap mama segera diterima bekerja di Rumah Sakit anak itu. Agar kehidupan kita disini menjadi lebih baik." Bujuk Mimi kepada Bu Kinasih.

"Amin.. Terima kasih, nak! Mama janji, gaji pertama mama akan membelikanmu sebuah boneka yang bagus buatmu." Jawab Bu Kinasih

...****************...

Malam pun tiba, Suasana kembali mencekam karena rumah kumuh tempat Bu Kinasih dan Mimi tinggal, hanya ditemani hutan berupa pepohonan yang rindang. Beberapa kali suara nyanyian burung hantu terdengar. Tampak gelap gulita kecuali hanya rumah Bu Kinasih dengan cahaya remangnya karena hanya mengandalkan cahaya lampu semprong jadul.

Bu Kinasih yang tubuhnya hanya ditutupi sarung yang panjangnya selutut, tampak baru saja memasukkan buah dadanya kedalam sarung dan merapikan sarungnya, karena baru saja menyusui Mimi yang seperti biasa hanya menggunakan kaos putih lengan pendek dan popok, dengan rantai yang mengikat tangan dan kakinya.

Seperti biasa Bu Kinasih berbaring di atas kasur kapuk dan Mimi dibaringkan di dekapannya sebelum tidur, dengan kepala Mimi yang dibaringkan di buah dada Bu Kinasih yang besar dan hitam yang hanya tertutupi sarung. Bu Kinasih kembali menceritakan sebuah dongeng kepada Mimi sebelum tidur.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Leli Leli

Leli Leli

mampir lg ne Thor owh ternyata anak Bu kinarsih meninggal.dan suaminya jg jd depresi Bu kinarsih

2021-12-24

1

Palgunadi Rata

Palgunadi Rata

Lama lama gila bneran si putri

2021-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!