Hidup Dalam Rumah Kumuh

Tak lama kemudian plat nomor palsu sudah selesai dipasang. Beberapa stiker unik yang dipasang di sepeda motor itu dilepas untuk menghilangkan tanda. Osta langsung memberikan uang dalam amplop cokelat kepada Bu Kinasih kemudian segera bergegas pergi membawa sepeda motor milik Dinar itu. Kini Bu Kinasih sudah menghilangkan jejak korbannya. Bu Kinasih pulang berjalan kaki masuk kedalam semak-semak menuju pulang kerumah dengan perasaan yang sangat puas.

...****************...

Waktu menunjukkan jam 19.30, Putri duduk bersandar ditembok di atas kasur kapuk yang terbentang dilantai. kedua tangannya diikat kebelakang punggungnya dengan menggunakan rantai. kedua kakinya pun diikat dengan rantai. Kepalanya yang botak kehilangan rambut indahnya, masih menggunakan kaos pink dan memakai popok. Putri hanya melamun sendiri. Suasana kamar bahkan seluruh isi rumah itu hanya mendapat sedikit cahaya remang-remang, karena hanya mengandalkan lampu semprong jadul, dan tak ada listrik sedikitpun.

Bu Kinasih membuka pintu kamar, menuju lemari kaca yang buram. Dia menaruh amplop coklat yang berisi uang yang cukup banyak dan dimasukkan kedalam sebuah laci kamar. Uang yang cukup banyak tadi sudah dipastikan adalah uang hasil penjualan sepeda motor dan sisa uang yang dibelanjakan siang tadi setelah menjual dua buah HP smartphone milik Dinar dan Putri dari si penadah barang curian, sekaligus uang hasil mengambil isi dompet Dinar dan Putri. Dan sudah dipastikan tanpa seizin Dinar dan Putri.

Bu Kinasih membuka dress panjang selutut itu, hingga hanya memakai bra warna putih dan celana pendek biru tua. Sehingga tampak perut gemuk kulit hitamnya yang terlipat-lipat, dan belahan dada besar kulit hitamnya yang tertutup bra berukuran jumbo warna putih. Kemudian menggendong Putri yang yang duduk di atas kasur kapuk menuju keluar kamar.

Putri dibawa kesebuah dapur, dan didudukkan disebuah kursi kayu, depan meja makan. Suasana dapur juga tampak remang-remang karena hanya mengandalkan lampu semprong jadul. Bu Kinasih mengambil beberapa kayu bakar, kemudian dibakar untuk memasak air. Suasana begitu klasik, disaat rumah-rumah pada umumnya sudah menggunakan kompor gas dan gas elpiji untuk memasak, tetapi dirumah Bu Kinasih masih sangat tradisional. Tak ada kulkas, apalagi penghangat nasi. Apalagi terkadang terlihat seekor tikus melintas yang semakin menampakkan betapa kumuh rumah ini.

Air digantung di atas api yang menyala. Kemudian Bu Kinasih mengambil beberapa sayuran dan kentang, dan papan talenan dari kayu, duduk di kursi di dekat Putri, dan memotong sayuran dan kentang itu di atas talenan dihadapan Putri yang hanya terdiam memperhatikan kegiatan Bu Kinasih.

Bu Kinasih berdiri menuju tempat pembakaran sambil membawa sayuran dan kentang yang telah dipotong-potong olehnya. Putri menoleh ke arah pintu yang kebetulan dibiarkan terbuka. Tampak pemandangan yang sangat gelap dan sangat mencekam diluar sana. Putri sebenarnya ingin melarikan diri, tapi Bu Kinasih pasti sudah memperhitungkan jika tangan dan kaki Putri yang dirantai kuat, tak mungkin Putri bisa melarikan diri dengan jauh dalam waktu yang sangat singkat. Tentu dengan mudah Bu Kinasih bakal menangkapnya kembali.

Hampir satu jam Bu Kinasih selesai memasak makanannya dan Putri hanya bisa menyaksikan. Bu Kinasih menaruh makanan yang telah dimasaknya ke atas meja tepat dihadapan Putri. Tetapi Bu Kinasih justru hanya menyiapkan satu piring untuk makan dan satu gelas untuk minum, sehingga Bu Kinasih menikmati makanan itu sendirian tanpa membaginya kepada Putri.

Putri sebenarnya tengah kelaparan, perutnya sedikit berbunyi karena keroncongan. Putri menahan liurnya karena menyaksikan Bu Kinasih dengan nikmat menikmati hidangannya sendirian.

Bu Kinasih yang menyadari jika Putri sedang memperhatikannya dengan wajah penuh harap agar Bu Kinasih mau berbagi kepadanya. Bu Kinasih tersenyum melihat ekspresi wajah penuh harap si Putri, dan bukannya membagi makanan itu tetapi justru Bu Kinasih malah lebih memperlihatkan gaya makan yang begitu nikmat kepada Putri untuk mengisyaratkan Putri betapa nikmatnya makanan ini.

"Kenapa? Kamu lapar, nak?" Tanya Bu Kinasih dengan penuh basa basi sambil menikmati makanannya.

Putri hanya diam membisu, karena yakin tak mungkin Bu Kinasih mau membagikan makanannya.

"Sebentar ya nak, makananmu itu bukan yang mama makan ini!" Bu Kinasih menunjuk kearah makanan yang dinikmatinya, menjelaskan bahwa itu bukan makanan untuk Putri

"Tapi yang ini!" Bu Kinasih menunjuk buah dadanya sendri dengan mempertegas bahwa makanan Putri sekarang adalah Asi, sambil tersenyum mengejek Putri yang telah minum Asi siang tadi.

Putri yang merasa diejek langsung tertunduk malu, karena dia telah minum Asi siang tadi langsung dari buah dada Bu Kinasih. Dia sudah seperti kehilangan harga diri karena dilecehkan. Mentalnya down. Karena nggak bisa berbuat apa-apa, air matanya menetes di pipinya. Hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang, menangis.

...****************...

Malam menunjukkan pukul 11, suasana diluar rumah semakin gelap dan dingin. Suara-suara jangkrik saling bersahutan, ditambah lagi sesekali muncul suara burung hantu seolah menandakan betapa mencekamnya malam itu.

Di atas kasur kapuk, Bu Kinasih yang duduk bersandar ditembok beralaskan bantal. Hanya dengan memakai bra bewarna putih jumbo dan celana pendek warna biru tua sehingga tampak lekukan tubuhnya yang serba besar dan berkulit hitam.

Bu Kinasih membaringkan tubuh Putri dipangkuannya. Kepala Putri dan wajahnya ditempelkan di buah dadanya yang hitam empuk yang tertutup bra putih berukuran jumbo. Kemudian Bu Kinasih membuka bra putihnya dan mengeluarkan buah dadanya yang tepat berada didepan wajah Putri. Kemudian Bu Kinasih kembali menyusui Putri sebelum waktunya tidur, tentu saja menyusui secara paksa.

Putri yang terbaring di pangkuan Bu Kinasih dengan ekspresi wajah yang tak tahan ingin melepaskan putingg susu Bu Kinasih, yang terus mengalirkan air susu dengan sangat deras di dalam mulutnya tetapi tak berhasil.

Bu Kinasih dengan lengan yang hitam besar begitu kuat, membuat Putri tak bisa bergerak untuk melepaskan tubuhnya dari dekapan Bu Kinasih. Bahkan lengan besarnya itu juga terus menekan wajah Putri kearah Buah Dada Bu Kinasih yang besar dan empuk agar Asi yang masuk kedalam tubuh Putri tak sempat tumpah dan keluar dari dalam mulutnya.

Bu Kinasih hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Putri yang sedang terbaring di pangkuannya dengan penuh penderitaan. Putri berusaha memberontak tapi apalah daya, tubuh Bu Kinasih yang lebih besar darinya yang sedang mendekapnya dengan sangat erat itu mampu membuat dirinya tak berkutik.

Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyusui Putri, akhirnya Bu Kinasih melepaskan dekapannya kepada Putri pertanda bahwa Bu Kinasih telah selesai menyusuinya. Putri yang langsung segera bangkit dan duduk langsung mengerutkan wajahnya karena merasa jijik dengan Asi yang diminumnya.

Sangking jijiknya, Putri secara refleks langsung ingin muntah ditempat. Bu Kinasih yang melihat bahwa Putri ingin memuntahkan Air susu yang telah diminum Putri, dengan bergerak cepat kedua telapak tangan besarnya langsung kembali mendekap kepala Putri dan menutup mulut Putri dengan telapak tangannya untuk menghalangi muntahan air susu itu keluar dari dalam mulut Putri.

Asi yang sudah tertelan oleh Putri telah keluar dari dalam perutnya hingga memenuhi isi mulutnya. Karena mulut Putri ditutup oleh telapak tangan Bu Kinasih dengan sangat kuat dan rapat, sehingga Asi itu menggenang memenuhi isi mulutnya.

"Jangan kamu memuntahkan susu yang mama berikan! Cepat telan lagi!" Bu Kinasih memerintahkan Putri untuk menelan lagi muntahan air susu yang menggenang didalam mulutnya.

"CEPAAT..!!" KALAU NGGAK CEPAT KAMU TELAN, MAMA AKAN NETEKIN KAMU LAGI SAMPAI PAGI..!!" Ancam Bu Kinasih yang terus menekan telapak tangannya ke mulut Putri.

Akhirnya Putri menelan kembali Asi yang dimuntahkannya yang menggenang penuh didalam mulutnya itu sedikit demi sedikit. Putri berusaha mengangguk-anggukkan kepalanya memberi tanda bahwa muntahan Asi dari dalam mulutnya itu sudah ditelannya kembali. Setelah itu Bu Kinasih melepaskan kepala Putri dari dekapannya hingga putri bisa bangkit dan duduk kembali.

Sungguh sebenarnya Putri ingin muntah, kerutan wajah Putri menjelaskan bahwa dirinya berusaha menahan agar tidak muntah. Ketika ada sedikit yang baru keluar melewati tenggorokannya, Putri langsung menelannya kembali.

Bu Kinasih membaringkan tubuhnya di atas bantal, setelah itu menarik tubuh Putri dan membaringkan tubuh lalu menyandarkan kepala Putri ke bahunya. Lengan besar Bu Kinasih kemudian merangkul Putri di pelukannya.

"Mimi, Mama sangat senang malam ini bisa tidur bersamamu, nak!" Ujar Bu Kinasih kepada Putri.

"Aku bukan Mimi, aku Putri! Tolong, aku mohon Bu, lepaskan aku..!! Hik..!! Hik..!! Hikk..!!" Jawab Mimi yang sedang berada di pelukan Bu Kinasih kembali menangis terisak-isak.

Mendengar jawaban Putri yang terisak tadi, Bu Kinasih langsung merebahkan tubuh Putri di alas kasur kapuk itu, lalu Bu Kinasih langsung berpindah keatas tubuhnya, tangan besarnya memegang kedua pipi Putri yang basah karena menangis.

Bu Kinasih mendekatkan wajahnya ke wajah Putri hanya berjarak beberapa sentimeter saja, lalu menatap mata Putri dengan tajam, sedangkan Putri yang tak berani menatap Bu Kinasih hanya melirik kebawah.

"Tatap mata mama..!! Cepat tatap mata mama .!!" Sambil memegang kedua pipi Putri, Bu Kinasih menyuruh Putri menatap matanya, tetapi Putri tak berani.

"Ayolah..!! Tatap mata mama sekarang, CEPAAT..!!" Bu Kinasih kembali memaksa Putri. Akhirnya Putri memberanikan diri menatap mata Bu Kinasih yang sangat tajam itu. Mata Putri yang basah mengeluarkan air mata, mengisyaratkan bahwa dirinya tersiksa saat ini.

"Panggil aku mama..!!" Bu Kinasih memerintahkan Putri. Putri hanya menangis tersedu-sedu sambil menatap Bu Kinasih dengan penuh ratapan.

"Ayo, Mimi..!! Panggil aku mama..!! Ayo, nak..!! Mama nggak sabar..!!" Bu Kinasih menyuruh Putri lagi. Dan Putri tetap diam sambil terisak-isak dengan tangisannya.

Tak ada jawaban dari Putri untuk memanggilnya 'mama', Bu Kinasih mulai geregetan. Kedua tangan Bu Kinasih langsung menggenggam leher Putri hingga Putri tercekik.

"PANGGIL AKU MAMA..!! CEPAAT..!!" mata Bu kinasih langsung melotot sambil mencekik leher Putri hingga Putri nyaris nggak bisa bernafas. Tubuh Putri yang kurus tak bisa mengelak karena tertindih tubuh Bu Kinasih yang besar dan gemuk. Apalagi kedua tangan dan kakinya tak bisa lepas dari ikatan rantai.

"AYO PUTRI..!! AYOO..!!" Bu Kinasih terus memaksa Putri sambil mencekiknya. Putri tak berdaya, tak bisa bernafas karena lehernya dicekik.

"maa..maa..maaaa..maaa...!!" Sambil terbata-bata akhirnya Putri menyerah dan memanggil mama ke Bu Kinasih. Mendengar hal itu, Bu Kinasih langsung melepaskan genggaman tangan besarnya di lehernya Putri, dan kembali memegang kedua pipi Putri.

Putri yang nyaris kehabisan nafas, langsung ngos-ngosan menghirup udara sebanyak-banyaknya, sehingga terlihat kembang kempis di dadanya. Putri pun sedikit terbatuk, jantungnya berdebar kencang penuh rasa takut.

"Ayo nak, panggil mama lagi!" Perintah Bu Kinasih sambil memegang kedua pipi Putri.

"Mama.. mama.." Jawab Putri yang menangis terisak-isak.

"Coba ulangi lagi nak?" Bu Kinasih mulai kegirangan.

"Mama..mama.." Jawab Putri kembali yang terisak dengan perasaan penuh tertekan.

"Siapa mamamu sekarang?" Tanya Bu Kinasih yang mulai kegirangan.

"Kau!" Jawaban dengan penuh keterpaksaan

"Coba tunjukkan, nak?" Tanya Bu Kinasih lagi.

"Kau... kau.. kau yang berada di hadapanku sekarang. yang.. yang.. yang memegang pipiku saat ini." Jawab Putri dengan terbata-bata karena semakin tertekan.

"Bagus, lalu siapa nama kamu, nak?" Bu Kinasih semakin girang.

"Putri..!!" Jawab Putri

"JAWAB YANG BETUULLL...!!" Bu Kinasih kembali memaksa Putri.

"Mimi..!! Namaku Mimi.." Jawab Putri yang semakin menangis karena tertekan.

"HAHAHAHA...!! Anak Pintar..!!" Bu Kinasih semakin kegirangan.

"Nah, coba sekarang Mimi bilang, 'Namaku Mimi, nama Mamaku adalah mama Kinasih!" Bu Kinasih kembali memerintahkan mengucapkan apa yang diinginkannya.

"Namaku Mimi, nama Mamaku adalah Kinasih!" Jawab Putri yang masih menangis tertekan.

"Bukan nama mamaku adalah Kinasih..!! Tapi yang benar adalan nama mamaku adalah MAMA Kinasih!" Bu Kinasih memerintahkan Putri untuk memperbaiki kata-katanya.

"Na... na.. namaku Mimi, na.. nama mamaku adalah mama Kinasih!" Jawab Putri yang semakin tertekan dan terbata-bata.

"Anak Pintar..!! Hahahaha..!!" Bu Kinasih semakin kegirangan. Sedangkan air mata Putri semakin tak terbendung.

"Mimi sayang sama mama, khan?!" Tanya Bu Kinasih lagi.

"i..iya ma..!! Sayang.!!"Jawab Putri dengan penuh keterpaksaan.

Bu Kinasih yang merasa puas dengan ucapan Putri yang meskipun sangat terpaksa itu, sangat kegirangan dan akhirnya memeluk Putri dengan erat. Dada besarnya yang hitam empuk yang hanya tertutup bra warna putih menempel di wajah Putri, dan Putri tak kuasa mengelakkan tubuhnya dari dekapan Bu Kinasih yang kegirangan.

...****************...

Waktu subuh telah tiba dan menunjukkan jam 02.00 dini hari. Suasana diluar rumah sangatlah dingin dan berembun dan masih dalam keadaan sunyi.

Di atas kasur kapuk lusuh yang terbentang dilantai, dengan cahaya remang dari lampu semprong. Bu Kinasih yang tidak memakai bra, hanya menutupi bagian dada hingga lututnya dengan menggunakan sarung kotak-kotak berwarna biru buram yang juga lusuh tidur pulas sambil memeluk/ngelonin Putri yang telah berganti nama menjadi Mimi, yang hanya memakai kaos dan popok. Tubuh Bu Kinasih yang gempal hitam ngelonin tubuh Mimi yang kurus putih mulus, membuat Bu Kinasih terlihat seperti ngelonin sebuah guling.

Mimi yang di kelonin oleh Bu Kinasih, dengan kepala Mimi yang bersandar di dada empuk Bu Kinasih sebagai bantal ternyata masih belum tertidur. Mimi masih menangis terisak-isak, tak peduli dengan dengkuran keras Bu Kinasih yang tengah tertidur lelap. Mata Mimi sedikit bengkak karena tak berhenti menangis semalaman, meratapi nasibnya saat ini. Tangan dan kakinya yang terikat kuat dengan rantai, tak mungkin bisa melarikan diri meskipun Bu Kinasih tertidur pulas.

"Hik..!! Hikk..!! Hikk..!!" isakan tangis Mimi yang tak berhenti, membuat air matanya menetes hingga membasahi bagian dada Bu Kinasih yang menjadi bantalnya itu bersama sarung yang menutupi dada besar Bu Kinasih, juga ikut basah.

Tak lama kemudian Bu Kinasih terbangun dari tidurnya, karena merasa terganggu dengan isak tangis Mimi. Membuat Bu Kinasih mulai merasa kesal karena tidur lelapnya terganggu.

"Mimi, sudah malam, kenapa masih belum bobo..!! CEPAT BOBO...!!" Bu Kinasih memerintahkan Mimi untuk tidur, tetapi Mimi hanya menangis saja.

"BOBO, NGGAKK...!! KALAU NGGAK BOBO, MAMA PUKUL KAMU..!!" Bu Kinasih mengancam Mimi, tapi Mimi tetap menangis terisak-isak.

Karena Mimi tak mau nurutin perintahnya, Bu Kinasih yang sedang merasa kesal karena tidurnya terganggu, bangkit dan langsung keluar kamar dengan cepat untuk mengambil sesuatu. Tak lama kemudian Bu Kinasih datang dengan membawa sebuah benda, ternyata benda yang dibawanya itu adalah seikat sapu lidi.

"BOBO ATAU MAMA CAMBUK..!!" Ancam Bu Kinasih kepada Mimi, tetapi Mimi tetap tak berhenti menangis.

Akhirnya Bu Kinasih langsung mencambuk bagian kaki Mimi, suara cambukan pun begitu keras, "PRAAKK..!! PRAAKK..!!"

"A... AMPUUNN..!! AMPUUN MAAA....!!" Mimi merengek kesakitan karena dicambuk oleh Bu Kinasih. Kedua tangan dan kakinya yang terikat membuatnya tak bisa menahan cambukan itu.

"MASIH NGGAK MAU BOBO, HAA..!!!!" Bu Kinasih terus mencambuk bagian punggung dan bokong Mimi, Seperti seorang ibu yang sedang menghukum anaknya yang masih kecil.

"AAAUUWWW..!! SAKITT..!! AMPUN MAA..!! AAMPUUN...!! YA MA AKU BOBO..!! YA MA AKU BOBO..!!" Mimi memohon kepada Bu Kinasih untuk menghentikan cambukan yang diberikan kepadanya.

Bu Kinasih menghentikan aksinya untuk mencambuk Mimi, kemudian membanting sapu lidi itu ke lantai. Sedangkan Mimi yang terbaring melengkungkan tubuhnya sambil menangis kesakitan.

Bu Kinasih langsung kembali lagi berbaring di samping Mimi, kemudian memeluk untuk ngelonin Mimi Kembali. Mimi yang masih kesakitan tak kuasa menahan tangisannya.

"Nah, sekarang pejamkan matamu, lalu Bobo..!! Bu Kinasih mendekap tubuh Mimi dengan erat, dan menjadikan kembali buah dadanya yang empuk tertutup sarung itu sebagai bantal untuk kepala Mimi bersandar.

"Ayo bobo..!! Kalau nggak bobo, mama akan cambuk Mimi lagi..!!" Ancam Bu Kinasih terhadap Mimi.

Mimi kemudian berusaha mengentikan tangisnya dan berusaha untuk menutup matanya.

"Bagus..!! Ayo bobo sayang, mama besok harus berjualan sayuran pagi nanti. makanya kita harus sama-sama tidur ya,nak!" Bujuk Bu Kinasih.

Mimi yang memejamkan matanya mulai berusaha untuk tertidur, isakannya sesekali masih terdengar meskipun dia sudah berhenti menangis.

"Anak pintar, gitu donk..!! Bobo ya, nak! Mimpi yang indah!" Kata Bu Kinasih yang kemudian mencium kening Mimi yang sedang berusaha tertidur di pelukannya, dengan kepala Mimi yang bersandar di dada empuknya, dan tak butuh waktu lama beberapa menit kemudian Mimi tertidur di pelukan Bu Kinasih.

...****************...

Hari telah subuh menjelang pagi, embun pagi di dedaunan masih tebal. Suasana dingin pun masih menyelimuti, suasana saat ini menunjukkan waktu sekitar jam 05.00 pagi.

Di atas kasur kapuk yang lusuh yang terbentang dilantai, Bu Kinasih terbangun dari tidurnya. Dia langsung melirik Mimi yang saat itu masih tertidur pulas di pelukannya, kepala Mimi yang bersandar di dada empuknya sebagai bantal, tampak terlihat wajah polosnya yang botak tertidur pulas karena kelelahan setelah menangis semalaman.

Bu Kinasih tersenyum melihatnya, setelah itu Bu Kinasih berusaha melepaskan lengan dan tubuhnya perlahan dari tubuh Mimi yang bersandar kepadanya, agar Mimi tidak terbangun dari tidur lelapnya. Setelah berhasil melepaskan dekapannya dari tubuh Mimi, kemudian Mimi dibaringkan sendirian di kasur kapuk itu.

Tampak Mimi tertidur pulas dengan wajah polos yang masih mengenakan baju kaos dan popok dengan tangan dan kaki yang terikat. Bu Kinasih mencium kening Mimi, kemudian pergi meninggalkan Mimi sendirian didalam kamar.

Hanya memakai sarung yang menutupi dada besarnya yang tak memakai bra hingga kelutut, Bu Kinasih sempatkan diri memangkas rerumputan dan membawa tumpukkan rumput itu kedalam sebuah gudang yang letaknya melewati kebun kecilnya itu. Bu Kinasih berada didalam gudang itu lumayan lama, entah apa yang dilakukan olehnya.

Setelah lama berada didalam gudang, Bu Kinasih menuju sumur untuk menimba air di sebuah sumur tua yang letaknya dibelakang rumah Bu Kinasih, kemudian menaruh airnya kedalam sebuah ember plastik berwarna abu-abu. Bu Kinasih duduk di atas sebuah batu di samping sumur itu, kemudian mandi membasahi seluruh tubuhnya dengan air dari ember abu-abu tadi.

Setelah mandi, bu Kinasih mengeringkan tubuhnya dengan handuk, lalu menutupi bagian dada hingga lututnya dengan handuk itu. Setelah itu Bu Kinasih pergi ke kamar untuk memakai pakaian.

Bu Kinasih masuk kedalam kamar untuk memakai Pakaian. Dia memakai kaos warna krem lengan pendek, dan rok panjang warna hitam. Sementara itu, tampak Mimi yang masih tertidur pulas dilantai beralaskan kasur kapuk seorang diri. Setelah memakai pakaian dan menyisir rambutnya yang hitam agak bergelombang sedikit beruban, di cermin buram yang menempel di lemari kayu. kemudian Bu Kinasih keluar kamar menuju kebun kecil miliknya yang juga letaknya dibelakang rumahnya.

Bu Kinasih memetik beberapa sayuran untuk di jual pagi ini. Setelah cukup dan dimasukkan kedalam keranjang. Bu Kinasih mengambil sedikit hasil petikannya untuk dijadikan santapan sarapan pagi. Hasil petikannya yang akan digunakan untuk sarapan tadi, dimasak dengan cara tradisional dengan kayu bakar.

Bu Kinasih menyantap makanan dengan penuh nikmat dengan ditemani dengan segelas teh hangat. Setelah selesai makan, Bu Kinasih menaruh sayuran yang akan dijualnya itu keatas sepeda motor bebek butut miliknya. Setelah itu Bu Kinasih kembali menuju kamarnya untuk menemui Mimi yang masih tertidur.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

rizky nandala

rizky nandala

nina bobo nina Bobo klo tidak bobo dicambuk ibu kinasih, hayo siapa yang gak bobo 💀💀💀💀💀

2024-04-23

0

Dhiajeng_w

Dhiajeng_w

ya ampun ak kira mau dibakar si putri nya thorr

2021-12-14

0

Palgunadi Rata

Palgunadi Rata

Kasian si putri. Nasib temennya hmgemana ya

2021-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!