Misteri Masa Lalu Bu Kinasih

Sontak Adya terkejut mendengar perkataan Dokter Rebecca yang baru menawarkan tetekk kepadanya. Adya sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa.

"Hahahhaa... Kamu pikir aku bakal mau netekin kamu beneran?! hahahha" Rebecca meledek Adya yang tengah berbaring di pangkuannya dalam keadaan sangat ketakutan. "Sayangnya saat ini aku bukanlah ibu menyusui, jadi saat ini aku belum bisa menghasilkan Asi."

Adya terlihat merasa agak lega karena tidak jadi disusui beneran oleh Dokter Rebecca, meskipun saat ini Adya masih tetap ketakutan karena dihadapannya ada dua orang gila yang ganas, yaitu Dokter Rebecca dan Bu Kinasih.

...****************...

Waktu menunjukkan jam 19.00, sudah saatnya Adya yang terikat seluruh tubuhnya diangkat dan dibawa kembali kedalam gudang yang gelap tanpa cahaya sedikitpun.

Mereka hanya mengandalkan satu cahaya dari lampu senter yang dipegang oleh Bu Kinasih. Adya diletakkan didekat tumpukkan rumput kering dan wadah air hujan agar memudahkan Adya untuk makan dan minum.

"Jangan lupa, di buka lakban di mulutnya, Bu! Biar Adya bisa makan dan minum." Kata Bu Kinasih.

"Oh ya, hampir aja saya lupa." Dokter Rebecca membuka lakban yang menutup rapat mulutnya itu.

"Tolong..!! Jangan biarkan aku sendirian disini..!! Disini gelap..!! Aku takut..!!" Adya merengek-rengek untuk minta dipindahkan dari tempat itu. Tetapi seperti biasa Dokter Rebecca dan Bu Kinasih tak mempedulikannya.

"Ayo Bu, kita kembali kerumah untuk minum teh bareng!" Ajak Bu Kinasih kepada Dokter Rebecca.

"Ok..!" Dokter Rebecca pergi mengikuti Bu Kinasih untuk kembali menuju rumah Bu Kinasih.

"TOLONG...!! JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRIAN DISINI..!! AKU MOHON..!!" Adya terus merengek agar mendapatkan simpati dari Dokter Rebecca dan Bu Kinasih. Tetapi Dokter Rebecca dan Bu tetap meninggalkannya dan tidak mempedulikan ratapan Adya yang sendirian didalam gudang yang sangat gelap.

Adya yang sangat ketakutan karena sendirian didalam gelap. Dia menoleh ke seluruh ruangan, tak ada yang bisa dilihatnya selain kegelapan. Dia menangis sendirian didalam gudang itu dalam kondisi seluruh tubuhnya terikat dan tak berdaya, dan tak ada satupun orang yang mempedulikannya.

...****************...

Siang hari menjelang jam makan siang, seperti biasa Kinasih masuk kedalam toilet secara diam-diam untuk memerah Asi dari buah dadanya, agar buah dadanya tak nyeri karena terlambat menyusui.

Setelah selesai memerah Asi dan hasil perahannya dimasukkan kedalam botol untuk disembunyikan didalam tasnya, Bu Kinasih keluar dari toilet tersebut.

Baru saja keluar dari toilet, Dokter Rebecca langsung menghampirinya. "Bu Kinasih, aku tadi mencarimu kemana-mana, ternyata kamu ada disini."

"Ada apa, Bu Dokter?" Tanya Bu Kinasih.

"Ayo ikut aku makan di luar!" Dokter Rebecca mengajak Bu Kinasih makan diluar lagi.

Sementara itu tanpa disadari Bu Kinasih dan Dokter Rebecca, Faida mengintip mereka menuju keluar rumah sakit untuk makan bersama.

"Kenapa mereka mendadak akrab, ya?!" Faida semakin merasa penasaran. Karena sahabatnya yaitu Bu Kinasih yang dulunya begitu dekat dengannya, kini menjadi lebih dekat dengan Dokter Rebecca. Dan membuat Faida menjadi tampak murung.

...****************...

Dokter Rebecca membawa Bu Kinasih makan siang ditempat biasanya, sebuah restoran yang sepi pengunjungnya.

Bu Kinasih menyerahkan dua buah kunci rumah kepada Bu Kinasih. "ini untuk ibu, ambilah!"

"Apa ini?" Tanya Dokter Rebecca.

"ini kunci serep rumahku beserta kunci serep gudangnya. Kapan pun ibu mau bermain dengan gadis itu, silahkan gunakanlah rumahku dan gudangku sesuka ibu." Jawab Bu Kinasih..

"Kau memberikan kunci serep ini buatku? Mengapa kau begitu baik terhadapku?" Dokter Rebecca menjadi heran.

"Karena kita mempunyai hobi yang sama." Jawab Bu Kinasih. "Sudah lama aku membutuhkan teman yang bisa saling berbagi dalam hal ini. Selama ini aku melakukannya sendiri tanpa teman, dan akhirnya aku sudah menemukan teman itu."

"Jadi itu alasan kamu begitu mendukungku untuk melakukan hal gila ini?" Tanya Dokter Rebecca.

"Ya, benar. Apa yang kita lakukan ini sangat seru jika dilakukan bersama." Kata Bu Kinasih.

"Entah kenapa aku menjadi penasaran dengan masa lalumu. Apa alasan awal mengapa kamu melakukan hal ini." Kata Dokter Rebecca yang mendadak menjadi ingin tahu masa lalu Bu Kinasih.

"Masa laluku sangat mengerikan bagi orang lain bu, tapi sangat menyenangkan bagi keluargaku." Jawab Bu Kinasih.

"Bisakah kau ceritakan sedikit?" Pinta Dokter Rebecca.

"Hmmmmm... Belum saatnya, Bu... Ada saatnya aku ceritakan semuanya." Jawab Bu Kinasih.

"Baiklah kalau kamu tak mau menceritakannya. Oh ya, Terima kasih atas kunci serepnya. Aku jadi lebih leluasa untuk melampiaskan dendamku untuk menyiksa Adya." Ujar Dokter Rebecca.

"Silahkan saja, Bu! ibu bisa gunakan rumah dan gudangku sesuka hati ibu." Jawab Bu Kinasih dengan santai. Dokter Rebecca pun tersenyum kepada Bu Kinasih.

"Oh ya, saya melupakan sesuatu. Tolong berikan nomor rekeningmu sekarang. Aku mau transfer uang untukmu!" Pinta Dokter Rebecca.

"Uang? Buat apa bu?" Bu Kinasih bertanya.

"Kau sudah banyak sekali membantuku. Aku mau memberikan hadiah berupa uang untukmu. Tolong berikan nomor rekeningmu, Bu Kinasih!" Kata Dokter Rebecca.

"Kalau aku menginginkan uang, sudah pasti dari dulu minta uang tebusan kepada keluarga yang aku culik. Tapi nyatanya tidak. Aku lebih memilih memiliki raganya daripada uangnya. Aku sangat menikmatinya." Jawab Bu Kinasih.

"Jadi aku harus memberi hadiah apa buatmu selain uang?" Tanya Dokter Rebecca.

"Haruskah aku menerima hadiah dari Bu Dokter?" Tanya Bu Kinasih.

"Ya, harus. Aku nggak mau jika aku terlalu banyak hutang jasa sama kamu. Makanya aku harus memberikan sesuatu juga kepadamu biar seimbang." Jawab Dokter Rebecca.

"Permintaanku ini sangat sulit, Bu. Belum tentu ibu bisa mewujudkannya." Ujar Bu Kinasih.

"Apa itu? Katakan aja!" Kata Dokter Rebecca.

"Selama setahun ini, aku sudah membuat proyek untuk menjadikan Mimi hampir menyerupai bayi. Tapi aku masih belum puas, Bu. Ada beberapa proyek lagi yang belum bisa aku wujudkan. Dan itu sudah jelas tidak mudah." Kata Bu Kinasih.

"Bisa kau jelaskan proyek apa aja yang belum kamu wujudkan?" Dokter Rebecca menjadi penasaran.

"Yang pertama, Mimi masih rutin haid atau setiap bulannya. Sedangkan aku nggak menyukai jika Mimi mengalami Haid. Aku nggak ingin Mimi haid lagi." Jawab Bu Kinasih.

"Yang kedua, karena ada rantai yang mengikat kedua tangan Mimi dan kakinya, dia justru lebih terlihat seperti tahanan daripada seperti bayi. Aku ingin melepaskan semua rantai yang ada ditangan dan kakinya. Tapi jika itu dilepas, dipastikan dia akan melarikan diri. Aku ingin Mimi tidak bisa berjalan. Aku ingin lututnya lumpuh, dan hanya bisa merangkak saja, sehingga sulit untuk melarikan diri. Dengan begitu dia bisa aku pelihara tanpa harus merantai tangan dan kakinya."

"Itu proyekmu untuk Mimi?" Dokter Rebecca bertanya.

"Ya bu, tentu sulit bukan?! Hanya proyek yang terakhir ini yang lebih mudah. Aku ingin membeli pakaian-pakaian bayi untuk Mimi di internet. Dia pasti tampak lebih cantik dan lucu jika berpakaian seperti itu. Tapi aku nggak bisa menggunakan komputer. Aku buta untuk hal yang begituan. Maukah ibu membantuku untuk membelinya disebuah situs internet?" Pinta Bu Kinasih kepada Dokter Rebecca.

"Apakah kamu tahu situsnya?" Dokter Rebecca kembali penasaran.

"Ya Bu, aku tahu situsnya. Karena Manika sering membelinya disana." Jawab Kinasih.

"Manika? Oh ya, kamu pernah menyebut nama itu di salah satu makam samping gudangmu." kata Dokter Rebecca.

"Ya, Manika sering membeli pakaian bayi di internet untuk dipakainya sendiri." Jawab Bu Kinasih.

Mendengar hal itu, rasa penasaran Dokter Rebecca mengenai masa lalu Bu Kinasih semakin besar. "Masa lalumu sepertinya penuh misteri dan aneh. Entah mengapa aku penasaran banget dengan cerita masa lalumu bersama Manika itu."

"Manika, dia itu kekasihku, sekaligus bayi besarku." Jawab Bu Kinasih.

"Apakah dia sama seperti Mimi yang kamu sekap dan kamu paksa untuk seperti bayi?" Rebecca semakin penasaran.

"Tidak, Bu! Justru sebelum aku mengenal Manika, dia memang sudah seperti itu. Dia adalah penderita sindrom Paraphilic infantilism. Dia justru lebih suka aku perlakukan seperti bayi." Jawab Kinasih.

"Paraphilic........... infantilism.....?" Dokter Rebecca kembali kebingungan.

"Ya, ibu tahu itu sindrom apa? Ibu seorang dokter, saya rasa ibu mengetahui sindrom itu." Ujar Bu Kinasih.

"Ya, saya tahu sindrom itu, itu sindrom langka." Jawab Rebecca.

"Bu Kinasih, entah kenapa aku menjadi semakin penasaran dengan kisah masa lalumu. Apakah ibu nggak sedikitpun berminat untuk menceritakannya padaku?" Dokter Rebecca semakin tak kuasa menahan rasa penasarannya.

"Entahlah, bu. Sepertinya aku belum ada waktu untuk menceritakannya." Jawab Bu Kinasih.

"Aku akan melakukan penawaran buatmu, apabila aku bisa membantumu mewujudkan proyekmu terhadap Mimi, maukah kamu menceritakannya?" Dokter Rebecca mengajak Bu Kinasih bernegosiasi demi mengetahui cerita masa lalu Bu Kinasih.

"Hmmmmmm... Baiklah. Tapi apakah ibu bersungguh-sungguh bisa membantuku mewujudkannya terhadap Mimi?!" Bu Kinasih menerima tawaran Dokter Rebecca.

"Ya, tentu saja. Itu hanya masalah waktu." Jawab Dokter Rebecca.

"Kalau begitu aku sangat berterima kasih jika Bu Dokter mau membantuku mewujudkan proyek saya ini." Jawab Bu Kinasih yang akhirnya mau membuat kesepakatan dengan Dokter Rebecca yang sangat penasaran dengan kisah masa lalunya.

...****************...

Tepat jam 15.00, semua dokter dan staf sudah waktunya pulang kerumah masing-masing. Kecuali cleaning servis yang pulang jam 18.00 sore hari.

Bu Kinasih membersihkan kaca di toilet wanita. Tak lama kemudian, Faida datang menghampirinya.

"Bu Kinasih,.." Faida menyapa

"Ada Faida?" Tanya Bu Kinasih.

"Belakangan ini, Bu Kinasih sekarang kok lebih dekat dengan Dokter Rebecca?!" Tanya Faida.

"Apakah Cleaning Servis tak boleh berteman dengan seorang dokter?" Bu Kinasih kembali bertanya.

"Oh, bukan begitu Bu. Secara mendadak ibu menjadi akrab dengan Dokter Rebecca, dan sepertinya ibu mulai nggak terlalu dekat denganku." Jawab Faida.

"Faida, kamu tetap sahabatku! Jangan pernah berfikir hal-hal aneh mengenai persahabatan kita!" Ujar Bu Kinasih.

"Oh ya,kalau boleh tahu. Perasaan cleaning servis yang paling dekat dengan Dokter Rebecca kok cuma Bu Kinasih ya?! Memangnya ada apa sih, bu? Kok kayaknya pembahasannya rahasia banget sampai kalau ngobrol mesti harus diluar?" Tanya Faida.

"Entahlah.. Saya juga bingung mengapa Bu Rebecca memilihku untuk menjadi teman curhatnya. Mungkin dia membutuhkan teman yang seusianya, untuk saling berbagi seperti pendapat, curhat, atau yang lainnya. Apalagi di Rumah Sakit ini yang seusia dengan Bu Rebecca hanya aku. Bahkan Dokter Vanessa yang satu profesi dengannya aja nggak terlalu dekat dengan Bu Rebecca. Mungkin karena Dokter Vanessa masih lebih muda buatnya." Bu Kinasih memang pandai memberikan alasan-alasan logika yang membuat pendengarnya seolah itu masuk akal. Itu semua karena sepak terjang masa lalunya.

"Kalau boleh tahu, boleh nggak aku mendapatkan sedikit bocoran apa aja sih yang di curhatkan Dokter Rebecca ke Bu Kinasih?" Faida merasa penasaran.

"Seandainya kamu mencurhatkan sesuatu kepadaku, dan berjanji untuk merahasiakannya. Kemudian aku malah menceritakan curhatanmu ke orang lain. Apakah kamu bisa terima?" Bu Kinasih bertanya balik kepada Faida.

"Hmmm.. Tentu nggak bisa diterima, Bu." Jawab Faida.

"Nah, makanya itu kamu jangan memintaku untuk menceritakan curhatan orang lain yang aku rahasiakan kepadamu atau kepada siapapun." Jawab Bu Kinasih.

"Maafkan aku bu." Kata Faida.

"Mungkin karena hal inilah Bu Rebecca lebih percaya denganku sebagai teman curhatnya, meskipun aku hanya seorang cleaning servis. Karena aku mungkin lebih bisa dipercaya." Jawab Bu Kinasih.

Mendengar jawaban Bu Kinasih itu akhirnya membuat Faida terdiam.

...****************...

Setelah makan malam dan disusui oleh Bu Kinasih, tubuh Mimi yang masih demam diberi obat sirup anak dan mengompres kepala Mimi dengan air dingin, yang bertujuan agar demamnya Mimi segera mereda.

"Lekas sembuh ya, nak!" Bu Kinasih mengelus rambut Mimi dan terbaring di atas kasur kapuknya.

Tubuhnya masih lemah dam wajahnya masih pucat, dan beberapa kali Mimi terbatuk-batuk.

"Bagaimana kondisimu sekarang, nak?" Bu Kinasih bertanya keda Rebecca yang sedang terbaring dihadapannya.

"Buruk, ma! Demamku masih belum turun." Jawab Mimi dengan nada yang lemah.

"Kamu pasti akan segera sembuh, sayang." Jawab Bu Kinasih.

"Ma, bagaimana nasib gadis itu didalam gudang?" Mimi bertanya kondisi gadis yang diculik oleh Dokter Rebecca itu.

"Itu bukan urusan Mama, nak! itu urusan tante Rebecca. Oh ya, kamu harus memanggil teman Mama itu dengan sebutan Tante, ya nak!" Perintah Bu Kinasih terhadap Mimi.

Mimi Tak menjawabnya. Sebab dia merasa ketakutannya makin bertambah sejak ada tambahan orang gila satu lagi dirumah ini, dan yang dimaksud adalah Dokter Rebecca.

...****************...

Pagi hari dirumah sakit anak tempat Bu Kinasih bekerja, secara tiba-tiba Pak Dwija mantan suami Dokter Rebecca datang dan ingin menemui Dokter Rebecca.

Pak Dwija menghampiri resepsionis dam bertanya kepada karyawan yang berada di situ, "Rebecca sudah datang?"

"Ya Pak, Bu Rebecca sudah ada di ruangannya." Jawab Resepsionis itu.

Tanpa bertanya lagi Pak Dwija langsung mendatangi ruangan Dokter Rebecca.

Sementara itu Bu Kinasih yang melihat Pak Dwija datang, tetap melakukan aktifitasnya seperti biasa seolah tak tahu apa-apa.

"Tumben mantan suaminya Dokter Rebecca datang kesini. Ada apa ya?" Faida yang kebetulan ada di samping Bu Kinasih menjadi penasaran.

"Entahlah, tapi itu bukan urusan kita. Mending kita bekerjalah seperti biasa." Jawab Bu Kinasih.

Pak Dwija berada didalam ruangannya Dokter Rebecca nggak terlalu lama. Hanya sekitar 10 sampai 15 saja. Setelah itu Pak Dwija keluar dari ruangannya dan segera bergegas menuju parkiran mobil untuk meninggalkan rumah sakit itu.

Bu Kinasih memantau pergerakan Pak Dwija yang sedang menuju keluar rumah sakit. Untungnya saat itu Faida yang selalu berada disampingnya, sedang pergi ke toilet untuk buang air kecil.

Baru saja keluar dari pintu masuk rumah sakit, Pak Dwija menerima panggilan telepon dari seseorang.

"Ya...... Ya..... Oke,.... kamu pantau pergerakannya..... Dan ingat, jangan sampai ketahuan Rebecca........... Ya....... Segera hubungi saya jika nanti kamu melihatnya pergi ketempat yang asing baginya!" Setelah berbincang-bincang dengan seseorang melalui ponselnya, Pak Dwija kemudian menuju parkiran mobil untuk mengendarai mobilnya dan meninggalkan rumah sakit itu.

Bu Kinasih yang sudah mendengar sedikit percakapan Pak Dwija, segera menemui Dokter Rebecca.

Ketika sudah berada didepan ruangan Dokter Rebecca. Tampak Dokter Rebecca sudah melayani pasiennya. Ditambah lagi sudah ada beberapa pasien yang sudah mengantri.

"Nggak mungkin aku mengganggu Bu Rebecca sekarang. Paling nanti setelah makan siang aku akan segera memberitahukannya." Ujar Bu Kinasih dalam hati.

+++BERSAMBUNG+++

Terpopuler

Comments

Imah

Imah

thor namanya masih salah2 jd radha bigung

2022-01-11

1

Leli Leli

Leli Leli

proyek yang mengerikan Smg tidak terjadi

2022-01-04

1

Safa Safa

Safa Safa

mudah2'n ketahuan biar mimi gk d suntik lumpuh y thor kasihan mimi gk berdosa🥺🙏🏻

2021-12-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!