Segera aku hubungi Nirmala. Kutelepon berkali-kali. Tersambung tetapi tidak diangkat! Entah karena dia terlelap, HP di-silent, atau dia diculik seperti yang kutakutkan? Dengan panik segera aku nyalakan motor dan menuju rumah Nirmala!
"Tunggu, mau ke mana Pak?" tanya Pak Asmudi.
"Saya titip ke Pak Asmudi dulu semuanya. Maaf, saya harus segera."
"Hati-hati, semoga selalu dalam lindunganNya!" ucap salah seorang anak buah Pak Asmudi sambil memberikan jaket kepadaku.
Entah siapa namanya, dia pekerja tambahan yang belum sempat kukenal.
Segera aku meluncur, yang aku pikirkan hanya keselamatan Nirmala. Namun, baru sampai sekitar tower ada telepon masuk dari nomor tak dikenal.
"Ha--halo! Siapa ini?"
"Bawa kotak itu ke taman kota, tunggu di bangku putih dekat air mancur!"
"Br*ngs*k! Siapa ini? Jangan macam-macam kamu!"
Tut
Tut
Tut
Sambungan telepon sudah putus. Kucoba lagi menghubungi Nirmala, masih belum ada respon. Pikiranku mulai kalut, apakah seseorang menculik Nirmala dan Ibu? Apa pentingnya kotak kaleng ini?
Setelah keluar dari desa aku urungkan niat ke rumah Nirmala. Ini ancaman serius, bagaimana mungkin seseorang bisa masuk ke rumah dan menggunakan HP Ibu? Aku yakin ini bukan sebuah prank. Hari ini bukan suatu hari istimewa.
Kupacu motor semakin kencang menembus dingin dan gelapnya malam. Aku harus segera tiba di taman dan menyelesaikan semua ini.
***
Taman kota telah sepi, hanya tinggal beberapa warung kopi lesehan yang sedang bersiap tutup. Jam di tugu taman menunjukkan pukul 02.11 ketika aku duduk di bangku putih yang dimaksud. Suara gemericik air mancur dan kerlip lampu hiasannya tak sanggup untuk menenangkanku.
"Ambil ransel hitam di samping tempat sampah sebelah kirimu, tinggalkan kotak kaleng itu di kursi," kata seseorang di HP-ku.
"Aku sudah bawa kaleng itu, untuk apa lagi ransel?"
"Bawa ke arah batas utara kota! Jangan banyak tanya!"
Sial. Apa maksud semua ini? Aku tak punya pilihan selain menuruti perintahnya. Kubawa ransel hitam itu dan beranjak pergi. Aku sempat melihat ke sekeliling, berharap ada seseorang yang mencurigakan, pasti dialah pelakunya. Namun, semua tampak normal biasa saja.
Beberapa menit aku melaju ke arah batas utara kota. Beberapa polisi yang sedang razia menghentikanku.
"Selamat malam, Pak. Bisa tunjukkan surat-suratnya? Tujuan ke mana?" tanya salah seorang dari mereka.
Saat ini santer beredar isu virus covid-19 yang menular dan mematikan. Pikirku mereka hanya sedang mengawasi perbatasan agar tak sembarang orang melintas tanpa pemeriksaan.
Aku merogoh dompet mengeluarkan surat-surat yang dimaksud sambil berpikir jawaban apa yang akan kuberikan. Blank. Aku tak mampu berkata apa-apa dan rupanya hal itu membuat para polisi curiga.
Tiba-tiba sebuah mobil patroli datang dari arah belakangku dan keluar beberapa orang berpakaian preman mengepung. Aku semakin kebingungan harus bagaimana. Salah seorang dari mereka memaksaku turun dari motor dan merampas tas ransel hitam itu.
Semua terjadi begitu cepat. Mereka membuka ransel itu dihadapanku. Ternyata isinya adalah beberapa paket narkoba. Ini gila! Seseorang telah menjebakku!
Percuma aku berdebat dengan para polisi. Barang bukti jelas-jelas mereka dapatkan. Saat itu juga aku digelandang ke polres. Aku tertangkap basah, meski sebenarnya ini adalah jebakan tetapi tak bisa dibuktikan. Nomor yang tadi meneleponku sudah tidak aktif lagi saat polisi meneleponnya.
***
"Ini salinannya, Mas." Nirmala memberikan secarik kertas padaku.
"Untung kamu sempat memfotonya waktu di hotel. Aku harus segera memecahkan sandi ini dan keluar dari sini," ucapku dari balik jeruji ruang kunjungan.
"Kita pikirkan dulu saja cara membebaskanmu."
"Tapi bagaimana kalau orang itu kembali lagi ke rumahmu?"
"Aku sudah sewa satpam dan memasang CCTV, tentu dia tidak akan berani. Lagipula untuk apalagi? Bukankah kotak itu sudah ada padanya?" jawab Nirmala.
"Aku yakin dia punya tujuan lain hingga membuatku ditahan di sini. Apa kamu ingat orang yang bernama Kawilarang? Mencurigakan, karena sedan itu mengikuti kita sejak dari rumah Pak Edi."
"Aku tidak tahu, Mas. Kenapa ini semua terjadi menjelang hari pernikahan kita. Dua minggu, hanya kurang dua minggu lagi," isak Nirmala hingga meneteskan airmatanya.
"Entahlah ...."
"Belum lagi Ibu. Sekarang dia sering linglung, Mas. Semua berawal dari kotak kaleng itu."
Tentu saja yang aku ketahui lebih banyak daripada Nirmala. Hanya sebagian yang dapat kujelaskan saat aku diperbolehkan meneleponnya dari kantor polisi ini dini hari tadi. Bukan, menurutku bukan berawal dari kejadian aneh waktu prewedding tetapi berawal dari rumah yang masih aku rahasiakan itu. Semua saling berkaitan.
Waktu kunjungan telah habis. Kukantongi secarik kertas salinan itu secara sembunyi-sembunyi, berharap bisa menyelesaikan teka-teki dari balik jeruji dan membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Sementara teman-teman author Nirmala mencoba memecahkan sandi itu, aku pun tak ingin berdiam diri.
***
Dua hari sudah kulalui dengan cecaran pertanyaan dari tim penyelidik. Mereka masih belum percaya bahwa sesungguhnya aku telah dijebak. Bahkan dalam interogasi aku sempat dipaksa untuk mengakuinya saja sehingga akan diperingan hukumannya.
Malam ini kubuka kembali sandi itu. Kuingat-ingat saat kunjungan kedua tadi Nirmala meyakinkanku bahwa simbol-simbol mata uang kemungkinan besar memiliki arti sesuai huruf depan mata uang. Hal tersebut dia simpulkan bersama teman-teman authornya.
$ adalah huruf "D" untuk dollar.
f adalah huruf "F" untuk florin atau "G" untuk guilder yang merupakan nama lain dari florin, mata uang lama dari Belanda.
¥ adalah huruf "Y" untuk yen atau "J" dalam ejaan van Ophuysen. Cocok juga dengan huruf awal negara pengguna mata uang itu, yaitu Jepang.
Sedangkan hasil pemikiranku sebelumnya adalah bahwa angka yang dominan ada di sana, yaitu 1234 melambangkan huruf "AIEO" karena dalam Ejaan van Ophuysen huruf vokal "U" sudah diwakili oleh "OE". Pemikiran sederhana tetapi Nirmala mengaku juga sempat berpikiran sama denganku.
Entah kenapa kami seperti terbius sandi-sandi itu. Dari bentuk awal yang ada, kami susun sedemikian rupa dengan lambang * untuk sandi yang belum bisa kami temukan persamaannya.
Maka kami susun sesuai yang telah dapat kami tebak.
*e*o*oe*i*oeda**e*a**i*oe*i*gi*oee*a**i*oe*e*a*a**idjaoei*oe*ja*a*g*e*oe*a**i**oe*e*i*******e*da*di*oe**oe*di*i*ia*a**a*a******di*a*a*
Ini masih sangat rumit, tetapi kami yakin sudah berada di jalur yang tepat. Sayang sekali, jam kunjungan yang sangat terbatas membuat kami harus bersabar hingga esok hari.
Sementara itu otakku terus menebak-nebak cara untuk mengartikan simbol lainnya. Banyaknya kemungkinan sungguh membuatku frustrasi.
***
Hari ketiga, seakan melupakan masalah lainnya kami hanya fokus menyelesaikan sandi rahasia tersebut. Aku termotivasi untuk membuktikan adanya motif seseorang menjebakku. Sedangkan Nirmala, selain membantuku, juga ingin memecahkan teka-teki sandi yang tertulis di surat yang ditemukan Ibu Siti. Siapa tahu bisa membuatnya kembali waras, sembuh dari linglungnya.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Mirai Amthy
Fiks author nya pinter
2021-04-19
4
Sofa Lina
mummeT liat teka teki nya🙈
2021-03-28
3
Isnaaja
ko aku jadi pusing sendiri lihat teka tekinya? haduh,,, semangat untuk kak author aku tunggu hasil teka tekinya.😃
2020-12-02
1