Ch. 11 "Gua Misterius"

Hilang!

Ini tidak mungkin!

Ibu hilang begitu saja!

Kami terus mencari. Jika ibu menceburkan diri ke laut pasti tak lama dia akan muncul lagi. Tapi, apakah ibu melakukannya? Mengapa? Sebenarnya apa yang terjadi pada ibu?

"Mas, ibu di mana? Katakan! Katakan, Mas Dharma!" desak Nirmala yang baru datang tanpa kusadari.

"Aku tidak tahu! Aku tidak tahu! Sungguh!" jawabku panik sambil terus mencari di antara deburan ombak.

Penerangan kami satu-satunya adalah senter LED milik Pak Ricky yang terangnya tak lebih dari 500 meter. Tapi seharusnya itu pun cukup, tak mungkin ibu langsung menghilang ribuan meter seketika.

Mas Kukuh terlihat sibuk menelepon mencari bantuan. Tommy, asisten Mas Kukuh masih berusaha mencari bersama Pak Ricky. Bu Nopi, perias yang pendiam itu tiba-tiba memanggil kami tak jauh dari lokasi pemotretan.

"Di sana! Di sana Pak! Cepat!" Bu Nopi menunjuk-nunjuk ke arah bangunan dengan bangunan cerobong tua itu.

Sayang sekali senter Pak Ricky tak mampu menerangi jarak yang cukup jauh. Hanya terlihat sekilas seorang wanita berjalan ke arah bangunan itu. Benarkah itu Ibu Siti? Tanpa dikomando, kami semua segera berlari ke bangunan tua itu.

Ternyata cerobong pembakaran dengan bentuk persegi dan ujung yang lebih kecil daripada bagian bawahnya itu berada tepat di tengah-tengah bangunan. Ada banyak pintu di sana, tapi tanpa daun pintu. Tak ada jendela sama sekali. Hanya bangunan persegi yang cukup luas dengan dinding bata merah. Pepohonan di luar bangunan menambah kesan angker, demikian juga tiadanya penerangan di tempat ini. Meskipun tampak indah sebagai background foto saat terang, namun ternyata bangunan itu terlihat sangat seram di malam hari.

"Bagaimana sekarang? Kita hanya punya satu senter," kata Pak Ricky.

Aku tak punya pilihan, "Lebih baik yang wanita di luar saja, Pak Ricky tolong jaga mereka!"

"Baik!" Pak Ricky menyerahkan senternya kepada Tommy.

"Ibu! Keluarlah, Bu!" teriak Nirmala terus memanggil ibunya.

"Kamu tunggu di sini, aku pasti bawa ibu kembali," kataku meyakinkan Nirmala yang mulai menangis.

Aku, Kukuh dan Tommy memasuki gedung itu, entah lewat pintu nomor berapa. Gelap sekali di dalam sini, Tommy yang gendut itu mengarahkan senternya ke segala sudut. Kami hanya mendapati tembok bata merah yang kusam dan banyak coretan tangan-tangan usil. Tak ada barang apa pun di dalam. Instalasi listrik masih ada tetapi lampunya tidak ada yang menyala, entah korslet atau bohlamnya yang putus, sudah beberapa kali Kukuh mencobanya.

"Tempat apa ini sebenarnya?" tanyaku kepada Mas Kukuh.

Dia menjawab setengah berbisik, "Dulu dibuat jaman Belanda untuk menara pengawas pantai, lalu oleh Jepang dipakai untuk pabrik piring, Pak. Mereka menyebut tempat ini kostin."

"Tampaknya belum terlalu lama mangkrak?" Aku penasaran.

"Setelah kemerdekaan pernah dimanfaatkan untuk pabrik gula, ikan, lalu beras, tetapi tak sampai bertahun-tahun selalu bangkrut. Kebanyakan pegawainya tidak betah, seram."

Gedung ini luas, dan ada beberapa sekat dinding. Kami memeriksa satu-persatu ruangan tanpa bersuara, berharap jika ibu berjalan maka kami akan mendengarnya.

Kosong, tak ada perabotan apa pun. Hanya kegelapan dan sekat-sekat dinding bata. Sepi, tak ada suara selain deburan ombak di pantai yang bergema di dalam sini.

"Se-- sebaiknya kita kembali ke luar pak!" bisik Tommy merinding. Dia dengan cepat berbalik badan dan mengarahkan senternya ke kaki kami.

"Ada apa?" sahut Mas Kukuh lirih.

"Tapi saya harus menemukan ibu mertua saya, Mas!"

"Di pojok! Di pojok itu, Pak!" Genderuwo! Saya tidak berani melihatnya!" Menyerahkan senternya padaku lalu bersembunyi di belakang kami sambil memegang erat lengan kami.

Srak!

Srakk!

Belum sempat ku arahkan senter ke arah yang dimaksud Tommy, terdengar suara langkah seseorang.

Aku arahkan senterku ke sumber suara itu. Sekelebat bayangan berlawanan arah dengan cahaya senter yang kugeser ke samping kanan. Sosok itu bergerak berkelebat ke kiri!

"Ibu Siti! Tunggu!" teriakku dan segera mengejarnya. Sosok itu ke lorong arah pintu keluar. Kami bertiga mengejarnya, dengan cahaya senter yang terguncang karena aku berlari.

"Ibu, tunggu!"

Tiba-tiba ada cahaya yang begitu terang dari arah luar bangunan menyilaukan pandangan kami.

"Mas Kukuh! Bagaimana keadaannya?" kata salah satu dari dua orang yang datang dari arah berlawanan.

"Barusan lewat sini, apa kalian tak melihatnya?" tanya Mas Kukuh kepada mereka.

"Tidak ada apa-apa selain kalian bertiga! Sungguh!" kata Damar yang ternyata waktu di pantai tadi ditelepon Mas Kukuh agar kesini.

"Sial! Bagaimana mungkin ini terjadi? Jelas-jelas tadi ibu keluar lewat lorong ini!" teriakku kesal.

"Saya rasa saya tahu apa yang terjadi, dan di mana kita harus mencarinya," kata seseorang yang datang bersama Damar.

"Siapa Anda?" tanyaku.

"Kenalkan ini Pak Edi," sahut Damar.

"Sudah, basa-basi nanti saja. Ayo ikut saya kalau ingin menemukan ibumu!" sahut Pak Edi dan bergegas menuju sisi belakang bangunan.

"Ayo, Pak!"

"Tunggu. Mas Tommy sebaiknya kembali ke mobil. Kalau perlu ajak Pak Ricky mengantar dulu Bu Nirmala dan Bu Nopi agar menunggu di hotel saja!"

"Baik, kalian hati-hati!" jawab Tommy.

Aku, Kukuh, dan Damar mengejar Pak Edi yang sudah agak jauh. Kami berempat melintasi sisi kostin menuju sebuah bukit. Hingga kami tiba di sebuah mulut gua.

Pak Edi berhenti, menegadahkan tangannya seakan sedang berdoa. Aku arahkan senterku ke mulut gua itu, ada jejak bekas langkah. Itu pasti jejak ibu! Aku hendak berlari ke dalam gua tapi Damar menahanku.

"Tunggu! Sabar dulu, Pak! Jangan gegabah!" kata Damar.

"Gua ini ada banyak cabangnya, Bapak bisa tersesat!" lanjutnya.

Mendengar hal itu, aku menahan diri. Berusaha agar tidak menambah masalah. Pikiranku kalut, tidak paham apa yang terjadi.

Mas Kukuh dan Damar mengajakku menjauh dari Pak Edi ke arah pantai.

"Beri waktu sebentar, Pak. Biar Pak Edi berusaha menemukan keberadaan Ibu Siti," kata Mas Kukuh.

"Apa-apaan ini, kenapa kamu tawarkan lokasi ini untuk foto prewed? Kacau semua, kacau!" bentakku kepada Mas Kukuh.

"Maaf, baru kali ini terjadi. Sumpah, Pak!" jawabnya.

"Jadi tempat apa itu sebenarnya? Bagaimana Pak Edi bisa tahu kalau ibu ke gua ini?"

"Sebenarnya saya yang memberi saran tempat ini ..." kata Damar menengahi, "kostin itu peninggalan dua jaman, Belanda dan Jepang. Saya sebenarnya aktivis geologi yang sedang bekerjasama dengan komunitas sejarah dan fotografer punya tujuan mempromosikan tempat ini sebagai obyek wisata sejarah dan geologi. Dengan aspek historis dan keindahan alamnya, lokasi ini bisa juga menjadi pusat studi sejarah dan arkeologi."

Sementara menunggu Pak Edi, aku mendengarkan cerita Damar.

"Dua koloni Inggris yaitu Malaysia dan Singapura telah dikalahkan dalam waktu cepat oleh Jepang. Selanjutnya Jepang menyerang kemari. Perang Laut Jawa, di mana angkatan laut Kaigun sukses menenggelamkan sepuluh kapal perusak dan kapal penjelajah milik Sekutu, maka Rikugun (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang) pun bersiap mencaplok pulau Jawa sebagai sasaran utama dan wilayah kunci menguasai Hindia-Belanda alias Indonesia.

Tepatnya pada 1 Maret 1942, pasukan Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Indramayu), juga di pantai R*mb*ng ini. Banyak korban berjatuhan saat peperangan di pantai ini sebelum pihak Belanda melarikan diri dan menyerah kemudian hari.

Saudara Tua, begitu kita menyambut kedatangan mereka. Sebelum akhirnya kita tahu dampaknya, penjajahan yang lebih kejam walau hanya tiga setengah tahun," tutur Mas Damar.

"Lalu apa kaitannya dengan hilangnya ibu mertuaku? Apa hubungannya juga dengan kostin dan gua ini?" tanyaku tak sabar.

"Kostin tersebut adalah bekas pabrik piring, dibangun oleh Belanda lalu direbut Jepang. Salah satu bahan baku pembuatan piring adalah kalsium karbonat atau batu gamping CaCO3. Gua ini bukan gua alami 100% karena pembentukannya adalah akibat dari aktifitas manusia yaitu para romusha yang melakukan penggalian batu gamping atas paksaan Jepang. Konon banyak yang meninggal saat romusha di dalam sana, dibunuh atau tertimpa longsoran," jawab Mas Damar menjelaskan.

"Baiklah, katakan saja kita tahu sejarah tempat ini. Lalu apa kaitannya dengan calon mertua saya?" desakku.

"Tadi waktu Mas Kukuh menelepon, saya juga tidak percaya. Maka dari itu saya cari Pak Edi. Menurut penerawangannya ...." Belum tuntas Damar berbicara, tampak Pak Edi berkomunikasi dengan seseorang.

Astaga!

Aku tahu orang itu!

"Betulkah yang saya lihat, Pak Dharma? Itu kan pengemis yang di lampu merah tadi siang?" tanya Mas Kukuh.

"Benar sekali, Mas! Siapa dia sebenarnya?" Aku begitu penasaran.

Tak lama kemudian sosok pengemis itu pergi, menghilang di kegelapan pohon-pohon sekitar gua. Pak Edi memanggil kami.

"Ibu mertua kamu diganggu gerombolan makhluk halus. Justru dia diselamatkan oleh penjaganya dengan disembunyikan di gua ini," ucap Pak Edi.

"Siapa tadi, Pak? Apa maksudnya penjaga?" tanyaku kebingungan.

"Kamu tidak perlu tahu. Hanya ada satu orang yang boleh masuk untuk menemukannya dan mengungkap kejadian ini. Sementara saya harus berjaga di pintu gua ini," lanjut Pak Edi.

Aku, Kukuh, dan Damar saling berpandangan. Bagaimana sekarang?

"Biar saya yang masuk mencarinya, saya yang bertanggung jawab atas pemotretan ini!" kata Mas Kukuh.

"Tidak bisa!" sela Damar. "Hanya saya satu-satunya yang paham arah cabang-cabang di dalam gua ini. Kalaupun tersesat apakah kamu bisa bertahan hidup dan keluar dari gua?"

"Tapi ini bahaya, Mas!" Aku menahan pundaknya.

"Kamu tahu ujung gua ini? Kita berada di salah satu dari tiga ujung gua di utara. Kalaupun bisa bertahan hidup, bagaimana jika jauh tersesat ke arah selatan? Kamu bisa sampai Pulau Madura. Saya juga yang memberi lokasi pemotretan ini. Jadi saya yang seharusnya masuk!" Mas Damar bersikeras.

"Cukup! Tidak perlu berdebat! Dia ibu mertua saya. Apapun risikonya, sayalah yang bertanggung jawab! Apalagi jika terjadi sesuatu pada kalian nanti?" kataku dengan agak emosi.

Mereka terdiam. Aku melangkah ke pintu gua, menyalakan senter milik Pak Ricky yang masih kugenggam. Aku mantapkan niat. Menarik nafas panjang, menenangkan diri dan berdoa. Bagaimanapun aku harus menemukannya.

"Bismillah ...."

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Jans🍒

Jans🍒

scara ga lgsung w blajar sjarah, cara jitu bljar sjarah biar ga ngantuk

2021-11-15

0

Asih

Asih

nah kpan hari kawanku ada main ke pantai R ini, lha lokasine ki enek di pantai R kah mas othor, atau beda. soalnya aku ada rencana pengenain kesana 😍😍😍

2021-06-17

2

Isnaaja

Isnaaja

keren ceritanya.perpaduan sejarah dan misteri.👍👍

2020-12-01

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2 Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3 Ch. 3 "Saksi Hidup"
4 Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5 Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6 Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7 Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8 Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9 Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10 Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11 Ch. 11 "Gua Misterius"
12 Ch. 12 "Persimpangan"
13 Ch. 13 "Kawilarang"
14 Ch. 14 "Stalker"
15 Ch. 15 "Oeroesan"
16 Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17 Ch. 17 "Mencari Arti"
18 Ch. 18 "Motif"
19 Ch. 19 "Bunker"
20 Ch. 20 "Fight!"
21 Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22 Ch. 22 "Concussion"
23 Ch. 23 "Malam Pertama"
24 Point of View
25 Turning Point
26 Pengakuan Pembunuh
27 Puzzle
28 Sunyaruri
29 Reuni
30 Live
31 Klender 1944 Tragedy
32 Roti Isi Selai
33 Lezat, kan?
34 Taken
35 Roman Picisan
36 Promise
37 Pelanggan
38 Dendam Kesumat
39 Malam tanpa Akhir
40 Sempal
41 Burned
42 Sleko
43 Hereditary
44 Hidden Paradise
45 Honeymoon
46 Issue
47 Rindu
48 Run
49 Naif
50 Foto
51 Why?
52 Transaksi
53 Business and Pleasure
54 Bro
55 Malam Istimewa
56 Black Magic
57 Bloody Love
58 Saw the Devil
59 Altar
60 Sempurna
61 Copet Kecil
62 Kun Tianna
63 Gombel
64 Digondhol
65 Baby Face
66 Taman Langit
67 Ummu Sibyan
68 Senja di Taman Langit
69 Harta Berharga
70 Mereka
71 Menampakkan Diri
72 Jalanan
73 Berkumpul
74 Cermin
75 Kurang Beruntung
76 Flash
77 Mayat Editor
78 Senjata Pembunuhan
79 Licik
80 Ditemukan!
81 Insting
82 Moratorium
83 Sidik Jari
84 A Good Job!
85 Demi
86 Praduga
87 Recruitment
88 TKP
89 Lorong Berdarah
90 The Target
91 Escape
92 Innocence
93 Perburuan (1)
94 Perburuan (2)
95 Perburuan (3)
96 Perburuan (4)
97 Perburuan (5)
98 Perburuan (6)
99 Telanjur
100 Terusik (1)
101 Terusik (2)
102 Petunjuk (1)
103 Petunjuk (2)
104 Petunjuk (3)
105 Kisah Kelam (1)
106 Kisah Kelam (2)
107 Kisah Kelam (3)
108 Verjaring (1)
109 Verjaring (2)
110 Verjaring 3
111 Verjaring (4)
112 Stalker (1)
113 Stalker (2)
114 Stalker (3)
115 Stalker (4)
116 Enkripsi (1)
117 Enkripsi (2)
118 Enkripsi (3)
119 Waktu (1)
120 Waktu (2)
121 Waktu (3)
122 Hilang (1)
123 Hilang (2)
124 Hilang (3)
125 Pelaku (1)
126 Pelaku (2)
127 Dendam
128 Lelah
129 Pola (1)
130 Pola (2)
131 Pola (3)
132 Dokumen (1)
133 Dokumen (2)
134 Misi (1)
135 Misi (2)
136 Live (1)
137 Live (2)
138 Tragedy (1)
139 Tragedy (2)
140 Tragedy (3)
141 Deposit Box (1)
142 Deposit Box (2)
143 Det. Markum (1)
144 Det. Markum (2)
145 Diculik (1)
146 Diculik (2)
147 Diculik (3)
148 Diculik (4)
149 Sunyaruri (1)
150 Sunyaruri (2)
151 Sunyaruri (3)
152 Lezat (1)
153 Lezat (2)
154 A1 (1)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2
Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3
Ch. 3 "Saksi Hidup"
4
Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5
Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6
Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7
Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8
Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9
Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10
Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11
Ch. 11 "Gua Misterius"
12
Ch. 12 "Persimpangan"
13
Ch. 13 "Kawilarang"
14
Ch. 14 "Stalker"
15
Ch. 15 "Oeroesan"
16
Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17
Ch. 17 "Mencari Arti"
18
Ch. 18 "Motif"
19
Ch. 19 "Bunker"
20
Ch. 20 "Fight!"
21
Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22
Ch. 22 "Concussion"
23
Ch. 23 "Malam Pertama"
24
Point of View
25
Turning Point
26
Pengakuan Pembunuh
27
Puzzle
28
Sunyaruri
29
Reuni
30
Live
31
Klender 1944 Tragedy
32
Roti Isi Selai
33
Lezat, kan?
34
Taken
35
Roman Picisan
36
Promise
37
Pelanggan
38
Dendam Kesumat
39
Malam tanpa Akhir
40
Sempal
41
Burned
42
Sleko
43
Hereditary
44
Hidden Paradise
45
Honeymoon
46
Issue
47
Rindu
48
Run
49
Naif
50
Foto
51
Why?
52
Transaksi
53
Business and Pleasure
54
Bro
55
Malam Istimewa
56
Black Magic
57
Bloody Love
58
Saw the Devil
59
Altar
60
Sempurna
61
Copet Kecil
62
Kun Tianna
63
Gombel
64
Digondhol
65
Baby Face
66
Taman Langit
67
Ummu Sibyan
68
Senja di Taman Langit
69
Harta Berharga
70
Mereka
71
Menampakkan Diri
72
Jalanan
73
Berkumpul
74
Cermin
75
Kurang Beruntung
76
Flash
77
Mayat Editor
78
Senjata Pembunuhan
79
Licik
80
Ditemukan!
81
Insting
82
Moratorium
83
Sidik Jari
84
A Good Job!
85
Demi
86
Praduga
87
Recruitment
88
TKP
89
Lorong Berdarah
90
The Target
91
Escape
92
Innocence
93
Perburuan (1)
94
Perburuan (2)
95
Perburuan (3)
96
Perburuan (4)
97
Perburuan (5)
98
Perburuan (6)
99
Telanjur
100
Terusik (1)
101
Terusik (2)
102
Petunjuk (1)
103
Petunjuk (2)
104
Petunjuk (3)
105
Kisah Kelam (1)
106
Kisah Kelam (2)
107
Kisah Kelam (3)
108
Verjaring (1)
109
Verjaring (2)
110
Verjaring 3
111
Verjaring (4)
112
Stalker (1)
113
Stalker (2)
114
Stalker (3)
115
Stalker (4)
116
Enkripsi (1)
117
Enkripsi (2)
118
Enkripsi (3)
119
Waktu (1)
120
Waktu (2)
121
Waktu (3)
122
Hilang (1)
123
Hilang (2)
124
Hilang (3)
125
Pelaku (1)
126
Pelaku (2)
127
Dendam
128
Lelah
129
Pola (1)
130
Pola (2)
131
Pola (3)
132
Dokumen (1)
133
Dokumen (2)
134
Misi (1)
135
Misi (2)
136
Live (1)
137
Live (2)
138
Tragedy (1)
139
Tragedy (2)
140
Tragedy (3)
141
Deposit Box (1)
142
Deposit Box (2)
143
Det. Markum (1)
144
Det. Markum (2)
145
Diculik (1)
146
Diculik (2)
147
Diculik (3)
148
Diculik (4)
149
Sunyaruri (1)
150
Sunyaruri (2)
151
Sunyaruri (3)
152
Lezat (1)
153
Lezat (2)
154
A1 (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!