Ch. 10 "Petaka Prewedding"

"Dibandingkan dengan Rosyid dan Yanuar, hanya saya yang belum terlalu mabuk sehingga sayalah yang memboncengkan mereka berdua," ujar Panji mulai bercerita.

"Saat akan melintasi makam itu, Rosyid yang duduk di tengah berteriak karena melihat sosok perempuan berbaju merah itu. Saya tidak begitu jelas melihatnya. Sementara Rosyid meyakinkan saya, ternyata di hadapan kami ada barisan tentara menodongkan senjata pada satu tentara yang sedang membelah perutnya.

"Kejadiannya tepat di sebelah gapura makam. Kontan saja kami panik, saya pun memacu motor lebih kencang. Entah kecepatan 70 atau 80 km/jam saat sudah hampir melewati makam, saya kira sudah aman."

"Ternyata belum?" tanyaku menyela.

"Di jalan turunan itu justru kami celaka. Seperti ada bayangan sekelompok orang berdiri di tengah jalan menghadang kami. Begitu jalan menurun baru tersorot lampu motor bahwa orang-orang itu tidak menapakkan kakinya di tanah. Mereka masing-masing tergantung tali di lehernya, di pohon beringin tua itu. Seperti barisan orang dieksekusi hukuman gantung," lanjut Panji.

"Jadi kalian terjatuh karena menghindar dari hadangan mereka?"

"Betul sekali, Pak. Saya menghindari ke sisi kanan jalan, tetapi saya lupa kalau ada parit di situ. Kami pun terjatuh. Orangtua saya tidak akan pernah percaya cerita saya, tapi saya tahu pasti kalau Pak Dharma pasti percaya," kata Panji sambil menatapku.

"Saya tidak yakin, Panji. Tetapi jika penampakan itu hanya imajinasi, sepertinya tidak mungkin kita melihat hal yang sama," jawabku agak ragu.

"Pak, saya sejak kecil tinggal di sini tetapi baru kali ini saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. Sebelumnya saya juga tidak percaya cerita-cerita orang tentang adanya hantu di makam itu," kata Panji meyakinkan aku.

"Baiklah, Panji. Saat ini fokuslah pada kesehatanmu. Cukup temanmu yang meninggal sia-sia. Buat masa depanmu lebih berarti," nasehatku padanya.

Kulihat Panji menitikkan air mata. Terlihat dari raut wajahnya ada penyesalan di sana. Apalagi ketika dia melihat ujung jempol kaki kanannya yang hanya tinggal separuh itu. Ditambah lagi ternyata tulang pahanya yang kiri retak. Aku pikir memang selalu ada hikmah di setiap kejadian. Kita hanya tinggal membuka hati untuk menyadarinya.

"Panji. Dengan luka-luka kamu saat itu, saya salut kamu sanggup berjalan mencari pertolongan begitu jauhnya. Ada lowongan teknisi di perusahaan saya, kami butuh orang-orang dengan semangat sepertimu," ucapku menghiburnya dan berusaha memberikan hal positif kepadanya.

"Terima kasih, Pak. Pasti saya masukkan lamaran kalau sudah agak sembuh!" jawabnya.

"Bagus, semangat ya!" seruku sambil memegang pundaknya.

"Pak, tahu teman saya yang meninggal itu?"

"Si Rosyid kan? Kenapa?"

"Terakhir kali saya meninggalkan mereka, sebetulnya karena saya melihat lagi perempuan yang berbaju merah itu berdiri di sebelah tubuh Rosyid," kata Panji.

Seketika aku merinding mendengarnya. Entah apa sebabnya. Ini terlalu aneh.

Yang aku tahu setiap orang sudah punya takdir kematiannya sendiri. Tidak akan bisa dimajukan ataupun dimundurkan. Tetapi kematian seperti ini? Apakah bisa disebut murni kecelakaan?

***

Kakiku kini tak begitu nyeri. Dua minggu sudah berlalu semenjak keluar dari rumah sakit. Situasi rumah juga kondusif karena banyaknya anak buah Pak Asmudi, rumah ini begitu ramai. Aman. Semoga terus begini seterusnya hingga beberapa minggu ke depan sesuai jadwal renovasi. Aku pun bisa istirahat dengan santai. Tampaknya hal mistis di rumah ini sudah tiada lagi. Tidak ada peristiwa seram lagi. Semoga.

Saat ini jam kerja memang telah usai sore tadi tetapi beberapa orang belum juga mandi hingga selesai Isya ini. Kudengar beberapa kali anak buah pak Asmudi keluar masuk kamar sebelah untuk berganti pakaian ataupun mengambil sesuatu. Pakaian dan tas mereka di taruh di kamar nomor dua itu. Sedangkan mereka nanti tidurnya di ruang tamu. Lima belas orang dewasa, laki-laki semua.

Aku keluar dari kamar, kulihat ada yang rebahan menonton TV. Beberapa nongkrong di teras sambil ngopi dan bermain gitar. Ada juga yang menyendiri di samping rumah, sibuk menelepon atau bergawai ria.

Aku dan Nirmala yang sedang chat di gawai begitu bersemangat untuk besok pagi. Setelah penundaan jadwal beberapa kali dan negosiasi dengan fotografer, akhirnya kami sepakat. Besok adalah jadwal sesi foto preweddingku dengan Nirmala. Lokasinya sudah kami tentukan di pantai dengan dua sesi pemotretan yaitu sore dan malam hari.

***

"Pilihan yang tepat, cocok buat foto prewed. Pasti hasilnya nanti bagus!" seru Pak Ricky sopir carteranku saat kami memasuki wilayah kabupaten sebelah.

"Iya tentu, itu lokasi terbaik selama ini," jawab Mas Kukuh fotografer kami yang duduk di kursi belakang bersama asistennya.

Nirmala yang duduk di kursi tengah di antara aku dan Bu Nopi perias beberapa kali bertanya, "Ibu masih tahan kan?" Terlihat ibu hanya mengangguk.

"Masih jauh, Pak? tanyaku pada pak sopir.

"Dua puluh menit lagi sudah sampai kok," jawabnya.

Wajar saja aku bertanya karena khawatir akan Bu Siti. Calon mertuaku itu terlihat kurang enak badan. Meskipun duduk di depan tetapi memang beliau selalu mabuk jika naik mobil.

Nirmala yang begitu menyayangi ibunya tentu tidak bisa menolak saat ibu ingin ikut menyaksikan pemotretan prewed anak satu-satunya itu.

"Atau kita berhenti dulu cari angin?" tanya Pak Ricky.

"Tenang saja. Ibu ga apa-apa kok. Sekalian rekreasi ini," jawab ibu mencoba menghibur kekhawatiran kami.

Sebagai suatu momen sekali seumur hidup, sudah sepantasnya kami persiapkan pernikahan ini secara matang. Foto prewedding pun perlu direncanakan sedemikian rupa sebagai bagian tak terpisahkan dalam prosesi pernikahan. Aku dan Nirmala seperti umumnya orang-orang jaman sekarang menganggap prewedding sebagai suatu momen istimewa.

Setelah mempertimbangkan beberapa lokasi foto prewed, akhirnya kami memilih Pantai yang terletak di Desa W*t*s yang ada di kabupaten sebelah.

"Nah setelah tikungan itu kita sampai," kata Pak Ricky saat sampai di perempatan lampu merah. Antrian di depan cukup panjang dan terlihat timer lalu lintas masih 50 detik lagi sebelum berganti lampu hijau.

Tiba-tiba seseorang menggebrak kaca samping mobil kami.

"Kembali! Kembali! Jangan ke sana!" teriaknya.

Kami semua kaget. Orang itu terus berteriak, sementara kami tidak paham apa maksudnya. Nirmala mengeluarkan selembar uang karena mengira orang itu pengemis, dan memang penampilannya layaknya pengemis. Tetapi orang itu tidak mengambilnya.

Lampu lalu-lintas sudah berubah hijau, mobil kami mulai berjalan tetapi orang itu masih mengikuti dan terus mengetuk jendela.

"Jangan ke sana! Kembali! Kembali Sridiah!" teriak sosok pengemis itu terakhir kali sebelum mobil kami meninggalkannya dan berbelok ke arah pantai.

"Aneh-aneh saja orang sekarang. Ngemis kok dikasih uang tidak mau?" gerutu pak Ricky.

"Mungkin orang gila itu, Pak!"

"Wong edan kui bebas. Hahaha!" sahut mas Kukuh dan asistennya

Hoekk!

Hoeekkk!

"Yaaah ... sudah hampir sampai malah muntah, Ibu," kata Nirmala yang sedang memijat pundak dan leher ibunya sambil mengoleskan minyak masuk angin.

"Maaf ya, semuanya! Maklum ibu saya ini memang tidak biasa naik mobil. Malahan dulu waktu bapak kerja di luar pulau diajak naik pesawat atau kapal juga ga berani," tambahnya.

"Ah, sudah biasa itu. Ibu saya malah tidak berani angkat telepon di HP," sahut pak Ricky yang membuat seisi mobil tertawa terbahak-bahak.

Kecuali aku.

Iya, aku tak ikut tertawa.

Aku masih memikirkan perkataan pengemis tadi. Aku mendengar dengan jelas kata-kata terakhirnya tadi: "Jangan ke sana! Kembali! Kembali Sridiah!"

Sridiah?

Bukankah itu nama jugun ianfu yang meninggal secara tragis itu?

Bukankah itu adalah nama nenek Nirmala yang bahkan Bu Siti sendiri belum tahu?

Aku yakin aku tidak salah dengar. Pengemis tadi menyebut nama "Sridiah" dengan sangat jelas.

Ada apa ini sebenarnya?

Apakah sebaiknya aku ceritakan yang sebenarnya kepada Bu Siti dan Nirmala sekarang?

"Ayo, Mas. Sudah sampai hotel kok malah bengong. Kamu kenapa?" tanya Nirmala kepadaku ketika yang lainnya turun dari mobil.

"Oh i--iya. Tidak apa-apa kok," sahutku terkaget.

***

Kami memulai sesi pertama di kawasan konservasi mangrove, terdapat jembatan dan cerobong pembakaran tua yang menjadi 'ikon' spot yang fotogenik. Apalagi ditambah dengan adanya pepohonan bakau di samping kanan dan kiri membuat terasa lebih naturalis.

(ilustrasi)

Terletak persis di tepi jalan pantura dengan suguhan panorama alami berupa kolaborasi antara pasir putih dan bebatuan karang yang indah. Seakan seperti berada di atas bentangan gurun pasir. Di sini terdapat timbunan pasir putih yang berjajar apik seperti deretan pegunungan sehingga tampak cantik. Panorama pasir putih menambah eksotisme pantai bak pemandangan di Raja Ampat atau Tanah Lot.

Tetapi semua keindahan itu tak bisa mengalahkan pesona Nirmala di mataku. Penampilannya dalam balutan gaun panjang sutra warna putih dengan aksen bunga mini bahan logam di seluruh gaun dengan lengan panjang mengembang. Kerudung putih transparan yang dia kenakan membuatnya terlihat sangat memesona.

"Cerobong pembakaran tua ini bisa menjadi lambang bahwa kelak hubungan Pak Dharma dengan Ibu Nirmala akan tetap langgeng dan kokoh meskipun telah lama berumah tangga," kata Mas Kukuh saat menyiapkan peralatan bersama asistennya.

"Amin ... terima kasih doanya," jawab Nirmala yang masih dibenahkan bedaknya oleh Bu Nopi perias.

Ibu Siti pun tampak begitu bahagia meski wajahnya masih agak pucat, mungkin sisa mabuk di perjalanan tadi.

(ilustrasi)

Alhamdulillah sesi pertama berjalan lancar. Setelah ishoma, kami bersiap melakukan pemotretan sesi kedua, sekaligus sesi terakhir. Mas Kukuh memang benar, di kala sunset kesan tenang dan tenteram pantai ini lebih terasa dengan ditemani deburan ombak lautan dan hiasan bintang-bintang di langit. Terlihat background panorama sunset jingga merona yang indah ditambah dengan semilir tiupan alami angin laut dan deburan ombak.

(ilustrasi)

Kami sedang melakukan beberapa shoot dengan latar romantis ditemani keindahan alam yang menakjubkan. Hingga tiba-tiba Mas Kukuh berhenti menggunakan kameranya. Celingukan seperti ada obyek yang mengganggu di belakangku dan Nirmala.

"Lho, Bu Siti mau ke mana itu?" ucap asisten Mas Kukuh yang sedang memegang lampu efek.

Aku dan Nirmala menengok kebelakang. Khawatir dengan ibu yang berjalan sendiri ke bibir pantai.

"Bu! Ibu mau kemana?" seru Nirmala yang tak dihiraukan ibunya.

Tentu saja kami semua panik karena ibu tak menjawab, bahkan terus menjauh ke arah pantai yang gelap.

Melihat akan kemungkinan bahaya, aku pun berjalan agak cepat ke arah Bu Siti meninggalkan Nirmala berdua dengan Bu Nopi. Di belakangku ada Mas Kukuh dan asistennya yang mengikuti. Tetapi Ibu Siti tak pedulikan panggilan kami.

Kami terpaksa berlari sambil berteriak memanggilnya. Semakin menjauh dari penerangan lokasi pemotretan dan sunset yang kian tenggelam membuat Bu Siti yang terus berjalan semakin tak terlihat.

"Ibu! Ibu di mana?" teriakku sambil terengah-engah dan berhenti persis di hempasan ombak. Pak Ricky yang semula standby di mobil juga iku mengejar sambil membawa senter. Mas Kukuh dan asistennya kebingungan mencari jejak ibu Siti.

Hilang!

Ini tidak mungkin!

Ibu hilang begitu saja!

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

isssss dah di cakap tak usah kesane same pengemis tu masih je kesane geram ee

2021-09-26

0

silviaanugrah

silviaanugrah

Hai thor, 10 like mendarat di ceritamu. 😍
Semangat yaaa. Feedback ke cerita aku yaa, kita saling support 😍

2020-12-24

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Nahhh ibunya ke mna tuh??? 😱

2020-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2 Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3 Ch. 3 "Saksi Hidup"
4 Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5 Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6 Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7 Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8 Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9 Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10 Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11 Ch. 11 "Gua Misterius"
12 Ch. 12 "Persimpangan"
13 Ch. 13 "Kawilarang"
14 Ch. 14 "Stalker"
15 Ch. 15 "Oeroesan"
16 Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17 Ch. 17 "Mencari Arti"
18 Ch. 18 "Motif"
19 Ch. 19 "Bunker"
20 Ch. 20 "Fight!"
21 Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22 Ch. 22 "Concussion"
23 Ch. 23 "Malam Pertama"
24 Point of View
25 Turning Point
26 Pengakuan Pembunuh
27 Puzzle
28 Sunyaruri
29 Reuni
30 Live
31 Klender 1944 Tragedy
32 Roti Isi Selai
33 Lezat, kan?
34 Taken
35 Roman Picisan
36 Promise
37 Pelanggan
38 Dendam Kesumat
39 Malam tanpa Akhir
40 Sempal
41 Burned
42 Sleko
43 Hereditary
44 Hidden Paradise
45 Honeymoon
46 Issue
47 Rindu
48 Run
49 Naif
50 Foto
51 Why?
52 Transaksi
53 Business and Pleasure
54 Bro
55 Malam Istimewa
56 Black Magic
57 Bloody Love
58 Saw the Devil
59 Altar
60 Sempurna
61 Copet Kecil
62 Kun Tianna
63 Gombel
64 Digondhol
65 Baby Face
66 Taman Langit
67 Ummu Sibyan
68 Senja di Taman Langit
69 Harta Berharga
70 Mereka
71 Menampakkan Diri
72 Jalanan
73 Berkumpul
74 Cermin
75 Kurang Beruntung
76 Flash
77 Mayat Editor
78 Senjata Pembunuhan
79 Licik
80 Ditemukan!
81 Insting
82 Moratorium
83 Sidik Jari
84 A Good Job!
85 Demi
86 Praduga
87 Recruitment
88 TKP
89 Lorong Berdarah
90 The Target
91 Escape
92 Innocence
93 Perburuan (1)
94 Perburuan (2)
95 Perburuan (3)
96 Perburuan (4)
97 Perburuan (5)
98 Perburuan (6)
99 Telanjur
100 Terusik (1)
101 Terusik (2)
102 Petunjuk (1)
103 Petunjuk (2)
104 Petunjuk (3)
105 Kisah Kelam (1)
106 Kisah Kelam (2)
107 Kisah Kelam (3)
108 Verjaring (1)
109 Verjaring (2)
110 Verjaring 3
111 Verjaring (4)
112 Stalker (1)
113 Stalker (2)
114 Stalker (3)
115 Stalker (4)
116 Enkripsi (1)
117 Enkripsi (2)
118 Enkripsi (3)
119 Waktu (1)
120 Waktu (2)
121 Waktu (3)
122 Hilang (1)
123 Hilang (2)
124 Hilang (3)
125 Pelaku (1)
126 Pelaku (2)
127 Dendam
128 Lelah
129 Pola (1)
130 Pola (2)
131 Pola (3)
132 Dokumen (1)
133 Dokumen (2)
134 Misi (1)
135 Misi (2)
136 Live (1)
137 Live (2)
138 Tragedy (1)
139 Tragedy (2)
140 Tragedy (3)
141 Deposit Box (1)
142 Deposit Box (2)
143 Det. Markum (1)
144 Det. Markum (2)
145 Diculik (1)
146 Diculik (2)
147 Diculik (3)
148 Diculik (4)
149 Sunyaruri (1)
150 Sunyaruri (2)
151 Sunyaruri (3)
152 Lezat (1)
153 Lezat (2)
154 A1 (1)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2
Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3
Ch. 3 "Saksi Hidup"
4
Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5
Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6
Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7
Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8
Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9
Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10
Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11
Ch. 11 "Gua Misterius"
12
Ch. 12 "Persimpangan"
13
Ch. 13 "Kawilarang"
14
Ch. 14 "Stalker"
15
Ch. 15 "Oeroesan"
16
Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17
Ch. 17 "Mencari Arti"
18
Ch. 18 "Motif"
19
Ch. 19 "Bunker"
20
Ch. 20 "Fight!"
21
Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22
Ch. 22 "Concussion"
23
Ch. 23 "Malam Pertama"
24
Point of View
25
Turning Point
26
Pengakuan Pembunuh
27
Puzzle
28
Sunyaruri
29
Reuni
30
Live
31
Klender 1944 Tragedy
32
Roti Isi Selai
33
Lezat, kan?
34
Taken
35
Roman Picisan
36
Promise
37
Pelanggan
38
Dendam Kesumat
39
Malam tanpa Akhir
40
Sempal
41
Burned
42
Sleko
43
Hereditary
44
Hidden Paradise
45
Honeymoon
46
Issue
47
Rindu
48
Run
49
Naif
50
Foto
51
Why?
52
Transaksi
53
Business and Pleasure
54
Bro
55
Malam Istimewa
56
Black Magic
57
Bloody Love
58
Saw the Devil
59
Altar
60
Sempurna
61
Copet Kecil
62
Kun Tianna
63
Gombel
64
Digondhol
65
Baby Face
66
Taman Langit
67
Ummu Sibyan
68
Senja di Taman Langit
69
Harta Berharga
70
Mereka
71
Menampakkan Diri
72
Jalanan
73
Berkumpul
74
Cermin
75
Kurang Beruntung
76
Flash
77
Mayat Editor
78
Senjata Pembunuhan
79
Licik
80
Ditemukan!
81
Insting
82
Moratorium
83
Sidik Jari
84
A Good Job!
85
Demi
86
Praduga
87
Recruitment
88
TKP
89
Lorong Berdarah
90
The Target
91
Escape
92
Innocence
93
Perburuan (1)
94
Perburuan (2)
95
Perburuan (3)
96
Perburuan (4)
97
Perburuan (5)
98
Perburuan (6)
99
Telanjur
100
Terusik (1)
101
Terusik (2)
102
Petunjuk (1)
103
Petunjuk (2)
104
Petunjuk (3)
105
Kisah Kelam (1)
106
Kisah Kelam (2)
107
Kisah Kelam (3)
108
Verjaring (1)
109
Verjaring (2)
110
Verjaring 3
111
Verjaring (4)
112
Stalker (1)
113
Stalker (2)
114
Stalker (3)
115
Stalker (4)
116
Enkripsi (1)
117
Enkripsi (2)
118
Enkripsi (3)
119
Waktu (1)
120
Waktu (2)
121
Waktu (3)
122
Hilang (1)
123
Hilang (2)
124
Hilang (3)
125
Pelaku (1)
126
Pelaku (2)
127
Dendam
128
Lelah
129
Pola (1)
130
Pola (2)
131
Pola (3)
132
Dokumen (1)
133
Dokumen (2)
134
Misi (1)
135
Misi (2)
136
Live (1)
137
Live (2)
138
Tragedy (1)
139
Tragedy (2)
140
Tragedy (3)
141
Deposit Box (1)
142
Deposit Box (2)
143
Det. Markum (1)
144
Det. Markum (2)
145
Diculik (1)
146
Diculik (2)
147
Diculik (3)
148
Diculik (4)
149
Sunyaruri (1)
150
Sunyaruri (2)
151
Sunyaruri (3)
152
Lezat (1)
153
Lezat (2)
154
A1 (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!