Ch. 2 "Menguak Sejarah"

Pagi harinya aku terbangun. Laptop dalam kondisi standby. Saat aku aktifkan, ternyata media player-ku saat itu selesai memutar film horor.

Terdengar nada lowbat dari gawaiku. Aduh, ternyata Nirmala tadi malam misscall puluhan kali, sedangkan HP-ku dalam mode auto silent di malam hari jadi tidak terdengar.

Aku coba mengingat kejadian semalam. Mengurai dengan logika. Aku sedang menyiapkan laporan mingguan tugas kantor. Lalu aku streaming melihat film sekedar untuk hiburan. Di laptop sudah jelas adalah film horor yang aku putar. Jadi mungkin saja aku berhalusinasi melihat penampakan.

Ah, bukankah orang yang sudah meninggal itu berbeda alamnya? Mengapa hantu menampakkan diri mengganggu manusia? Kurang kerjaan.

Apakah aku mulai terpengaruh film atau bacaan tak masuk akal yang aku konsumsi sebagai hiburan itu? Sebaiknya aku berhenti menonton ataupun membacanya.

Segera aku telepon Nirmala dan meminta maaf bahwa semalam ketiduran waktu dia telepon. Dia bisa mengerti, dan menyuruhku jangan terlalu memforsir pikiran pada masalah pekerjaan. Tentu saja aku masih merahasiakan tentang rumah ini, untuk kejutan di hari pernikahan nanti.

***

Aku hanya sebentar di kantor karena ada janji siang harinya Pak Asmudi dan sembilan orang anak buahnya akan datang ke rumah. Sesuai kesepakatan, mereka akan merenovasi bagian belakang rumah. Mereka tenaga profesional yang paling bisa kuandalkan. Karena rombongan mereka dari kabupaten sebelah, daripada menyewa rumah lebih baik menginap di rumahku saja.

Sementara mereka mulai bekerja, akupun kejar tayang menyelesaikan pekerjaan kantorku. Tak kusangka, mendekati jam empat sore di halaman belakang rumah terdengar ribut-ribut.

Kepada salah satu anak buah Pak Asmudi aku bertanya, "Ada apa ini ribut-ribut?"

"Ada yang kesurupan di dekat pohon asam, Pak!" jawabnya sambil menunjuk kerumunan di halaman belakang.

Segera kudekati kerumunan itu. Kulihat anak buah Pak Asmudi yang katanya kesurupan itu terbaring dengan tangan bersedekap.

Tubuhnya terbujur kaku beralaskan tanah. Matanya melotot menampakkan urat-urat merah dengan tatapan kosong. Posisi kedua bola matanya juling, tidak sejajar dan melihat ke titik arah yang berbeda. Berkali-kali lidahnya menjulur keluar, meneteskan air liur di salah satu sudut mulutnya.

Sementara teman-temannya berusaha dan berdoa menyadarkannya, Pak Asmudi mendatangiku.

"Maaf, Pak Dharma. Saya harap kejadian ini tidak mengganggu pekerjaan," katanya lirih merasa bersalah.

Aku menghargai profesionalismenya. "Bagaimana dia, tidak apa-apa kah?"

"Biar kami atasi, Pak. Silakan di dalam rumah saja."

"Ya sudah, kalau butuh apa-apa bilang saja. Kasihan mungkin dia sedang sakit," balasku menenangkannya. Namun, sebenarnya aku tak habis pikir.

Bagaimana orang bisa kesurupan?

Apakah ada kelainan psikologi?

Sedang banyak beban masalah?

Apakah hal ini ilmiah?

Pura-pura?

***

Hari ini aku tidak ke kantor, sudah kukabari kepala produksi untuk meng-handle pekerjaan. Seperti biasa, akhir tahun tidak ada proyek pemerintah hingga bulan April. Sementara produksi beton ready mix hanya untuk melayani beberapa permintaan proyek swasta. Laporan mingguan sudah aku email ke kantor pusat.

Pak Asmudi beserta anak buahnya melanjutkan pekerjaannya dengan progres yang baik. Jadi aku menyempatkan diri ke kelurahan untuk mengumpulkan administrasi kependudukan. Sekalian berkenalan karena aku warga baru di sini.

Para petugas di kelurahan sangat ramah. Mengetahui bahwa aku tinggal di rumah angker itu mereka merespon positif. Namun, sebagian ada juga yang nyinyir.

"Ah, paling seperti yang sebelum-sebelumnya, belum ada satu bulan sudah dijual lagi," tukas seorang ibu berseragam dan berkacamata.

"Itu lebih baik daripada yang akhirnya celaka?" jawab rekan di sampingnya.

"Sudah berapa kali yang celaka di situ?"

"Sampai lupa," sahut yang lainnya.

Dari bisik-bisik di kantor itu seakan aku menghadapi sebuah teka-teki. Aku hanya bisa bertanya pada diriku sendiri.

Mengapa begitu sering berpindah kepemilikan?

Apakah benar ada sebuah misteri tersembunyi di sana?

Benarkah selama ini cerita yang beredar tentang kejadian-kejadian di rumah itu nyata adanya?

Setelah keluar dari kantor kelurahan aku dikagetkan seseorang yang menepuk pundakku.

"Ayo silakan, Mas. Ngopi dulu!" desaknya.

"Terimakasih Pak Modin, kapan-kapan saya mampir lagi," balasku singkat dan bersiap menaiki motorku.

Namun, dia tak melepaskan tangannya dari pundakku. Orang tinggi hitam botak itu tersenyum kepadaku. Mata sebelah kanannya seperti terkena glaukoma dengan retina membengkak sehingga matanya terlihat seperti melotot. Pupilnya lebih dominan warna putih atau abu-abu. Dengan setengah terpaksa aku mengikutinya ke warung di bawah pohon beringin sebelah kelurahan.

Pak Modin, begitu orang-orang memanggilnya. Modin adalah istilah lain dari pamong desa. Pamong desa tidak digaji tetapi mendapat hak kelola sebidang lahan sebagai kompensasi, yang disebut tanah bengkok. Dimana tanah bengkok ini tidak dapat diperjualbelikan tapi boleh disewakan.

Siapa lagi yang lebih mengenal desa ini selain Pak Modin. Tidak ada! Bapak dan kakeknya secara turun temurun sudah pernah menjadi modin, bahkan dulu kakeknya adalah seorang kucho.

Tahun 1944 saat negeri ini masih dijajah oleh Jepang, dibentuk suatu sistem tata pemerintahan di mana setiap satu Tonarigumi (Rukun Tetangga) terdiri dari sekitar 20 rumah tangga. Setiap lima sampai enam Tonarigumi kemudian disatukan dalam satu struktur yang lebih tinggi, yang disebut Azzazyokai atau Chonaikai (Rukun Warga).

Sistem tata pemerintahan yang awalnya untuk kepentingan militer ini kemudian diadopsi untuk kegiatan administrasi kependudukan. Chonaikai itu dahulu sebenarnya ukurannya adalah satu kampung atau satu desa yang ketuanya disebut kucho (lurah), kakeknya Pak Modin dulu pernah dua kali menjadi kucho.

Jadi dia, Pak Modin adalah peluang satu-satunya untuk mendapat jawaban dari teka-teki tentang rumah yang itu. Tentu saja aku tidak ingin rumah tanggaku nanti bermasalah gara-gara tinggal di situ seperti pemilik-pemilik sebelumnya. Maka aku perhatikan dengan seksama cerita yang dia berikan.

Begini cerita yang disampaikan Pak Modin. Dahulu sebelum menjadi areal persawahan, daerah sekitar rumah itu adalah sebuah kamp militer Jepang yang dikelilingi hutan dan kebun tebu.

Dahulu ada banyak sekali romusha yang dikumpulkan secara acak oleh militer Jepang dari desa-desa lain. Rata-rata berumur 15 hingga 50 tahun, mereka diangkut dalam gerbong-gerbong kereta yang tertutup rapat hampir tanpa udara. Untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia, pihak Jepang membutuhkan banyak tenaga romusha untuk kerja paksa membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang senjata, gedung bawah tanah, jalan raya, rel kereta, jembatan, dan lain-lain di berbagai daerah strategis.

Para romusha yang berasal dari daerah sini awalnya diberi janji-janji upah yang menarik dan gelar "Pahlawan Kerja" tetapi pada kenyataannya mereka dijadikan budak. Kakeknya Pak Modin sendiri yang mendaftar mereka karena perintah komandan tentara Jepang.

Apa yang mereka bangun di desa ini pertama kali adalah gudang bawah tanah, sayang sekali belum pernah terungkap keberadaannya di sisi sebelah mana. Gudang bawah tanah itu sangat dirahasiakan demi kepentingan divisi khusus tentara Kekaisaran Jepang.

Mereka yang menjadi budak romusha atau yang pada jaman Belanda disebut "Kerja Rodi", dalam keadaan memprihatinkan. Hanya terlihat seperti kulit membungkus tulang tanpa daging, begitu kurus, kering. Bagi yang meninggal saat bekerja, atau yang dibunuh karena sudah kehabisan tenaga akan dibuang bertumpuk begitu saja di suatu galian. Itupun yang membuat galian dan membuang mayat adalah tenaga romusha yang lain, bukan tentara mereka. Hingga saat ini lokasi galian pembuangan mayat-mayat itu menjadi makam desa yang ada di dekat rumahku.

Sedangkan rumah yang aku tempati itu sendiri adalah bagian dari Ianjo (Rumah Bordil Militer) yang dulunya cukup besar. Rumah itu berbentuk memanjang yang telah disekat menjadi sekitar 36 kamar dengan dua lajur, yaitu 18 kamar di sisi kiri dan 18 kamar di kanan. Rumah panjang itu lebih mirip sebuah barak tentara.

Saat melakukan penyerangan melawan pihak sekutu di banyak tempat di Asia, para tentara Jepang menjadi jauh dari keluarganya selama berbulan-bulan. Keadaan ini membuat kondisi mental mereka mengalami gangguan, terlebih mereka yang sudah memiliki keluarga dan tidak bisa menyalurkan hasrat biologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan seksual para prajuritnya, pimpinan militer Jepang menangkap gadis-gadis lokal untuk dipaksa menjadi budak pemuas nafsu seksual para prajuritnya. Gadis-gadis itu disebut "Jugun Ianfu" atau wanita penghibur yang harus melayani puluhan tentara setiap harinya.

Celakanya, gadis-gadis yang mereka pilih adalah yang cantik dan masih muda, berusia 10 sampai 25 tahun, terutama yang belum menikah.

Cerita dari Pak Modin belum tuntas ketika Pak Asmudi menelepon karena keadaan darurat dan memaksaku segera pulang. Aku segera membayar minuman di warung itu lalu berpamitan.

Pak Modin sempat berkata, "Namanya Martini, dia tinggal di desa sebelah. Cari saja! Dia mantan Jugun Ianfu. Semoga belum kehilangan kewarasannya".

"Baik. Terima kasih infonya, Pak. Saya permisi dulu. Assalamualaikum." Aku pacu motor matic-ku, karena penasaran apa yang terjadi di rumah.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

One Tie

One Tie

Ini namanya menyelam sambil minum air, dpt hiburan cerita hrornya, jg dpt makna sejarahnya..... Good job thorr 👍👍👍

2021-09-25

1

Sofa Lina

Sofa Lina

kang'Thoor..Jugun lanfu jugak di sebelah ada yg make sbg judul cerita
tapi g tauk deeh ttg isinya .soal nya blm aqu baca☺️

2021-03-25

3

Isnaaja

Isnaaja

ini cerita nyata bukan kak? ada sejarah nya

2020-11-30

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2 Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3 Ch. 3 "Saksi Hidup"
4 Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5 Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6 Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7 Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8 Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9 Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10 Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11 Ch. 11 "Gua Misterius"
12 Ch. 12 "Persimpangan"
13 Ch. 13 "Kawilarang"
14 Ch. 14 "Stalker"
15 Ch. 15 "Oeroesan"
16 Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17 Ch. 17 "Mencari Arti"
18 Ch. 18 "Motif"
19 Ch. 19 "Bunker"
20 Ch. 20 "Fight!"
21 Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22 Ch. 22 "Concussion"
23 Ch. 23 "Malam Pertama"
24 Point of View
25 Turning Point
26 Pengakuan Pembunuh
27 Puzzle
28 Sunyaruri
29 Reuni
30 Live
31 Klender 1944 Tragedy
32 Roti Isi Selai
33 Lezat, kan?
34 Taken
35 Roman Picisan
36 Promise
37 Pelanggan
38 Dendam Kesumat
39 Malam tanpa Akhir
40 Sempal
41 Burned
42 Sleko
43 Hereditary
44 Hidden Paradise
45 Honeymoon
46 Issue
47 Rindu
48 Run
49 Naif
50 Foto
51 Why?
52 Transaksi
53 Business and Pleasure
54 Bro
55 Malam Istimewa
56 Black Magic
57 Bloody Love
58 Saw the Devil
59 Altar
60 Sempurna
61 Copet Kecil
62 Kun Tianna
63 Gombel
64 Digondhol
65 Baby Face
66 Taman Langit
67 Ummu Sibyan
68 Senja di Taman Langit
69 Harta Berharga
70 Mereka
71 Menampakkan Diri
72 Jalanan
73 Berkumpul
74 Cermin
75 Kurang Beruntung
76 Flash
77 Mayat Editor
78 Senjata Pembunuhan
79 Licik
80 Ditemukan!
81 Insting
82 Moratorium
83 Sidik Jari
84 A Good Job!
85 Demi
86 Praduga
87 Recruitment
88 TKP
89 Lorong Berdarah
90 The Target
91 Escape
92 Innocence
93 Perburuan (1)
94 Perburuan (2)
95 Perburuan (3)
96 Perburuan (4)
97 Perburuan (5)
98 Perburuan (6)
99 Telanjur
100 Terusik (1)
101 Terusik (2)
102 Petunjuk (1)
103 Petunjuk (2)
104 Petunjuk (3)
105 Kisah Kelam (1)
106 Kisah Kelam (2)
107 Kisah Kelam (3)
108 Verjaring (1)
109 Verjaring (2)
110 Verjaring 3
111 Verjaring (4)
112 Stalker (1)
113 Stalker (2)
114 Stalker (3)
115 Stalker (4)
116 Enkripsi (1)
117 Enkripsi (2)
118 Enkripsi (3)
119 Waktu (1)
120 Waktu (2)
121 Waktu (3)
122 Hilang (1)
123 Hilang (2)
124 Hilang (3)
125 Pelaku (1)
126 Pelaku (2)
127 Dendam
128 Lelah
129 Pola (1)
130 Pola (2)
131 Pola (3)
132 Dokumen (1)
133 Dokumen (2)
134 Misi (1)
135 Misi (2)
136 Live (1)
137 Live (2)
138 Tragedy (1)
139 Tragedy (2)
140 Tragedy (3)
141 Deposit Box (1)
142 Deposit Box (2)
143 Det. Markum (1)
144 Det. Markum (2)
145 Diculik (1)
146 Diculik (2)
147 Diculik (3)
148 Diculik (4)
149 Sunyaruri (1)
150 Sunyaruri (2)
151 Sunyaruri (3)
152 Lezat (1)
153 Lezat (2)
154 A1 (1)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2
Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3
Ch. 3 "Saksi Hidup"
4
Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5
Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6
Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7
Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8
Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9
Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10
Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11
Ch. 11 "Gua Misterius"
12
Ch. 12 "Persimpangan"
13
Ch. 13 "Kawilarang"
14
Ch. 14 "Stalker"
15
Ch. 15 "Oeroesan"
16
Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17
Ch. 17 "Mencari Arti"
18
Ch. 18 "Motif"
19
Ch. 19 "Bunker"
20
Ch. 20 "Fight!"
21
Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22
Ch. 22 "Concussion"
23
Ch. 23 "Malam Pertama"
24
Point of View
25
Turning Point
26
Pengakuan Pembunuh
27
Puzzle
28
Sunyaruri
29
Reuni
30
Live
31
Klender 1944 Tragedy
32
Roti Isi Selai
33
Lezat, kan?
34
Taken
35
Roman Picisan
36
Promise
37
Pelanggan
38
Dendam Kesumat
39
Malam tanpa Akhir
40
Sempal
41
Burned
42
Sleko
43
Hereditary
44
Hidden Paradise
45
Honeymoon
46
Issue
47
Rindu
48
Run
49
Naif
50
Foto
51
Why?
52
Transaksi
53
Business and Pleasure
54
Bro
55
Malam Istimewa
56
Black Magic
57
Bloody Love
58
Saw the Devil
59
Altar
60
Sempurna
61
Copet Kecil
62
Kun Tianna
63
Gombel
64
Digondhol
65
Baby Face
66
Taman Langit
67
Ummu Sibyan
68
Senja di Taman Langit
69
Harta Berharga
70
Mereka
71
Menampakkan Diri
72
Jalanan
73
Berkumpul
74
Cermin
75
Kurang Beruntung
76
Flash
77
Mayat Editor
78
Senjata Pembunuhan
79
Licik
80
Ditemukan!
81
Insting
82
Moratorium
83
Sidik Jari
84
A Good Job!
85
Demi
86
Praduga
87
Recruitment
88
TKP
89
Lorong Berdarah
90
The Target
91
Escape
92
Innocence
93
Perburuan (1)
94
Perburuan (2)
95
Perburuan (3)
96
Perburuan (4)
97
Perburuan (5)
98
Perburuan (6)
99
Telanjur
100
Terusik (1)
101
Terusik (2)
102
Petunjuk (1)
103
Petunjuk (2)
104
Petunjuk (3)
105
Kisah Kelam (1)
106
Kisah Kelam (2)
107
Kisah Kelam (3)
108
Verjaring (1)
109
Verjaring (2)
110
Verjaring 3
111
Verjaring (4)
112
Stalker (1)
113
Stalker (2)
114
Stalker (3)
115
Stalker (4)
116
Enkripsi (1)
117
Enkripsi (2)
118
Enkripsi (3)
119
Waktu (1)
120
Waktu (2)
121
Waktu (3)
122
Hilang (1)
123
Hilang (2)
124
Hilang (3)
125
Pelaku (1)
126
Pelaku (2)
127
Dendam
128
Lelah
129
Pola (1)
130
Pola (2)
131
Pola (3)
132
Dokumen (1)
133
Dokumen (2)
134
Misi (1)
135
Misi (2)
136
Live (1)
137
Live (2)
138
Tragedy (1)
139
Tragedy (2)
140
Tragedy (3)
141
Deposit Box (1)
142
Deposit Box (2)
143
Det. Markum (1)
144
Det. Markum (2)
145
Diculik (1)
146
Diculik (2)
147
Diculik (3)
148
Diculik (4)
149
Sunyaruri (1)
150
Sunyaruri (2)
151
Sunyaruri (3)
152
Lezat (1)
153
Lezat (2)
154
A1 (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!