Itulah hari pertama Martini disekap dan menjadi budak pemuas hasrat. Oshin, itulah nama Jepang yang diberikan komandan Harada kepadanya. Martini diperkosa berulang-ulang hingga merasa kesakitan dan mengalami pendarahan pada organ genitalnya.
Martini disekap di kamar khusus sang komandan. Kamar itu paling besar, terpisah dan tidak diberi nomor seperti kamar lainnya. Yang dia tahu, gadis-gadis di 36 kamar lainnya itu jauh lebih menderita karena masing-masing harus melayani puluhan tentara setiap harinya.
Tempat itu seperti lokalisasi yang teroganisir dengan adanya cicada (pengelola asrama) dan kerani (pemberi tiket untuk tamu) meski tak pernah sekalipun gadis-gadis di sana menerima hasilnya.
Ibu Martini bercerita panjang lebar. Namun yang paling menyita perhatianku adalah ketika aku tunjukkan tentang katana yang kemarin aku foto di hpku.
"Salah satu pekerjaku kesurupan, menggunakan katana ini dan berulang kali berteriak 'Shi! Shi! Shi!' Apakah Ibu tahu artinya?" tanyaku penasaran.
"Shi di dalam bahasa Indonesia artinya empat atau mati," jelas Bu Martini.
Ibu Martini ingat betul, bahwa pada suatu malam terjadi sebuah peristiwa yang sangat mengerikan di tempat itu. Kamar nomor 4, iya betul nomor 4. Darah berceceran di lantai dan dinding kamar. Potongan tubuh yang berserakan tercerai dari kepala, kaki dan tangan-tangannya.
Aku bergidik mendengarkan cerita Ibu Martini. Leherku terasa dingin dan bulu kudukku berdiri. Namun, karena penasaran aku tetap mendengarkan ceritanya. Secara singkat begini penuturannya ....
***
Tidak termasuk Bu Martini yang dikhususkan untuk komandan, di antara 36 jugun ianfu di ianjo itu, Fuyumi adalah primadonanya. Fuyumi menghuni kamar nomor 4. Nama aslinya adalah Sridiah. Karcisnya selalu yang paling laris.
Setiap tentara yang datang ke rumah bordil militer itu diwajibkan membeli karcis. Ada perbedaan tarif bagi kalangan serdadu dan perwira Jepang. Siang hari, untuk pangkat serdadu, setiap kali masuk kamar harus membayar karcis 2,5yen, sementara mulai pukul 17.00 membayar 3,5yen. Pukul 24.00 sampai pagi untuk perwira membayar 12,5yen. Dalam sehari pelanggan Fuyumi bisa 15 sampai 20 orang.
Semuanya hasil penjualan karcis disimpan oleh cicada, si pengelola rumah bordil. Semua jugun ianfu dijanjikan akan menerima hasil kerjanya setelah keluar dari sana. Itu tentu janji kosong belaka.
Musashi, adalah salah satu serdadu Nippon yang jatuh hati pada Fuyumi alias Sridiah. Musashi seringkali membeli karcis untuk dua atau tiga jam agar Fuyumi bisa beristirahat. Sejak saat itu Musashi menjadi tamu yang paling diharapkan oleh Fuyumi.
Bagai sebuah kisah cinta yang rumit, Sridiah sudah terlanjur mencintai Dipo, orang lokal yang bekerja sebagai tukang kebun dan penyuplai sayuran untuk militer Jepang.
Sedangkan Sridiah sendiri dulu pernah mempunyai suami dan bayi perempuan. Namun, suaminya hilang saat romusha. Setelah dibawa ke tambang batu kapur, tak seorangpun tahu keberadaannya. Sedangkan anak Sridiah dirawat oleh Dipo, si penyuplai sayuran, sekaligus sahabat suaminya.
Kejadian malam berdarah itu bukanlah antara Musashi dan Dipo. Semua berawal ketika beberapa pelanggan Fuyumi yang lain cemburu kepada Musashi. Empat orang tentara yang dalam keadaan mabuk menerobos kamar Fuyumi yang sedang bercinta dengan Musashi. Mereka menebas tubuh Fuyumi begitu saja persis di hadapan Musashi. Lalu memotong-motongnya dengan sadis.
Jugun ianfu lainnya yang mengetahui hal itu berteriak histeris. Mendengar keributan, Dipo yang kebetulan saat itu sedang menagih uang pembayaran sayuran segera berlari ke kamar Fuyumi. Dia merebut katana yang dipakai Nippon untuk menebas Fuyumi tadi dan mulai menyerang dengan membabi buta. Tiga tentara Nippon mati mengenaskan di kamar itu oleh tangan Dipo.
Dipo yang sedang terluka justru dibantu oleh Musashi. Dia menembak beberapa tentara lain yang menyerang Dipo. Musashi melarikan diri, dan para tentara Nipon mengejarnya. Sedangkan Dipo yang cukup cerdik bersembunyi di tempat Ibu Martini. Tak ada seorangpun yang akan mencurigai kamar milik komandan ini.
Keadaan menjadi semakin kacau, karena ternyata berbarengan dengan kejadian itu tentara sekutu menyerang basis-basis militer Jepang dengan menjatuhkan bom dari pesawat udara.
***
"Akulah yang mengobati Dipo, dan kamilah yang menyembunyikan koper itu dengan menguburkannya ...," kata Bu Martini, "koper itu milik komandan Harada yang aku curi."
Mendengar cerita Bu Martini, aku jadi membayangkan betapa mengerikannya kehidupan saat itu. Beruntung aku tidak hidup di masa itu.
"Lalu, Bu. Mengapa koper itu hingga kemarin masih di sana?" tanyaku keheranan.
"Setelah malam itu, Dipo melarikan diri entah kemana. Membawa serta anak perempuan Sridiah. Sedangkan aku diselamatkan oleh Pak Lurah, disembunyikan di rumahnya sebelum diantarkan kembali ke orangtuaku.
"Tetapi pandangan masyarakat waktu itu memojokkan aku seakan-akan aku melacurkan diri kepada Jepang! Menurut mereka aku hanya perempuan kotor bekas Jepang!
"Mereka juga masih memanggilku Oshin, nama yang tak ingin kumiliki.
"Aku begitu trauma akan masa lalu. Bahkan aku masih berumur sembilan tahun dan belum tahu apa itu menstruasi saat komandan brengsek itu menodaiku berkali-kali!
"Sejak saat itu aku tak pernah berpikiran mengambil koper hijau itu meskipun ada cukup banyak uang di dalamnya," ungkap Bu Martini lirih.
"Lalu apa yang terjadi dengan bangunan Ianjo itu, Bu?" tanyaku penasaran kepada Bu Martini yang masih melihat foto-foto kuno yang aku bawa tadi.
"Bom sekutu meledakkannya. Aku dan jugun ianfu yang lainnya sudah terlebih dahulu berhasil meloloskan diri karena semua tentara Jepang sedang dalam kekacauan karena serangan sekutu," kenang Bu Martini. "Para anggota PETA juga memanfaatkan keadaan itu untuk memberontak dan menyerang balik mereka. PETA itu tentara buatan Jepang yang isinya orang-orang Indonesia."
"Bagaimana nasib jugun ianfu yang lainnya, Bu?" tanyaku kemudian, berharap masih ada saksi hidup yang lainnya.
Bu Martini menggeleng lalu menjawab, "Tinggal aku yang hidup. Beberapa dari mereka ada yang terkena gangguan jiwa lalu hilang entah kemana. Yang lainnya sudah lama meninggal karena penyakit kelamin yang sangat mengerikan. Bahkan ada yang rahimnya membusuk."
"Tentara Jepang tidak pernah memakai k0nd0m ketika menyetubuhi kami ribuan kali. Agar tidak hamil, kami disuntik setiap bulan"
Sungguh tragis, hatiku terenyuh mendengarkan kisahnya. Tak kusangka ada begitu banyak sejarah kelam di rumah itu.
"Terimakasih, Bu Martini. Kapan-kapan saya ke sini lagi," ujarku hendak berpamitan.
Tetapi ekspresi Bu Martini menahanku. Kulihat tangannya bergetar memegang dua buah foto yang terakhir kali dia lihat itu.
"Ada apa, Bu?" tanyaku heran.
"Ternyata tempat ini benar-benar ada ...!" seru Bu Martini "sungguh Nippon biadab!"
"Tempat apa ini sebenarnya?" tanyaku kebingungan saat melihat kedua foto yang tak begitu jelas itu.
Bu Martini menjawab, "Aku tidak yakin, Pak Dharma. Suatu hari aku mendengar pembicaraan komandan Harada dan beberapa petinggi militer yang baru usai berpesta menikmati tubuhku, bahwa ini adalah tempat rahasia di bawah tanah. Aku sendiri yang pernah tinggal di sana tidak tahu letaknya atau pintunya di mana?"
***
Perutku mulai mual mengingat dua foto mengerikan itu. Pikiranku sibuk membayangkan bagaimana jika ruangan mengerikan tersebut selama ini masih ada di sekitar rumah baruku itu.
Dimana letaknya?
Apa hubungannya dengan kejadian-kejadian seram selama ini?
Cerita terakhir dari Bu Martini sebelum aku meninggalkan rumahnya sungguh di luar nalar.
Unit 731, begitu mereka menyebutnya. Merupakan suatu divisi sangat rahasia dari tentara Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia ke-2. Unit 731 ini adalah unit khusus yang ...
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
jare simbahku...lebih sengsara dan menderita dijajah jepang daripada belanda...
2022-03-24
2
Mario 😑
saya suka cerita nya 👍
tapi sepertinya cerita ini memang di adopsi dari beberapa kejadian di masa penjajahan Jepang 🧐
dan itu membuat darah ku sedikit mendidih 😈
2021-11-13
0
Mirai Amthy
Mantap👍
Lanjut baca,mumpung masih siang🤣
2021-04-19
2